dont forget vote and coment.
.
.
.
happy reading!!Bell pulang sekolah adalah bunyi paling menyenangkan untuk seluruh murid indonesia. Seperti saat ini, seluruh murid SMA Taruna Bangsa bersorak ramai karna bell pulang sekolah sudah berbunyi.
Guru yang belum tuntas memberi penjelasan pun terpaksa harus mengakhiri pertemuan hari ini. Murid murid pun merapih kan kembali buku buku mereka, memasukan nya kedalam tas. Sama dengan yang Aruna lakukan sekarang.
Gadis itu memakai cardigan abu abu tebal kesukaan nya, menyemprotkan parfum vanila ke seluruh badan dan memakai sedikit liptint di bibir nya. Beberapa siswa yang melewati Aruna pun jadi salah fokus dengan wanginya, bahkan ada yang minta di spill link shopee dari toko parfum kesukaan Aruna.
Aruna dengan senang hati memberi tau dimana ia membeli parfum dengan wangi vanila itu. Bukanya bagus jika mereka semua membeli parfum dengan wangi yang sama? jadi kelas ini akan dikenal dengan kelas vanila, bukan kelas dengan bau ketek yang membuat siapapun yang masuk akan muntah muntah.
"Dijemput siapa Na?"
"Gak tau, kayanya Bang Jingga, atau Bunda." Jawab Aruna, gadis itu hendak keluar kelas, tapi ia mengurungkan niatnya karna melihat bunga yang baru saja selesai piket seorang diri.
Memang manusia tidak tau diri, sudah ada jadwal piketnya masing masing tetapi tidak di kerjakan. Padahal hanya sekali dalam seminggu, pemalas sekali mereka.
"Mau bareng gue aja gak? kebetulan gue bawa motor." Tawaran Bunga dijawab gelengan kepala dari Aruna, gadis itu tidak ingin merepotkan teman nya apalagi jarak rumah mereka lumayan jauh dan tidak searah. Kasihan Bunga kalau harus muter balik demi mengantarkannya pulang.
Sementara Kiara, anak itu sudah pulang duluan karna supirnya selalu datang tepat waktu. Tadinya Kiara ingin menunggu kedua teman nya, tetapi Bunga menolak karna tidak enak dengan supir Kiara yang sudah menunggu berjam jam.
"Serius nih?"
"Iya Bungaa."
"Yaudah gue duluan ya, kalo ada apa apa telfon aja. Kuota gue masih ada 500 mb." Kekeh Bunga sambil melambaikan tangan ke arah Aruna.
"Sialan lo!" Aruna pun ikut tertawa dibuatnya. Gadis itu berjalan ke arah Halte yang tidak jauh dari sekolahnya. Ada banyak siswa dan siswi yang menunggu bus di sana, jadi Aruna tidak sendirian menunggu jemputan nya.
Hari sudah semakin sore, sampai saat ini pun tidak ada tanda tanda ia akan dijemput. Bunda mungkin sedang sibuk di butik, sementara Bang Jingga, lelaki itu mungkin juga sibuk dengan kuliahnya.
Aruna menghela nafas, murid lain sudah masuk kedalam bus lima menit yang lalu. Mereka meninggalkan Aruna seorang diri, malang sekali nasib gadis itu hari ini.
Derum motor berbunyi kencang di telinga nya, bagaimana tidak, toh motor itu sekarang berhenti di depan nya. Aruna menyeritkan dahinya bingung, siapa dia? ada urusan apa sampai harus melipir ke sini?
"Naik." Suara itu, Aruna kenal dengan suara berat itu. Ya siapa lagi kalo bukan suara Nabastala, laki laki yang membuat mood nya rusak hari ini.
"Siapa ya?" Jawab Aruna pura pura tak mengerti.
"Udah sore, rawan begal." Perkataan laki laki itu mampu membuat Aruna mendidik ngeri. Apa yang harus ia lakukan sekarang? batre handphone nya sudah merah, bahkan sebentar lagi mungkin akan mati. Suasana di halte ini juga sepi, kalau Aruna mati hari ini mungkin mayatnya akan di temukan esok hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amaraloka
Teen FictionHadiah termanis ku adalah ketika bertemu dengan mu dan mengenal pribadi mu. Membuat banyak kenangan indah bersama mu juga menghabiskan banyak waktu dengan mu. Lantas, seperti apa kisah kita selanjutnya?