22

26.5K 2.1K 107
                                    

Happy reading ~



Beberapa saat dengan posisi seperti itu, Arga segera menghentikan isakannya lalu dengan kuat mendorong tubuh Randy agar menjauh darinya.

Ia mengusap kasar bekas air mata yang masih menggenang di pelupuk matanya.

"Cepat buka pintunya.." ujarnya pelan.

Tanpa menghiraukan kata-kata Arga, Randy merogoh dompetnya dan mengeluarkan foto yang diambilnya dari kamar Arga.

Ia menunjukkannya foto itu pada Arga dan dengan cepat direbut oleh pria yang berada di foto itu.

"Kenapa kamu sangat lancang !? Kenapa memeriksa kamar seseorang sesuka hatimu !?"

"Tolong jelaskan tentang foto itu.."

Arga tersenyum remeh dan berdecih pelan mendengar permintaan Randy.

"Jelaskan apa ? Jelaskan tentang kebrengsekan kamu yang lari dari tanggung jawab ? Begitu ?"

Randy tak dapat mengelak dari tuduhan yang dilontarkan Arga, karena ia mengakui bahwa dirinya memang brengsek.

"Kenapa... Anak kita bisa meninggal..?"

PLAKKK

Pipi kiri Randy terasa kebas karena tamparan yang dilayangkan Arga secara tiba-tiba.

"Anak kita ? Kamu bilang anak kita ?"

Arga sedikit tertawa sumbang dan melanjutkan kalimatnya.

"Bajingan macam kamu ini, tidak pantas menyebutnya sebagai anakmu !!"

Randy hanya mampu menunduk dan terdiam mendengar kata-kata pria didepannya itu.

"Apa ? Apa yang bisa orang sepertiku lakukan saat berada di posisi seperti itu ? Saat tidak ada satu orang pun yang menginginkan kehadiran bayiku ?"

"Dimana orang yang seharusnya menjadi sandaran ketika aku berada di titik terlemahku malah tidak berada di sampingku ?"

"Kamu Randy... Tidak akan pernah tau bagaimana aku mati-matian mempertahankan bayiku saat semua orang menginginkan kematiannya, aku sendirian, kedinginan, kelaparan hingga bayiku yang malang tidak dapat tertolong"

"Aku hampir kehilangan kewarasanku saat melihat tubuh kecil dan pucatnya yang sudah terbujur kaku di atas bangkar ruang jenazah"

"Mulai saat itu aku berjanji... Bahwa perasaan yang tersisa untuk kamu hanyalah rasa benci dan dendam.."

Randy benar-benar tak tahu harus bereaksi seperti apa mendengar fakta yang begitu pedih itu.

Karena rasa gugup, takut, dan cemas, semua bercampur menjadi satu, Arga merasakan dadanya menjadi sesak.

Ia bersandar pada daun pintu dengan nafas yang tersengal-sengal sambil memegang dadanya.

Ya.. ia mengalami hiperventilasi.

Melihat hal itu, Randy dengan cepat bertindak. Ia menutup mulut Arga dengan telapak tangannya dan perlahan-lahan Arga merosot ke lantai, masih dengan nafasnya yang memburu.

Randy tetap pada posisinya menutup mulut Arga agar pria itu hanya bernafas melalui hidung.

Itu adalah pertolongan pertama saat seseorang mengalami hiperventilasi.

Beberapa menit kemudian, saat pernafasan Arga sudah mulai normal, pria itu pingsan.

Randy dengan cepat mengangkatnya dan membaringkan Arga pada sofa panjang di sudut ruangan.

Aksa, Gue Hamil!! |ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang