Jennie sudah berada di mobilnya. Duduk. Menunggu Lisa untuk pulang bersama dirinya. Tadi nya Lisa sempat menolak ajakan dari Jennie. Tapi dengan sedikit paksaan pada akhirnya Lisa mau menerima tawaran dari Jennie untuk mengantarkan diri nya pulang ke rumah.
Tiba tiba perasaan gugup menyergap tubuh Jennie. Jantung nya berdetak dengan kencang. Apakah ini efek karena ia akan duduk satu mobil dengan Lisa? Sepertinya begitu, pikir Jennie.
Untuk mengurangi kegugupan nya Jennie memilih untuk memainkan ponsel nya, menjawab beberapa pesan yang masuk ke ponselnya.
Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Meskipun sudah di jelaskan,keluarga terutama oppa nya selalu menanyakan di mana keberadaan nya dan kapan ia akan pulang. Hal itu cukup membuat Jennie jengkel, hingga pada akhirnya Jennie mematikan ponsel nya lalu memasukan nya ke dalam dashboard mobil.
Tiba tiba saja pintu mobil terbuka. Jennie tersentak kaget. Namun keterkejutan tidak berselang lama karena yang membuka pintu adalah Lisa. Dia masuk kedalam mobil, menundukkan wajah nya.
"Eoh kau sudah selesai?" Tanya Jennie. Pandangannya tertuju kepada gadis yang sekarang duduk di sebelah nya.
"Ne" Lisa menjawab nya dengan suara pelan.
“Hei kau tidak perlu takut pada ku! Aku tidak akan mengigit mu” Gurau Jennie. Tertawa ringan.
Lisa menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. “Ah maaf. Saya tidak pandai dalam memulai topik pembicaraan nona”
“Oh ayolah, jangan terlalu formal” Pinta Jennie.
Lisa menganggukkan kepala nya. Tersenyum. Suasana di dalam mobil yang berisi dua orang itu mulai mencair, tidak setegang sebelumnya.
Jennie menghidupkan mesin mobil nya. Mulai melajukan mobil Porsche nya membelah kegelapan malam.
"Siapa namamu?" Tanya Jennie. Sengaja berpura pura tidak mengetahui hal itu.
"Lalisa Manoban. Dan emm..Nona?" Jawab Lisa. Kepalanya menoleh ke samping, melihat Jennie. Ekspresi kebingungan tercetak jelas di raut wajah Lisa.
"Ah! jangan memanggil ku nona, aku tidak setua itu! Panggil aku Jennie"
"Baiklah, Jennie"
“Jadi aku harus memanggil mu apa?” Tanya Jennie. Pandangannya lurus kedepan fokus menyetir.
“Lisa. Panggil saja Lisa”
"Okay Lisa. Kau masih bersekolah?" Tanya Jennie kembali. Kepalanya menoleh sekilas kearah Lisa.
Lisa mengangguk. "Ne. Ini tahun terakhirku sekolah. Sebentar lagi aku akan melaksanakan ujian kelulusan" Ujar Lisa.
Jennie menganggukkan kepala nya. Ber oh ria. "Ternyata masih kecil" Gumam Jennie dalam hati nya
"Kalau begitu kau harus memanggilku unnie" Usul Jennie.
"Unnie sudah berkuliah?" Tebak Lisa
Jennie menggeleng kan kepala nya. "Aku sudah bekerja" Jawab Jennie.
Lisa tidak terkejut. Jika di lihat dari penampilan nya, Jennie terlihat seperti wanita karir. Walaupun Jennie berpenampilan seperti wanita dewasa namun tak dapat di pungkiri bahwa Jennie memiliki wajah yang imut. Jadi menurut Lisa, Jennie adalah sosok wanita yang sexy dan imut.
"Ah ne. Jennie unnie"
"Aku suka ketika kau memanggilku seperti itu" Ujar Jennie. Menolehkan kepala nya sekilas sembari tersenyum manis.
Deg
Lisa tidak buta. Dalam kegelapan malam pun. Lisa masih dapat melihat nya. Senyuman manis itu, siapapun yang akan melihat nya akan meleleh terpesona. Begitu pula dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOMEONE TO STAY
General FictionLalisa Manoban, gadis cantik berusia 18 tahun tengah menghadapi kerasnya kehidupan. Pasalnya Lisa harus bekerja part time di tengah aktivitas sekolah nya untuk menghidupi dirinya sendiri karena sudah tidak mempunyai siapapun di hidup nya. Lisa beke...