Part 4 : Berbicara

40 5 0
                                    

Flashback on

Dua puluh empat tahun lalu Ilham sering mengeluh sama orangtuanya kerena ia menginginkan adik seperti sepupu-sepupunya yang lain yang sudah punya adik. Usianya baru berinjak 6 tahun saat itu, baru masuk SD kelas 1. Dia bahkan mengancam tidak mau masuk sekolah kalau mamanya tidak mau memberikan ia adik baru.

Lidya tentu saja bingung bagaimana menjelaskan kepada Ilham bahwa keadaannya sekarang tidak memungkinkan lagi untuk hamil. Sewaktu hamil untuk Ilham dia mengalami pendarahan berat di usia kandungan 7 bulan akibat kecelakaan dan menyebabkan dia harus segera operasi caesar untuk menyelamatkan bayinya dan rahimnya terpaksa harus di angkat karena mengalami luka yang amat parah. Syukurnya Ilham selamat meskipun harus lahir sebelum waktunya.

Hingga suatu hari Lidya mengabarkan kepada Ilham bahwa dia akan punya adik bayi. Mukhlis, supir pribadi keluarga baru saja mengabarkan bahwa istrinya akan segera melahirkan anak kelima mereka.

Lidya dan suami sudah menganggap Mukhlis sebagai keluarga. Apalagi ia dan istrinya tinggal tidak jauh dari kediaman mereka sehingga seringkali istrinya bermain ke rumah. Anak-anak lain Mukhlis sudah besar dan rata-rata sekolah di kampung halamannya dan tinggal di rumah orangtua Mukhlis. Kabar istrinya hamil membuat Lidya begitu bersemangat dan memiliki rencana untuk menjadikan adik angkat Ilham agar dia tidak lagi menagih adik.

"Beneran, Ma? Berarti Ilham bakal jadi kakak dong? Horeee!"

___

Sore itu sepulang sekolah Ilham dan Lidya mengunjungi rumah sakit untuk menjenguk Irma, istrinya Mukhlis yang baru saja melahirkan. Ilham bahkan sudah begitu antusias menyambut calon adik barunya.

"Cantik ya, Ma? Ilham senang deh," celoteh mulut kecil Ilham ketika pertama kali melihat bayi merah tersebut.

"Namanya Airin Putriana Mukhlis, sayang. Dia putrinya Pak Mukhkis dan akan jadi adik kamu juga meskipun tidak tinggal serumah dengan kita." Jelas Lidya karena tidak ingin Ilham salah paham dari awal. Walau bagaimanapun dia harus menjelaskan adik seperti apa Airin bagi dirinya.

"Tapi sebagai gantinya, kamu boleh setiap hari bermain sama airin dan menjaganya dengan baik ya jagoannya mama?" lanjut Lidya lagi.

"Hai Airin, kenalkan namaku Ilham dan kamu harus panggil aku kakak ya!" ucap Ilham kemudian yanh membuat seisi ruangan tertawa dibuatnya.

Flashback off
_____

Airin kaget bukan main mendengar keinginan mamanya Ilham tentang lamaran. Pagi-pagi tadi Lidya menghubunginya untuk menemani mama dari bosnya berbelanja. Awalnya tidak ada kecurigaan sedikitpun karena sudah sering Lidya mengajaknya pergi berdua Karen memang ia sudah di anggap keluarga di rumah itu. Tidak pernah dibayangkan bahkan dalam mimpi terburuknya sekalipun bahwa ia akan dilamar untuk menjadi istri dari bos sekaligus kakak yang begitu dikaguminya itu meskipun saat ini hubungan mereka sedang tidak baik.

Apa jangan-jangan karena ini Ilham marah padanya tempo hari? Sebenarnya Ilham tidak mau menerima perjodohan ini dan menganggap Airin mengganggu kehidupan pribadinya seperti yang ia katakan hari itu ketika pertama kali membentaknya. Hal itulah yang pertama kali timbul dibenaknya ketika mendengar perihal lamaran dari mulut Lidya.

"Tapi kak Ilham bagaimana, Ma? Airin merasa tidak pantas menerima lamaran ini, siapakah Airin ini dibandingkan kak Ilham." seru Airin. Dia takut Ilham tidak pernah setuju dengan lamaran ini.

"Kamu tenang saja, Ilham sangat menerimanya, dia hanya gengsi menunjukkannya. Tinggal kamu saja mau atau tidak," ujar Lidya yang dipanggil mama juga oleh Airin karena itu memang permintaan Lidya sedari dulu.

Seuntai Kata CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang