3🌷

126 105 29
                                    

Aruna memilih untuk masuk ke dalam kelasnya. Beruntung tidak ada guru di dalamnya, ia segera melesat masuk dan duduk di kursinya. Ia masih sangat kesal, kepada siapa? tentu saja Nabastala.

"Udah mendingan Na?" Kiara menoleh ke arah Aruna ketika gadis itu duduk di kursi belakangnya.

"Kok muka lo kesel gitu, kenapa?" Sekarang pertanyaan dari Bunga, siapapun juga akan menanyakan pertanyaan yang sama jika melihat muka kesal Aruna.

"Gue lagi kesel banget!"

"Lo baru sadar udah emosi, kenapa sih?" Bunga bertanya untuk yang kedua kalinya. Kiara pun ikut penasaran, gadis itu menggeser bangkunya agar lebih dekat dengan kursi Aruna.

"Kak Bastala anjir, nyebelin banget. Gak ada tuh karisma karisma yang dibilang semua orang." Jawaban Aruna membuat Kiara dan Bunga saling melemparkan tatapan bingung, bagaimana tidak? Aruna ini tidak menceritakan kejadian dengan lengkap, tau tau malah menyalahkan Nabastala, pria yang di idam idamkan semua kaum hawa di sekolah.

"Heh siluman kodok, minimal ceritain dulu yang jelas." Semprot Kiara kesal.

"Huh! iyaiya." Aruna menceritakan semua kejadian dari awal sampai akhir tanpa ada satupun yang terlewat. Kedua teman nya pun mendengarkan tanpa memotong ucapan Aruna.

Gelak tawa pun terdengar dari kedua teman nya. Mereka tertawa sampai seluruh perhatian teman sekelasnya mengarah kepada mereka bertiga. Bagaimana tidak, ini adalah konsumsi paling lucu menurut mereka. Sedangkan Aruna? ya tentu saja gadis itu masih menunjukan raut wajah kesal.

"Hahaha, seriusan?"

"Hahaha sumpah perut gue sakit banget plis." Kiara tertawa sambil menepuk nepuk punggung Aruna, gadis itu memang gemar sekali memukuli orang jika tertawa, sementara Aruna? gadis itu tetap dengan posisi awal.

"Gak ada yang lucu, nyebelin tau gak," Aruna menghela nafas. "Tau gitu gak gue makan tuh bubur."

"Kenapa lo gak nanya dulu Na." Bunga dengan suara tawanya yang mulai mereda.

"Ya, kan, gue gak tau." Gadis itu menggaruk tengkuk nya yang tak gatal, memang sih ini salah nya tapi tetap saja ia tak mau disalahkan. Ingat, perempuan selalu benar. Jika salah? balik lagi ke point awal.

"Terus gimana?" Tanya Kiara yang masih menahan tawanya. Cerita ini begitu lucu menurutnya.

"Ya gak gimana gimana lah, gue bayar aja tuh bubur." Aruna membuka botol minumnya dan meneguk habis isinya, menceritakan hal konyol kepada mereka hanya membuang buang energinya. Bukanya dapat dukungan, malah diteryawakan.

Untung saja pelajaran kali ini tidak ada guru yang masuk, hanya ada guru piket yang memberi mereka tugas. Namun, bukanya di kerjakan mereka malah menjadikan tugas itu sebagai pr.

"Yaudah yaudah, karna guru lagi pada pergi jenguk Bu Dian. Mending kita keluar yuk." Ajak Kiara, perempuan itu nampaknya sudah selesai dengan tawanya.

Keduanya mengangguk, mereka berjalan menuju kantin. Tempat apalagi yang harus mereka kunjungi jika jamkos? apakah perpus? oh tentu tidak, hanya orang orang rajin lah yang berada di tempat yang penuh dengan buku itu.

Mereka berjalan beriringan dengan Aruna yang berada di tengah, katanya sih jaga jaga takutnya pingsan lagi. Tapi apakah kalian percaya jika gadis itu akan pingsan untuk yang kedua kalinya setelah mengomel tidak jelas di kelas tadi?

Bukan kantin gedung B yang mereka kunjungi, melain kan kantin yang ada di gedung A. Sekolah ini memiliki 3 gedung, masing masing gedung memiliki kantin tetapi kantin paling luas berada di gedung B. Sedangkan di gedung A dan C hanya ada kantin dengan ukuran sedang saja, namun muat untuk menampung siswa yang kelaparan.

AmaralokaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang