dont forget vote&coment
.
.
.
happy reading!!"Ra, menurut lo kucing kalo nikah sama cicak anaknya jadi apa ya?" Pertanyaan random itu membuat Kiara menoleh ke arah Aruna lalu menepuk punggung tangan gadis itu. Ia menghela nafas, padahal matahari belum sepenuh nya naik kepermukaan. Tapi, ada saja makhluk aneh yang berfikir random seperti Aruna.
"Menurut lo aja, Na." Pasrah Kiara, gadis itu segera kembali ke posisi sebelumnya. Sekarang, Aruna menoleh ke arah Bunga yang sedaritadi hanya menyimak.
"Bung-"
"Stop! gue gak mau jawab pertanyaan random lo." Belum sempat Aruna menyelesaikan kalimatnya, gadis itu sudah terlebih dahulu mengarahkan jarinya ke arah bibir Aruna.
Di depan sana, Pak Bisma sedang menjelaskan berbagai rumus matematika. Bahkan tangan nya tak henti untuk menulis cara pengerjaan nya, dan ya Aruna mengantuk sekarang.
Gadis itu menenggelamkan kepalanya di tumbuhan tangan. Perlahan tapi pasti, gadis itu tertidur pulas sekarang. Persetanan dengan materi hari ini, Aruna memilih untuk tidur selama jam pelajaran. Karna ia rasa, kekuatan matanya hanya tersisah 5 watt saja.
Bunga, gadis yang duduk bersama Aruna membulatkan matanya sempurna ketika Pak Bisma menghampiri mejanya. Gawat, masalah baru akan muncul sekarang.
Sebisa mungkin Bunga memberikan kode kepada Aruna agar gadis itu terbangun. Namun nihil, gadis itu bahkan tak terusik sama sekali.
"Ya elah, ini orang kenapa susah banget di bangunin sih." Geruntu Bunga dalam hati, kini Pak Bisma sudah berada di depan mejanya sambil bersedekap dada.
Brakk!!
Gebrakan di meja Bunga membuat Aruna langsung membuka matanya. Ia melihat sekeliling, mencoba mencerna apa yang sedang terjadi. Matanya melebar sempurna saat melihat sosok mengerikan sedang berdecak pinggang sambil menatap dirinya.
"Berani ya kamu tidur di pelajaran saya?!!" Pak Bisma melempar tatapan sinis kepada Aruna.
Gadis itu melirik Bunga, mengubah mimik ekspresi wajah gadis itu seolah meminta penjelasan mengapa Bunga tidak membangunkan nya.
"Gue udah ngasih kode ke lo, tapi lo nya gak bangun!" Bisik Bunga. Sesekali gadis itu melirik ke arah Pak Bisma yang menatap lekat wajah Aruna.
"Hehe, saya ya pak?" Jawab Aruna sambil menggaruk tengkuk lehernya yang tak tagal.
"Bapak mu!" Semua murid tertawa, termasuk Bunga di sebelahnya.
"Ah Pak Bisma, bisa aja." Celetuk Keo.
"Diam kamu, nilai masih merah aja mau sok asik sama saya!" Jleb, jawaban Pak Bisma membuat gelak tawa kembali menggelegar.
"Ya, gapapa atuh Pak." Keo, lelaki itu kembali diam di tempatnya. Sementara murid lain masih tertawa karna kejadian hari ini.
"Semua diam! dan kamu Aruna keluar dari pelajaran saya, sekarang!" Tak ada pilihan lain selain menuruti apa yang di perintahkan oleh pak tua yang masih setia berdiri di hadapan mejanya.
Aruna melirik ke arah Bunga dan Kiara. Kedua teman nya pun hanya menganggukan kepala sebagai jawaban. Kali ini Aruna pasrah, gadis itu beranjak dari duduknya untuk pergi keluar kelas. Sementara Pak Bisma melanjutkan pelajaran yang sempat tertunda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amaraloka
Teen FictionHadiah termanis ku adalah ketika bertemu dengan mu dan mengenal pribadi mu. Membuat banyak kenangan indah bersama mu juga menghabiskan banyak waktu dengan mu. Lantas, seperti apa kisah kita selanjutnya?