07

38.1K 2.5K 50
                                    


Happy reading ~



Hari ini Aksa mendapat kabar dari kampung bahwa sepupunya yang bernama Layla akan datang dan tinggal bersama mereka. Sekaligus untuk melanjutkan kuliahnya dan membantu Aksa mengurus warung. Kemungkinan, ayah dan ibu Aksa akan menetap di kampung dan tidak balik lagi ke kota.

Malam harinya, Layla tiba dirumah dengan barang bawaan yang cukup banyak dan beberapa oleh-oleh yang di kirim ibu Aksa untuk menantunya, Kalka. Ia merasa bersalah karena tidak bisa mengurus Kalka di tengah-tengah kehamilannya itu karena keadaan nenek Aksa yang mengharuskan mereka harus menetap di kampung.

Sehabis menyusun barang-barangnya yang di bantu Aksa kedalam kamar orang tua Aksa, Layla ingin beristirahat sebentar karena kelelahan perjalanan yang lumayan jauh.

Setelah ketiganya makan malam dengan lauk yang di bawa Layla. Mereka langsung masuk ke kamar untuk mengistirahatkan diri masing-masing.

Aksa dan Kalka tidur sambil berpelukan satu sama lain.

"Mas... Apa sepupu kamu bakal tinggal bareng kita mulai sekarang?" Tanya Kalka sambil mengusap pelan dada bidang Aksa yang selalu tidur tanpa menggunakan atasan.

"Iya sayang, Layla mau lanjutin kuliahnya disini juga. Paman dan bibi agak khawatir kalo dia ngekost sendiri" jelas Aksa balas mengelus pelan rambut serta punggung sempit istrinya.

°

°

Hari-hari berlalu begitu cepat. Tanpa terasa, Aksa dan Kalka sudah lulus sekolah dan kandungan Kalka sendiri sudah memasuki bulan keempat.

Kalka dan Layla yang sedang memasak bersama, mereka menoleh ke arah pintu saat daun pintu itu di buka dari luar. Aksa masuk ke dalam dengan tampilan yang sedikit kacau. Terdapat beberapa memar di wajahnya seperti seseorang yang baru saja di pukvli. Kalka menghentikan kegiatannya dan segera menghampiri Aksa.

"M-mas... Ini kenapa wajahnya memar semua? Kamu abis berantem sama siapa... Kok gini sih?" Tanya Kalka sangat terkejut melihat penampilan suaminya seperti itu.

"Mas gapapa, tadi di perjalanan mau pulang ke rumah, ada beberapa preman yang ngehadang. Karena jumlah mereka agak banyak, mas gak sempat mukul balik satu-satu. Jadinya gini deh, wajah mas kena pukul karena gak sempat menghindar" jelas Aksa sekalem mungkin sambil tersenyum lembut agar tak membuat Kalka semakin khawatir.

"Sini sa, biar aku kompres wajahmu" tawar Layla yang kini sudah datang dengan sebaskom kecil air hangat serta sepotong handuk kecil.

"Em... Biar aku aja yang kompres" tawar Kalka.

Layla melihat Kalka sejenak lalu mengangguk setuju kemudian menyodorkan baskom tersebut pada Kalka.

Pemuda yang memiliki tinggi hampir setara dengan Layla itu langsung mengambil alih baskom tersebut dari tangan Layla.

"Mas duduk dulu"

Aksa menuruti perkataan istrinya dan segera duduk di salah satu kursi rotan yang bisa muat 2 orang kemudian diikuti Kalka di sebelahnya. Layla kembali ke dapur untuk melanjutkan acara masaknya yang sedikit tertunda.

Kalka mulai mencelupkan handuk tersebut ke dalam baskom lalu meremasnya hingga tersisa sedikit air. kemudian menempelkannya dengan perlahan ke wajah sang suami yang terdapat memar.

"Kenapa gak lari aja mas, kenapa harus di ladenin orang-orang gila gak punya kerjaan itu?" Tanya Kalka.

Tanpa menjawab, Aksa hanya memandang lirih wajah Kalka yang terlihat jelas gurat kekhawatiran disana. Karena tidak mendapat jawaban apapun, Kalka langsung menekan sedikit kuat handuk di tangannya ke wajah Aksa hingga membuat pemuda tinggi itu meringis.

"Akkhh... Sakit sayang, kenapa di tekan gitu"

"Soalnya mas gak jawab malah cuma liatin aku" sahut Kalka dengan wajah kesal namun sedikit memerah karena malu hanya di tatap seperti itu.

"Iya... Mas minta maaf"

Selesai memasak, Layla berteriak kecil pada sepasang suami istri yang juga telah selesai dengan acara mengompresnya.

Setelah makan malam bersama, Kalka mencuci peralatan kotor bekas makan kemudian masuk ke kamar menghampiri suaminya yang kini tengah berdiri melamun di samping jendela.

Kalka semakin menyeret langkahnya mendekat pada Aksa, kemudian memeluknya dari belakang serta menyandarkan kepalanya ke punggung lebar itu.

"Mas..."

Aksa merasakan perut buncit Kalka yang menyentuh belakangnya. Ia melepas pelan tangan Kalka lalu membawa tubuh ke hadapannya.

Aksa segera berlutut di hadapan Kalka lalu melingkarkan lengannya di perut sang istri.

"Apa... Kamu bahagia hidup sama mas?"

Kalka mengerutkan dahinya sedikit bingung dengan pertanyaan itu.

"Maksud mas apa? Aku bahagia kok hidup seperti ini sama mas. Mungkin awalnya aku sedikit gak terima, tapi perlahan aku bisa nerima keadaanku yang sekarang. Asal itu sama kamu... Aku bahagia mas" balas Kalka seraya menangkup wajah Aksa yang lebih rendah darinya.

Aksa segera berdiri lalu menggendong istrinya ke kasur spons yang akhirnya bisa muat 2 orang, yang berhasil ia beli sebulan lalu atas kerja kerasnya.

Setelah membaringkan Kalka, Aksa mulai membuka celana pendek yang di kenakan istrinya itu. Kemudian juga membuka celana yang ia kenakan.

Aksa melebarkan kaki Kalka dan menaruhnya di bahu. Ia memasukan kedua jarinya ke dalam lubang sempit itu untuk melonggarkannya.

Setelah di rasa sudah cukup, ia segera mengeluarkannya dan memposisikan penisnya untuk masuk kedalam.

Kalka kembali menangkup wajah Aksa dan bertanya.

"Mas... Kamu lagi mikir sesuatu? Kok tiba-tiba kek gini? Kamu kenapa mas--akhh pelan-pelan Aksa, aku lagi hamil!!"

JLEBB

Penisnya sudah tertanam sempurna di dalam sana.

"Hiks gak bisa lebih pelan kah? Kamu kenapa sebenarnya.."

"Maaf sayang..."

Aksa menunduk seraya mengecup pelan kedua mata Kalka yang telah di basahi air mata. Ia mulai menggerakkan pinggulnya dengan tempo yang pelan, menumbuk lubang hangat istrinya.

Setelah kurang lebih 30 menit menggempur Kalka, penisnya berdenyut tanda akan segera klimaks.

Splurrtt

Splurrtt

Tak lama kemudian, Aksa menyemburkan cairan kentalnya memenuhi lubang sang istri. Kalka sudah benar-benar kelelahan karena klimaks sebanyak 3 kali.

Aksa mencabut penisnya lalu segera merebahkan tubuhnya di sebelah Kalka. Ia mendekap pemuda kecil itu lalu menarik selimut dan membungkus tubuh mereka.

Karena begitu lelah, Kalka langsung tertidur lebih dulu. Aksa mengecup puncak kepala sang istri lembut.

"Mas... Mas minta maaf sayang"

Pemuda tinggi itu mengusap cairan bening yang keluar dari pelupuk matanya, kemudian ikut tertidur bersama sang istri.


TBC.

Jangan lupa tinggalkan jejak.. terima kasih ~

Aksa, Gue Hamil!! |ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang