Warning: Typo bertebaran
Malam itu semua berkumpul di rumah sakit ketika Ilham menghubungi dan mengabarkan keadaan istrinya.
Semuanya harap-harap cemas menunggu hasil pemeriksaan lab mengingat wajah Airin terlihat sangat pucat saat ini. Dia sudah tertidur dengan selang infus terpasang di tangan sebelah kirinya.
Rasa sesal begitu kentara di hati Ilham mengingat seminggu ini ia membiarkan istrinya kelelahan membantunya. Belum lagi orangtuanya dari tadi tidak henti-henti menyalahkannya karena membuat menantu mereka sampai pingsang begini. Ilham merasa gagal menjadi suami karena belum bisa menjaga Airin dengan baik. Tubuh Airin yang tak berdaya dan sedang yerbaring di atas brankas IGD membuat Ilham tidak tega melihatnya.
"Selamat pak, anda akan menjadi seorang Ayah. Ini gejala wajar di trimester pertama kehamilan. Hanya saja kondisinya terlalu lemah karena kecapaian makanya tubuhnya ambruk. Jadi saran saya dia rawat inap hingga kondisinya kembali fit. Selanjutnya akan ditangani oleh dokter kandungan." dr. Raihan, dokter umur yang berjaga memberi penjelasan setelah melihat hasil lab yang sudah keluar.
Ilham masih tidak percaya pada pendengarannya. Apa yang di dengarnya dari penjelasan dokter seakan seperti mimpi yang tidak nyata. Sedangkan Bunda yang berada di sisi lain sudah menangis haru mengetahui anaknya kini sedang hamil setelah penantian panjang.
"Menantu saya hamil dok?" suara Mama Lidya menyadarkan Ilham dari keterpanaannya.
"Iya. Dari hasil lab menunjukkan bahwa ibu Airin sedang mengandung. Untuk memastikan lamanya kehamilan nanti pasien akan di USG dengan dokter kandungan yang sedang piket," ujar dokter itu memberi penjelasan lanjutan sebelum akhirnya pamit untuk menangani pasien lain yang baru masuk.
Setelah berbicara dengan dokter, mereka langsung mendekati Airin yang masih memejamkan matanya. Ilham duduk disampingnya dan menatap lembut ke arah istrinya yang terkulai lemas. Diraihnya tangan Airin yang terbebas dari infus dan di kecupnya pelan.
"Terimakasih sudah menggenapi kebahagiaanku. Maaf sudah membuatmu lelah beberapa hari ini dan hampir membahayakan anak kita." Ujar Ilham lalu memindahkan bibirnya di kening wanita yang kini diketahui sedang mengandung anaknya tersebut.
____
Setelah pulang dari rumah sakit, Ilham benar-benar melarang Airin bekerja karena takut istrinya pingsan lagi. Segala proses pemindahan jobdesc Airin ke karyawan baru ditangani langsung olehnya. Bunda dan mamanya juga semakin posesif menjaga Airin dan kerap menceramahi Ilham panjang lebar hingga kepalanya ikutan berputar agar kesehatan Airin terjaga selama masa kehamilannya.
Airin sampai pusing karena tidak boleh melakukan apa-apa oleh mertuanya. Ia melarang Airin bekerja meskipun itu hanya pekerjaan rumah. Sedangkan bunda lebih sedikit tenang dan tidak sekeras itu melarang dan menghadapi kehamilan Airin kali ini karena sudah terbiasa dengan kehamilan kakak-kakak Airin lainnya.
Bagi mama Lidya ini merupakan calon cucu pertamanya karena Ilham anak tunggal makanya wajar dia sedikit lebih posesif. Dia bahkan melarang Ilham pulang bekerja terlalu larut karena takut Airin akan sendirian di rumah. Hampir setiap hari jika Airin tidak berkinjung ke rumah maka dia akan datang menemani Airin dikediaman barunya.
"Mama lebay deh." ujar Ilham ketika dia datang menjemput Airin yang hari ini mengunjungi kediaman orangtuanya. Setelah berhenti bekerja Airin jadi lebih sering pulang ke rumah orangtua maupun mertuanya karena bosan sendirian di rumah. Dia juga kerap kali ngidam masakan Mama Lidya yang tentu saja langsung dituruti maunya oleh sang mertua.
"Kamu ini dibilangin malah ngatain mama lebay." sewot mama Lidya karena kesal dikatain anaknya. "Ini juga demi kesehatan anak kamu, Ilham."
Ilham tentu saja terkekeh mendengar penuturan dan kecerewetan mamanya sedangkan Airin mencoba mengingatkan Ilham agar berhenti tertawa dengan memberikan cubitan di pinggang suaminya.
"Apaan sih, Rin? Aku benar lho!" protes Ilham.
Airin mendelik mendengar protes suaminya, tetapi tak urung dia tersenyum juga melihat interaksi suami dan mertuanya yang selalu hangat seperti ini. Apalagi di saat kehamilannya yang pertama ini Airin merasa dilimpahi kasih sayang penuh dari orang-orang tercinta.
Ilham merebahkan tubuhnya di sofa dan menyandarkan kepalanya di paha sang istri. Rasa lelah karena seharian berkutat dengan dokumen membuatnya penat namun begitu bertwmu Airin rasa lelah itu berganti rasa nyaman yang tidak terkira. "Capek kak?" tanya Airin seraya membelai lembut kepala sang suami dengan tangannya, membiarkan Ilham memejamkan matanya dengan menjadikan dirinya alas.
"Hmmm," hanya gumaman yang keluar dari mulut Ilham sebagai jawaban. Matanya terpejam menikmati belaian halus dari tangan Airin yang memberi efek menenangkan ke seluruh tubuhnya. Rasa lelahnya seakan hilang hanya karena sentuhan kecil dari sang istri.
"Mau istirahat di kamar gak? Atau kakak mau makan sesuatu biar Airin siapkan?"
"Disini saja sebentar lagi ya,"
Airin hanya mengangguk dan tidak lagi berbicara, ia membiarkan Ilham istirahat sejenak dengan menggunakan pahanya. Hatinya selalu menjadi hangat ketika Ilham menampakkan sifat manja kepada dirinya seperti sekarang. Secara tidak langsung wanita itu merasa bahwa sekarang Ilham menyayanginya dan fakta itu membuat kupu-kupu beterbangan di perutnya dan jantungnya berdetak lebih kuat.
Setelah menikah secara perlahan sikap Ilham pada Airin semakin lembut dan dia menunjukkan kewajibannya sebagai suami dengan baik. Meskipun pernikahan ini bukan dilandasi oleh cinta dari pihak Ilham, bagi Airin sikap Ilham yang menerimanya dengan baik sudah lebih dari cukup. Ditambah kehadiran calon buah hati mereka membuat Airin merasa sebentar lagi kebahagiaannya terasa lengkap.
"Dedek apa kabar hari ini, sehat kan disana? Jangan nakal dan merepotkan ibu ya sayang?" Ilham tiba-tiba saja membuka mata dan meraba perut rata milik istrinya untuk menyapa calon buah hatinya.
"Dedek sehat ayah dan gak nakal juga," ucap Airin dengan suara dibuat khas anak kecil. Jawaban Airin tentu saja menerbitkan senyuman lebar dari bibir Ilham. Matanya menatap wajah manis Airin yang belakangan ini masih terlihat agak pucat efek sick morning yang dialaminya di awal kehamilan.
Sejenak mata dua pasangan halal itu bertemu pandang, Airin tersipu malu dan Ilham tidak bisa menyembunyikan senyum melihat pemandangan di depan matanya. Istrinya selalu tampak mempesona dari segi manapun yang ia lihat. Hal inilah yang membuatnya selalu bersyukur karena mamanya telah memaksanya menikah dengan wanita yang kini berstatus istrinya.
To be continue.....
Hai hai, selama datang kembali readerkuh. Hari ini aku update lagi cerita Ilham-Airin, sebelum konfliksnya muncul gapapa kan kita suduhi yang manis-manis dulu...
Selamat menikmati...
KAMU SEDANG MEMBACA
Seuntai Kata Cinta
RomantikCinta itu tak selalu harus di ungkapkan dengan kata-kata, tetapi jika tidak pernah mengungkapkannya sama sekali, apakah itu benar-benar cinta? Hal inilah yang membuat Airin bertanya-tanya tentang apa yang dirasa suaminya. Selama usia pernikahan mer...