Happy reading, jangan lupa Vote jika suka :)
Jangan lupa Vote dan follow akun wattpad ku jika menyukai cerita nya. Jangan lupa berikan komentar karena aku baru pertama kali buat
Aku merasa seperti penduduk yang asing ketika pertama kali menginjakkan kaki dikelas setelah tiga bulan tidak masuk sekolah. Aku seperti orang yang pergi tanpa kabar, berkali-kali gina dan nana menyindirku akan hal itu.
Padahal aku sudah mengirim surat untuk mereka juga waktu disana, aku menulisnya menjadi satu dengan surat yang ku buat untuk Raina
***********
Aku sebenernya malas berangkat sekolah untuk hari ini. Tapi karena Dylan, karena ingin meminta penjelasan kepada Dylan. Aku butuh penjelasan yang logis.
Aku masuk ke dalam kelasnya setelah kejadian beberapa menit, yang lalu dikantin. Aku menyusulnya, dia sedang membenamkan kepala diatas meja.
Aku mendekatinya, duduk hati-hati dikursi depan bangkunya.
"Lo nggak bisu kan? Jawab pertanyaan gue!" Pintaku dengan tidak sabar. Sudah cukup aku bermain halus dengan pria ini kemarin. Namun, ia sama sekali tidak menghiraukanku.
"Nggak ada yang perlu dijelasin! Semuanya sudah jelas!" Ucapnya Tajam.
Aku ingin tertawa, apa ia ingin mengajakku bermain sinetron?
"Apanya yang jelas? Lo tiba-tiba minta putus!" Balasku tidak terima. "Kalau alasan lo gue bisa terima gue akan setuju keputusan lo. Kita putus seperti lo inginkan!"
Dylan membanting ponselnya dengan Kesal. Aku terkejut melihatnya, ia sangat marah. Kenangan jadi Dia yang marah? Harusnya aku bukan?
"Apa setelah pergi dan kembali, kata-kata itu sja yang ingin lo ucapkan ke gua?" Tanya Dylan menahan amarah.
Apa maksud dia? Aku tidak mengerti. Kenapa aku merasa ada yang aneh, seperti aku tidak memberinya kabar sama sekali mungkin? Tapi aku mengirim Dia surat dan dia juga membalasnya. Kenapa pria ini menjadi aneh seperti ini?
Dia ingin aku mengatakan apa?
"Lo ingin gue bilang apa?" Tanyaku masih tidak mengerti. "I Miss You? I love you?
"Yaudah,kalau itu yang lo pingin. Gue akan bilang dengan senang hati..."
"I miss you... Dyl...
PLAAKKK
Sebuah tamparan mendarat dipipi kananku
Dengan begitu keras. Aku langsung memegang pipi ku yang panas dan perih. Aku terkejut bukan main dengan yang dilakukan Dylan. Aku tidak akan menyangkut dia akan menamparku.Apa sebenarnya salahku? Kenapa dengan Dylan?
"Nggak bisakah? Kita Putus saja tanpa memperpanjang ini?" Pinta dylan memohon
Aku sedikit berkaca-kaca saat mendengar perkataan yang keluar dari bibir Dylan. Menahan kesedihan ku
"Gue capek! Gue Lelah! Gue udah nggak kuat! Lanjut nya memalingkan wajahnya tanpa ingin melihat kepada ku, berusaha tidak mempedulikan air mata ku yang mengalir
"Gue mohon jangan membuat semakin menyakitkan!"
Apanya yang menyakitkan? Apa yang sudah kulakukan kepadanya?
Apa aku sudah menyakitinya?
Apa kesalahanku?
"Gue mohon sudahi! Gue udah nggak bisa lagi sama lo, kayla!" Tajam Dylan dengan tegas.
"Kenapa!" Tanyaku meminta penjelasan lagi. Aku pihak yang paling tidak tau disini. Sungguh
Dylan membuang wajahnya dengan cepat, membuatku bertambah bingung saja.
"Apa begitu susah ngasih penjelasan?" Tanyaku mulai terdengar dingin.
Aku menatap Dylan, sedikit menahan isakan yang akan mungkin sebentar lagi dari bibir ku. Aku menyerah dan memilih mengalah, aku tidak ingin membuatnya bertambah sedih.
Aku menganggukkan kepalaku dengan helaan napas keluar dari bibir,
"Baiklah gue nggak akan tanya lagi" ucapku pasrah
"Kalau itu memang mau lo, gue akan mengiyakan"
"Seperti yang lo pingin, kita selesai" ucapku dengan nada begitu berat.
Aku memaksa senyum, berdiri dari kursi dan melangkah satu langkah lebih dekat ke Dylan.
"Maafkan aku jika memang ada Kesalahan... Yang mungkin menyakiti mu". Ucapku tulus sembari mengacak-acak puncak kepala Dylan begitu saja.
"Gue pergi" pamitku, kemudian beranjak dari kelas Dylan, meninggalkan Dylan begitu saja.
Aku berusaha bersikap biasa dan tenang, namun tidak bisa. Aku mengacak-acak rambutku dengan kesal. Berusaha menahan isakan ku , perpisahan ini seperti membuatku tidak kuat.
Apa yang terjadi?
Aku sebenernya tidak ingin mengakhirinya, tapi jika aku terus menahan Dylan, Dia pasti tetap akan memaksa untuk tetap putus.
Jika aku memaksanya menjelaskan, dia pasti tetap keras kepala untuk tetap tidak memberiku jawaban. Aku tidak ingin terus bertengkar, aku tidak pantas mendapatkannya.
Walau tidak terdengar adil bagiku sendiri. Aku mengalah saja untuk dia.
Karena aku sangat menyukainya. Demi dia aku akan melakukannya. Jika Dia bahagia berpisah denganku, maka aku akan melakukannya.
Selesai
Jangan lupa Vote dan follow akun wattpad ku jika menyukai cerita ini

KAMU SEDANG MEMBACA
STORY KAYLA [ END ]
Novela Juvenil"Kebahagiaan bukanlah suatu hal yang telah siap dan tinggal dinikmati. Kebahagiaan berasal dari tindakanmu sendiri." ♥KAYLA LOVANIA ANDERSON♥ ♡♡♡♡♡♡♡♡ _________________________________________ ______________...