Happy reading ~
•
•
•Malam harinya, Randy mendatangi kediaman orang yang ia sebut sebagai 'calon istri'nya. Pria yang di sebut Arga sebagai tower berjalan itu datang dengan penampilan kasualnya, yakni kemeja hitam dan celana kain berwarna abu-abu. Poni yang dibiarkan menjuntai tanpa memakai Pomade. Serta tak ada wewangian yang terkuar dari tubuhnya, karena demi menepati janjinya kepada Arga, tidak menggunakan parfum. Mungkin orang-orang yang tidak mengenalnya tak akan menyangka, jika pria itu sudah memiliki seorang cucu.
Ia menekan bel pintu sambil menenteng tiga kantong plastik di tangan kanannya, yang masing-masing berisi dua kotak martabak manis, dua bungkus martabak asin, dan tiga bungkus kebab. Bukan ia yang membeli semua jajanan itu, melainkan sang supir lah yang di suruhnya.
Pintu terbuka, menampilkan Aksa yang berdiri tak kalah menjulang disana.
"Wiihh, ganteng banget pa bro ?" Aksa menelisik takjub penampilan ayahnya dari atas ke bawah.
"Tiap saat juga ganteng" Randy menyerahkan dua kantong plastik yang berisi martabak manis dan kebab pada Aksa, dan segera menyelonong masuk menenteng satu kantong yang tersisa.
"Gendut udah tidur ?" Tanya Randy tanpa menghentikan langkahnya menaiki tangga.
"Baru aja selesai di tidurin sama mamanya"
Randy mengangguk paham seraya melangkah santai ke kamar Arga. Ia mengetuk pintu dan sedikit berteriak.
"Paket..."
Tak lama kemudian, Arga membukakan pintu dengan jari telunjuk yang berada di bawah hidungnya. Takut-takut jika dirinya mengendus bau parfum pria itu. Randy tersenyum kecil dan menurunkan telunjuk Arga.
"Gak pake parfum kok sayang..." Telinga Arga sedikit gatal mendengar panggilan ehem manis itu. Ia melirik kantong plastik di tangan Randy.
"Bawa apa ?"
"Martabak spesial, untuk orang yang spesial..."
Arga memutar bola matanya dan mengambil kantong yang di sodorkan Randy.
"Sekarang malah mual karena kata-katamu"
Randy menyengir dan menggaruk lehernya, seraya mengikuti Arga dari belakang. Tak lupa mengunci pintu dari dalam.
Arga membuka satu bungkus martabak dan menaruhnya di atas nakas. Ia mulai mencomot sepotong lalu memakannya. Matanya melirik Randy yang memilih menarik kursi dan duduk di depannya.
"Ganteng banget. Yakin tujuannya cuma ke sini doang ?"
"Sangat amat yakin. Kan niatnya emang mau ngapelin calon istri"
"Gak nginap ?"
"Ya, pasti mau, kalo di tawarin" Arga mengangguk, bangkit dari kasur dan tiba-tiba duduk di pangkuan Randy secara berhadapan. Masih dengan kegiatannya yang memakan sepotong demi sepotong martabak.
Tak memakan waktu lama, sebungkus martabak sudah Arga habiskan seorang diri. Randy sampai terheran-heran, apa pria di pangkuannya itu belum makan malam ?
Tanpa mempedulikan tatapan keheranan Randy, Arga mengeluarkan sesuatu dari dalam saku piyamanya. Ia menunjukan benda berbentuk stick berwarna biru putih itu kepada Randy.
Randy yang langsung tahu apa benda tersebut, seketika matanya membola tak percaya. Ia mengambilnya dan melihat dengan lebih pasti, dua garis merah kecil tertera jelas di sana.
"Kalka tuh emang minta di jewer sampe daun telinganya putus, orang minta pil penghambat, ngasihnya suplemen penambah nafsu makan"
Randy sudah tak mendengarkan ucapan Arga, ia memeluk pria itu erat, melampiaskan perasaan bahagianya yang sangat membuncah. Entah spermanya yang terlalu unggul, atau Arga yang terlalu subur, ia tak lagi mempedulikan itu. Yang Randy tahu, saat ini dirinya benar-benar bahagia, karena Arga masih sudi mengandung benih darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksa, Gue Hamil!! |END
Romance[PROSES REVISI] "Tanggung jawab lo cowok miskin!!" - Kalka "B-baik, kamu tenang ya? Saya bakal tanggung jawab" - Aksa #bl #mpreg Note: isi dari cerita ini adalah 50:50, karena ada sedikit plot twist. Konfliknya juga seringan kapas. THIS IS MY FIRST...