6💐

92 70 23
                                    

dont forget vote&komen
.
.
.
happy reading!!

Malam ini, rumah terasa sepi karna Jingga izin menginap dirumah teman nya dengan alasan mereka akan ada kelas pagi besok. Tugas yang lumayan banyak membuat Jingga yakin jika dirinya akan terlambat jika tidak menginap dirumah teman nya.

"Ikut ayah yuk, Na." Ajak Gamma, pria paruh baya itu melihat Aruna duduk di ruang tamu dengan susu coklat di meja.

Aruna mematikan tv nya, "Mau kemana, yah?"

"Kerumah temen ayah, mau bahas kerjaan. Abis itu mau belanja bulanan," Gamma menyerahkan kertas dengan isi list apa saja yang harus dibeli. "Bunda mau ke butik, ada pesanan dadakan."

Gadis itu mengangguk, lalu pergi ke kamarnya untuk bersiap. Ia mengenakan baju kaos warna putih yang dibalut dengan jaket dengan warna yang senada dengan celana hitamnya. Aruna mengikat rambutnya menjadi satu, tak lupa gadis itu menyemprotkan parfum kesukaan nya.

Setelah ia rasa siap, gadis itu langsung turun karna Gamma sudah menunggunya di ruang tamu.

"Ayahh!! Runa datang!!" Suara itu menggelegar di dalam rumah, padahal gadis itu masih berada di tangga.

"Cantik, dan selalu cantik." Puji Gamma.

"Ah, ayah bisa aja."

Ayah dan anak itu masuk kedalam mobil untuk pergi ke tempat tujuan nya. Jalanan saat ini tidak terlalu ramai, ditemani dengan suasana rintik hujan membuat siapa saja merasa damai.

Berbeda dengan Aruna, gadis itu nampak murung sambil melihat jalanan dari kaca mobil. Ia sesekali menghela nafasnya.

"Ada yang mau diceritain gak?" Ayah melirik Aruna yang menekuk wajahnya.

Suara Ayah membuat lamunan Aruna buyar begitu saja, gadis itu menoleh lalu tersenyum singkat. "Ada yah, banyak malah."

"Coba cerita, Ayah dengerin." Gamma memang sosok Ayah yang pengertian, ia bahkan dengan mudah menebak isi kepala putrinya. Bukan hanya Aruna, ia juga seperti itu kepada Jingga dan Puspita, istrinya.

Aruna mulai menceritakan semua kejadian yang terjadi di sekolah sampai mengeluh karna banyak tugas yang membuat kepalanya pusing. Dan jangan lupa, gadis itu juga mengadu tentang ketua osis gadungan di sekolahnya kepada sang Ayah.

"Apa dia orang yang sama dengan yang kamu ceritakan minggu lalu?"

"Iya!! dia orangnya, ugh!! aku sampe males banget liat muka nya. Bawaan nya bete kalo ada dia." Aruna kesal, ia mengerucutkan bibirnya yang membuat Gamma gemas, pria paruh baya itu mengusap lembut rambut panjang anaknya.

"Gak boleh bete bete, nanti malah jodoh." Kekeh Gamma di akhir kalimatnya.

"Ih amit amit deh!! Ayah kok ngomongnya gitu sih!!"

"Siapa sih nama orangnya? Ayah jadi penasaran."

"Ka Bastala!" Jawab gadis itu ketus.

"Kakak kelas kamu?" Lagi, Aruna hanya menjawab dengan Anggukan kepala.

Tak terasa, obrolan mereka harus berhenti karna mereka sudah sampai di depan gerbang rumah teman Gamma. Kedatangan mereka disambut hangat oleh satpam yang membuka kan pintu gerbang.

Aruna benar benar tercengang melihatnya, rumah mewah yang sederhana. Mungkin luasnya 2kali lipat dibanding dengan rumahnya. Ada kebun mawar juga, Aruna yakin ia tidak akan menyesal ikut dengan Ayahnya.

Gamma turun dari mobil, di susul dengan Aruna di belakangnya. Gadis itu mengekori Ayahnya, mata coklatnya tak henti henti menatap kagum hamparan bunga bunga cantik di sekelilingnya.

AmaralokaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang