dont forget vote&coment
.
.
.
happy reading💐
Suasana ruang tamu di rumah Aruna mendadak ramai dengan suara bunda dan Jingga yang asik berbincang dengan sang tamu. Sementara Aruna, gadis itu duduk di meja makan dengan wajah yang kesal."Dunia sempit banget perasaan." Geruntu Aruna sambil menyeruput habis susu coklat kesukaan nya.
Bagaimana tidak kesal? tamu yang di maksud bunda adalah Nabastala Afigan. Sang ketos gadungan yang membuat Aruna sering merasa naik darah.
Tak ingin berlama lama di dapur, gadis itu bangkit hendak pergi ke kamarnya. Mungkin di kamar akan lebih menyenangkan, apalagi bermain bersama Nuna.
"Na!" Jika sudah bunda yang memanggilnya, bagaimana bisa Aruna lari begitu saja? tentu gadis itu akan menghampiri bunda dan duduk di sana.
"Sini, duduk dulu. Diajak ngobrol dulu Ka Bastala nya, bunda mau ke belakang sebentar." Aruna tersenyum kecil, namun senyuman itu bukan senyuman ikhlas melainkan senyuman keterpaksaan.
"Iya bun." Gadis itu duduk tepat di samping Jingga.
Rasa canggung pun menyerang ketiganya. Ralat, hanya Aruna yang merasa canggung, gadis itu bingung harus bersikap bagaimana sekarang.
"Lo berdua satu sekolah, masa diem dieman aja." Sindir Jingga, laki laki itu pamit ke belakang karna haus.
Sekarang hanya ada dirinya dan Bastala, tak ada suara diantara keduanya. Hanya ada suara bungkus coklat yang terbuka, tentu Aruna yang membukanya.
"Oh iya! Bentar ya ka, gue mau ambil uang dulu di kamar. Buat ganti uang lo kemarin." Saat Aruna hendak bangkit dari duduknya, tangan nya justru di cekal erat oleh Bastala.
"Eh?"
"Engga usah." Aruna kembali ke posisi awal, gadis itu duduk dengan tangan yang masih di genggam oleh Bastala.
"Aish, gue tinggal sebentar udah pegangan tangan aja nih." Suara jingga membuat Bastala reflek melepas cekalan nya. Ia menggaruk tengkuknya yang tak tagal.
"Tadi dia mau jatuh, jadi gue pegangin." Jingga mengangguk sebagai jawaban, ia manaruh dua gelas jus jeruk lalu kembali ke kursinya.
"Dia emang gitu orangnya, ceroboh banget."
"Apaasih lo!"
"Udah ceroboh, galak lagi." Tak ingin membuang tenaganya terlalu banyak, gadis itu bergegas pergi ke kamar dan menutup kencang pintu kamarnya.
Ia menjatuhkan tubuhnya di atas kasur, matanya menyapu langit langit kamar. Aruna menghirup banyak udara lalu membuangnya secara perlahan, agar dirinya lebih tenang. Gadis itu menoleh ke arah Nuna yang tertidur di kandangnya, kucing itu amat damai ketika tertidur.
🦋🦋🦋
"Gue makin yakin kalo dunia itu segede pilus."
"Maksudnya, gimana Na?" Tanya Bunga, gadis itu menyeritkan dahinya bingung.
"Lo tau ga?" Bukanya menjawab, Aruna malah bertanya balik kepada Bunga. Membuat gadis itu memutar bola matanya malas.
"Kalo gue tau, gue gak nanya!"
"Iya juga sih, hehe." Kekeh Aruna, gadis itu menoleh ke kanan dan ke kiri, tujuan nya mencari keberadaan Kiara.
"Kalo lo nyari Kiara, tuh bocah hari ini gak masuk. Izin buat ikut orang tuanya ke jepang."
"Gabutnya orang kaya mah beda ya Bung." Mereka berdua kembali terkekeh. Aruna kembali menyapu pandangan nya ke seluruh kantin, manik matanya bertemu dengan manik coklat milik Bastala. Dengan segera, Aruna memutuskan kontak mata dengan laki laki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amaraloka
Ficção AdolescenteHadiah termanis ku adalah ketika bertemu dengan mu dan mengenal pribadi mu. Membuat banyak kenangan indah bersama mu juga menghabiskan banyak waktu dengan mu. Lantas, seperti apa kisah kita selanjutnya?