5🎈

122 91 64
                                    

dont forget vote and coment.
.
.
.
happy reading!!

Jam sudah menunjukan pukul 06.20 yang berarti 10 menit lagi bel masuk akan berbunyi. Aruna kelabakan, akibat begadang karna membaca novel gadis itu harus bangun kesiangan sekarang.

Untung saja bukan hari senin. Aruna segera masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Gadis itu bahkan tidak sarapan sangking terburu burunya. "Aduh, mampus gue kalo sampe telat!" Geruntu Aruna.

"Terusin aja baca novel tengah malem nya Na!" Suara menggelegar itu berasal dari dapur yang berarti pemilik suara itu adalah Bunda.

Aruna langsung lari setelah memakai sepatu, ia memesan gojek, beruntungnya gojek itu tak jauh dari rumahnya. "Cepet ya bang, saya telat nih." Ucapnya sambil tergesa menggunakan helm.

"Siap neng." Abang gojek itu segera menancap gas menuju SMA Taruna Bangsa.

5 Menit lagi, gerbang akan segera di tutup. Sial, Aruna panik sekarang. Ia malas jika harus dapat hukuman dari osis osis gadungan.

"Pak pak tunggu!!" Pak Adi menoleh ke arah Aruna yang baru saja turun dan membayar gojeknya. Gadis itu berlari sampai ter engah engah sangking paniknya.

"Ya ampun neng, jam berapa ini." Tanya Pak Adi.

"Pak s-saya telat, tolong b-ukain gerbang nya y-ya." Suara gadis itu seperti ikan yang kehabisan nafas. Ia menyeka keringatnya yang mulai bercucuran di dahi.

"Aduh tapi neng, ini udah jam pelajaran. Saya gak bisa bukain gerbang nya, mending neng pulang aja." Pria paruh baya itu malah menyuruhnya pulang? hey! Jika Aruna tidak ingin sekolah, buat apa gadis itu terburu buru untuk datang meskipun telat.

"Gak bisa Pak, saya bisa kena omel Bunda." Jawab Aruna, gadis itu masih kekeh untuk membujuk Pak satpam ini.

"Ayolah pak."

"Kopi deh, gimana?"

"Sama gorengan nya sekalian."

"Tapi bukain gerbang nya ya Pak."

Sementara itu, Pak Adi tergiur dengan tawaran Aruna. Namun ia juga tidak mau jika memakan gaji buta karna membiarkan murid telat masuk ke sekolah.

"Bukain aja pak." Suara itu berasal dari balik pos satpam. Laki laki itu melirik ke arah Aruna dengan tatapan datar.

"Tap-"

"Gapapa pak, biar saya yang hukum. Udah jadi kewajiban saya sebagai ketua osis untuk menguhukum setiap murid yang telat di SMA Taruna Bangsa." Jawaban laki laki itu membuat Pak Adi langsung menggeser gerbang agar Aruna dapat masuk kedalam.

Masa bodo dengan hukuman, yang penting gadis itu bisa masuk sekarang.

"Makasih ya Pak Adi." Ucapnya lalu pergi.

Gadis itu berlari kecil di ikuti oleh Bastala di belakangnya. Laki laki itu tersenyum tipis, ia sudah memikirkan hukuman apa yang pas untuk gadis tengil di hadapan nya ini.

"Lapangan." Ucap Bastala. Aruna yang sedang berlari pun menghentikan langkah nya, ia sampai lupa dengan hukuman yang seharusnya ia jalani.

"T-tapi g-gue capek b-banget Ka."

"Siapa suruh telat?!" Tegas Bastala, laki laki itu seperti mempunyai banyak kepribadian. Sehingga Aruna sendiri pun bingung dibuatnya.

"Ya gak ada, m-makanya gue telat." Gadis itu masih terengah engah. Ia melepas tas nya untuk mencari sebotol air, namun nihil botol minum gadis itu tertinggal dirumah.

AmaralokaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang