Ilham POV
Life is a choice.
Terkadang pada kondisi tertentu, kita harus bisa memilih dua pilihan yang keduanya tidak kita inginkan. Namun pada kenyataannya salah satu pilihan harus kita pilih, suka atau tidak.
Hari ini udah masuk minggu kedua semenjak ultimatum ajaib mama di maklumatkan. Aku sama sekali belum memiliki keputusan konkrit. Dua minggu ini juga aku terus menghindari komunikasi dari Airin. Sekretaris yang sudah bekerja padaku semenjak 3 tahun yang lalu. Gadis yang rumahnya hanya berselang satu block saja dari tempat tinggalku dan sudah mengekor padaku semenjak ia masih bayi.Kuakui Airin itu manis, dengan senyumnya yang bersahaja, pembawaannya yang humble, sederhana dan juga cerdas. Tentu saja dia wanita yang diidamkan banyak pria, tetapi orang itu bukan aku. Aku hanya bisa menganggapnya sebatas adik kecil yang harus selalu kujaga. Aku tidak habis pikir bagaimana bisa mama memiliki pemikiran untuk menjadikannya istriku. Bagaimana bisa aku melihatnya sebagai seorang wanita? You know I mean.
Entah mengapa aku terlalu shock dengan pernyataan mama kali ini. Menikahi Airin? Apakah itu sebuah keputusan yang bijak yang mama ambil? Bagaimana kalau pernikahan ini akan menyakitinya? Bagaimana jika ternyata Airin sudah memiliki calon suami sendiri ? Meskipun ada sedikit tidak rela ketika mengingat hal itu, eh itu hanya kekhawatiranku saja karena tidak mau Airin salah pilih jodoh. Ya, hanya karena itu. Ribuan pertanyaan seakan menghantam kepalaku hingga kemudian ia berdenyut kuat.
Aku enggan menikahi Airin bukan karena aku tidak menyayanginya, karena pada kenyataannya aku sangat menyayangi gadis yang kini bekerja sebagai sekretaris di perusahaanku. Tapi ini permasahan yang berbeda, rasa sayangku pada Airin tentu tidak sama dengan rasa seorang lawan jenis pada pasangannya. Ini rasa sayang seorang kakak pada seorang adik, tidak lebih.
Tak pernah sedikitpun terbesit dalam benakku dia akan menjadi pendampingku. Apalagi mengingat perbedaan usia kami yang berselisih 6 tahun. Apa mama tak berpikir tentang kebahagiaan Airin juga? Bagaimana kalau dia mencintai lelaki lain ? Aku harus membicarakan semua ini sama mama.
Segera!
•••••
"Jadi kamu sudah mengambil keputusan untuk tidak memperkenalkan calon istrimu pada mama, makanya mulai menanyakan perasaan Airin ?" Inilah tanggapan mama pertama kali saat aku menjelaskan permasalahan yang ku pikirkan selama ini.
"Aku gak mau munafik ma, dengan menggandeng wanita di luar sana untuk berpura-pura menjadi calon istriku. Tetapi menikahi Airin juga bukan jalan keluarnya, ma. Dia berhak menikah dengan lelaki yang dia cintai dan juga mencintainya. Dan jelas orang itu bukan aku," Bantahku.
"Bagaimana kalau yang dicintai Airin itu kamu? Toh, selama ini mama gak pernah lihat dia dekat dengan lelaki manapun selain kamu," ujar mama lagi seraya berjalan ke dekat jendela ruangan kantorku. Yah, kami sedang di kantorku sekarang. Tadi pagi sepulang dari Gorontalo untuk menangani beberapa proyek yang sedang dikerjakan disana, juga untuk menghindari Airin selama dua minggu ini.
"Itu karena dia sekretarisku ma, lagian yang mendekati dia selama ini juga bukan lelaki yang cocok untuk dia, makanya aku meminta pria-pria itu menjauhinya," jelasku panjang lebar.
"Tapi dia gak pernah protes kan? Lagian kenapa juga kamu begitu over protektif gitu sama dia? Apa namanya juga itu semua kalau bukan cinta Ilham? Yakin sikap kamu selama ini bukan atas dasar cinta?" Jelas mama lagi. Mama terus saja menceramahiku sampai jam istirahat kantor usai.
Setelah mama pamit untuk pulang aku termenung cukup lama, apa yang dikatakan mama tadi mengaung-ngaung dalam pikiranku. Bagaimana bisa mama melihat semua itu sehingga menyimpulkan antara aku dan Airin terlibat perasaan cinta.
Selama ini kulihat Airin tidak pernah menunjukkan gelagat cinta sama sekali padaku seperti banyak gadis di luar sana yang tebar pesona padaku. Dia menatapku dengan pandangan biasa, bekerja profesional sebagai sekretaris yang bisa kuandalkan dan merengek layaknya seorang adik pada sang kakak, lalu di bagian mana mama bisa melihat dia mencintaiku.
Selama ini aku peduli padanya hanya sebatas itu, melarang lelaki mendekatinya juga bukan karena merasa cemburu apalagi tersaingi, aku hanya saja tidak suka melihat pria-pria itu tebar pesona pada Airin yang begitu polos dan lugu. Eh?
Mungkinkah aku mencintainya?
bersambung......
Assalamualaikum readers?
Gimana part ini ?
Makin gaje aja kayaknya ya ? Di maklumin aja ya masih jadi Author amatiran.
Kritik dan sarannya ditunggu ya ! Untuk ide cerita selanjutnya moga jadi lebih baik lagi. . ;)Deep Love
NH
KAMU SEDANG MEMBACA
Seuntai Kata Cinta
RomanceCinta itu tak selalu harus di ungkapkan dengan kata-kata, tetapi jika tidak pernah mengungkapkannya sama sekali, apakah itu benar-benar cinta? Hal inilah yang membuat Airin bertanya-tanya tentang apa yang dirasa suaminya. Selama usia pernikahan mer...