Typo.
Vote dulu gan, maturuwon.__________________________________
Selamat membaca.
___________________________________Hari dimana Dikta dan Rio berada di UKS. Rio yang telah sadar terlebih dahulu tengah asik memperhatikan Dikta yang sedang tertidur.
"Nanti kalau dia udah bangun, suruh minum obat ya, Ri," ujar Ana menyerahkan obat tablet pada Rio.
"Eh, suruh makan dulu sebelum minum obat," sambung Ana.
Rio mengangguk, "makasih, kak."
"Lo juga jangan lupa sarapan dulu sebelum minum, habis ini bel istirahat. Kalian ke kantin dulu buat makan," ujar Ana.
"Iya kak, ini udah mendingan juga pusingnya," ujar Rio. Kemudian Ana pamit keluar UKS, hingga tersisa Rio dan Dikta.
Rio menggenggam tangan Dikta dan menatapnya dengan senyum bahagia.
"Gue gak nyangka lo masih peduli sama gue, Ta. Andai aja, gue gak ngelakuin kesalahan, pasti sekarang lo masih jadi milik gue," gumam Rio sembari mengecup tangan Dikta.__________________________________
___________________________________
Sudah dua hari, Dikta dan Daksa sama sekali tidak berinteraksi. Di kelas pun Daksa selalu menghindar dan lebih memilih pergi ke kantin sendiri. Khena dan Raden juga akhir-akhir ini lebih suka berada di perpustakaan, terkadang ada Abil yang menemani. Seperti sekarang ini, Abil lebih banyak mengoceh dari pada Daksa yang hanya diam saja.
"Gimana kalau pulang sekolah nanti, kita ke tempat waktu pacaran dulu? Mau gak, Sa?" Tanya Abil dengan binar cerahnya.
Namun, Daksa tidak menjawab dan lebih memilih memakan sotonya, padahal dirinya habis memakan nasi goreng serta bakso. Abil yang melihat itu saja hanya bisa menelan ludahnya.
"Gue lagi males kemana-mana, Bil," balas Daksa, tentunya membuat Abil menghela napas kecewa.
"Yaudah, gak papa, Sa. Lain kali aja kalau gitu," ujar Abil, sedikit kesal karena Daksa pasti sedang memikirkan Dikta. Padahal dia sudah senang karena hubungan Dikta dan Daksa hancur, tapi sepertinya tidak benar-benar hancur.
"Hai, Sa. Lagi makan, ya?" Pertanyaan seseorang itu membuat Daksa menoleh dengan menatap sinis orang itu.
"Lagi ngentd! Buta mata lo?" Sentak Daksa pada orang itu yang tidak lain adalah Tiar dan membuat si empu meringis dengan umpatan Daksa.
"Em....Diktanya mana, Sa?" Tanya Tiar sedikit canggung.
"Ngapain lo tanya dia? Demen lo sama dia? Udah pindah haluan juga?" Tanya Daksa dengan sengit, entah kenapa akhir-akhir ini ia sedikit sensitiv.
"Gak usah jadi setan juga lo, jangan jadi kayak Rio kntol yang demen sama pacar orang." Daksa mengernyit, kemudian menatap Tiar dengan satu alis terangkat ke atas.
"Tapi, lo demen gue kan? Berarti lo juga setan!" Umpat Daksa yang kemudian berdiri dari duduknya dan memesan makanan untuk Dikta yang berada di dalam kelas yang sepertinya Dikta sedang tidak enak badan, karena saat jam pelajaran terus menelungkupkan kepalanya dan bertumpu pada lipatan tangan. Walupun marah, ia tetap peduli pada Dikta, mana tega ia melihat Dikta sakit.
__
__
Lagi-lagi, Rio asik memandangi wajah damai Dikta saat tertidur. Bedanya sekarang mereka berada di kelas Dikta dengan Dikta yang sedang tertidur dengan kepala berada di atas meja dan berbantalkan jaket. Rio sendiri duduk di sebelah Dikta dan ikut menelungkupan kepalanya menghadap Dikta.
KAMU SEDANG MEMBACA
D' DOMINANT ✔
Teen FictionSquel Rival vs Senja [GEN 4] Ini adalah kisah Dikta bersama seseorang yang berhasil menyembuhkan lukanya. Dan ini juga kisah Dikta bersama sahabat sekaligus sepupunya. "Gue jadi boti, cok...." Ujar pemuda yang kini tengah bertumpu pada perut seseora...