Good Time.
.
.Pagi ini Lavierra bangun dengan perasaan yang baik. Mungkin karena sinar matahari yang masuk kedalam kamarnya ini sangat hangat dan lembut.
"Ya, aku mengintai Draco semalam." Lavierra sedang bertelepon, tentu saja dengan Grim Archer.
"Dia bertemu dengan Dristan Van Doren. Mereka sepertinya sedang membahas sesuatu dengan serius. Bukan seperti reuni keluarga." Lavierra melaporkan apa adanya tentang apa yang semalam ia dapat. Kecuali tentang Zedekiah yang terluka karena terlibat dengan Draco juga.
Terdengar helaan nafas di seberang telepon sana.
"Dominic punya anak bisnis yang dikelola oleh masing masing anaknya. Tapi selama ini mereka selalu bergerak sendiri sendiri. Ini yang membuat anak buah ku sulit, tak ada celah untuk menghancurkan mereka sekaligus." Lavierra yakin ia mendengar sebuah gelas pecah disana, pasti Grim Archer sedang kesal.
"Tenang lah, aku lebih cepat dari pada anak buah mu." Sombong Lavierra.
"Hahah. Kerjakan saja sesuka mu."
"Ah ya... datanglah ke mansion utama sekitar jam 7 malam. Ajak juga Zedekiah. Ada yang harus aku bicarakan langsung."
"Apa?! Tunggu..."
Sebelum menolak dan berprotes, sambungan telepon sudah terputus lebih dulu.
Bagus... bagaimana Lavierra bisa membujuk tuan temperamental itu. Makan bersama di mansion saja dia suka mengamuk, apalagi pergi bersama sama menghadap Grim Archer.
Setelah menyimpan ponsel dan memakai kaos santai, Lavierra segera turun dan mencari Zedekiah.
Ya, seperti yang di harapkan dari pemimpin sebuah komplotan mafia, Zedekiah nampak sehat mengomel sana sini meski memiliki luka segar sekali pun.
"Mau apalagi pria tua itu, Jordy?!"
"Saya juga tidak tahu, tapi sebaiknya tuan pergi kesana."
Lavierra melihat Jordy yang kelimpungan menangani tuan nya. Tak jauh beda dengan Zedekiah, Jordy pun memiliki beberapa luka. Sepertinya mereka benar benar tersudut.
Lavierra berdehem hingga keduanya menoleh. Jordy dengan sigap mundur dan berbaur dengan pelayan lain, sedangkan Zedekiah menatapnya dingin dan datar.
"Ayahmu---"
"Kau pikir aku sudi?"
Lavierra menatap kearah langit langit cantik itu, rasanya jika menatap Zedekiah ia akan mengumpat kasar dan berteriak kesal. Baru saja Lavierra menghela satu kata, tapi sudah disela dengan judes begitu.
Sudah Lavierra kira ini akan berat.
"Hah... Tak perlu datang bersamaan, kalau kamu tak sudi." Lavierra memilih mengalah.
Kan ada pepatah bilang, mengalah untuk menang.
Lavierra mengalah demi kemenangan untuk ketenangan pagi ini.
"Luka mu bagaimana?" Disela menyiapkan buah buahan, Lavierra bertanya penuh sabar.
Ia sadar jika hubungannya dengan tuan temperamental ini harus sedikit terlihat manusiawi. Meski tidak mau, tapi Lavierra tak bisa terus mempertahankan hubungan penuh penolakan ini.
Mereka harus bekerja sama.
Tak ada jawaban, rupanya Zedekiah hanya fokus makan dan menonton televisi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Blackwell
General Fiction"Harusnya ku bunuh saja kau malam itu..." dengan tangan besar yang merantai leherku semakin erat, dia berbisik sambil membenamkan kebanggaannya semakin dalam, jauh ke dalam titik ternikmat. "Desahkan namaku." dan tanpa ada keraguan serta celah untu...