Chapter 6. Rapat dadakan

78 5 0
                                    

Tidak ada libur atau istirahat beberapa hari semua kembali seperti hari-hari sebelumnya. Angga dan Yuna sudah datang ke kantor lebih pagi disaat Perusahaan masih sepi.

Saran Tuan Raysen dan Nyonya Clara untuk mengambil cuti dan pergi berbulan madu tidak di lakukan oleh Angga. Angga tidak suka membuang waktunya hanya untuk Liburan. Lebih baik dia menghabiskan waktu seharian untuk pekerjaan. Angga Lelaki yang begitu ambis soal Pekerjaan.

Mereka berangkat satu mobil atas perintah dari Nyonya Clara. Awalnya, Yuna enggan berangkat bersama Lelaki yang kini sudah menjadi Suaminya. Tapi tak ada pilihan lain, lagipula Yuna juga tidak memiliki kendaraan Pribadi di kediaman Keluarga Jayzhen. Selama perjalanan suasana hening mereka membisu sibuk tenggelam pada pikiran dan kefokusan diri masing-masing.

Ini masih terlalu pagi Yuna melangkah ke Pantry. Membuat secangkir Teh dengan sedikit gula, Yuna suka manis. namun, bukan yang terlalu berlebihan. Kira-kira satu sendok teh Gula cukup untuknya.

"Yuna?"

Gadis itu terperanjat dia lalu membalikkan badan, disana Jihan tersenyum ke arahnya. Ah, dia suka sekali membuatnya kaget.

"Lo datang melayang apa gimana? Gue gak denger langkah kaki tiba-tiba lo dah ada di sana."

"Lo aja yang terlalu fokus." Jihan menyambar gelas yang ada di tangan Yuna. Dia perhatikan beberapa saat kemudian di kembalikan lagi.

"Apa?"

"Lihat aja,"

"Ngapain lo kesini?"

"Gue mau bikin kopi,"

"Masih pagi, Lo mau minum kopi?"

"Yaa gak papa,"

"Kalau gue minum kopi pagi-pagi bisa kambuh asam lambung gue."

"Kalian sedang, Apa?" Suara itu membuat mereka berdua kompak menoleh dan menundukkan sedikit kepala.

"Selamat Pagi, Pak." Ucap Yuna dan Jihan bersamaan kepada Pria yang ada di hadapan mereka.

Pak Hera tersenyum, "Pagi, juga."

"Bapak, mau kopi?" Tanya Jihan menawarkan cangkir teh milik Yuna.

Ingin sekali Yuna menoyor kepala Teman kerjanya. Dia menawarkan kopi tapi yang di berikan adalah teh.

"Terima kasih, tapi yang ada di tanganmu itu Teh, Jihan."

"Ah, iya Saya lupa!" Herin menggaruk tengkuk lehernya yang tak gatal dengan senyum canggung.

—•-•-•—

Angga meletakan Beberapa berkas secara kasar di meja. Kepalanya mendadak pusing ketika mendapat laporan beberapa klien akan membatalkan kerjasama.

Selain itu, Deno sudah resmi mengundurkan diri dari Perusahaan. Sekretaris baru juga belum ada. Padahal kerjaan sudah menumpuk.

Angga terdiam sejenak. Lelaki itu ingat satu hal.

"Hera, siapkan ruang rapat. Beritahu semuanya kita akan adakan rapat setengah jam lagi!" Angga berbicara pada Hera yang saat ini berada di sampingnya.

"Baik, Tuan."

Di ruangan lain, para pegawai sedang fokus dengan pekerjaannya. Tiba-tiba saja Hera datang memberitahu hal yang harus disampaikan.

"Semuanya, Sepuluh menit lagi kita akan mengadakan rapat. Kalian semua bersiap lah." Kemudian Hera pamit pergi untuk menyiapkan berkas.

"Kenapa ini? Kok tiba-tiba?" Tanya Jihan menoleh ke Yuna.

"Gak tau."

"Mungkin ingin membahas desain label untuk Produk baru?" Tebak Leo.

"Bisa jadi."

The Story Of Yuna's contract with the CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang