Assalamu'alaikum teman-teman ... Bismillah part 7, happy reading semuaa. Jangan lupa bersyukur yaa><
Ayyra memantapkan dirinya untuk mengundurkan diri dari pondok. Sudah tiga jam sejak Ayyra pergi dari rumah, tidak ada seorang pun yang berhasil menemukannya. Sebab ia berada di rumah Alma, tepatnya rumah yang baru Alma beli--dengan uangnya sendiri-- minggu lalu.
"Abah kenapa ya jodohin gue?" tanya Ayyra pada Alma.
"Mungkin karena lo udah harus nikah," ujar Alma tak begitu yakin.
"At this, why I should marry?" tanya Ayyra lagi. Ia masih tidak puas dengan jawaban Alma.
"Lah mana gue tau, gue kan bukan abah lo. Coba tanya aja alasannya sama abah." Alma yang sadar dituntut jawaban oleh Ayyra tak mau ikut pusing.
Ayyra menghembuskan napasnya, bahunya merosot pertanda ia sedih. Bagi Ayyra pernikahan adalah suatu hal yang sakral. Ia hanya ingin menikah dengan orang yang ia cintai.
Melihat kesedihan Ayyra, Alma pun jadi tak tega. Akhirnya ia menemukan jawaban atas pertanyaan Ayyra. "Menurut gue, mungkin karena lo udah siap menikah."
Ayyra berdecak kesal. "Siap nikah kentut kudanil! Gue masak aja nggak bisa, bersih-bersih rumah kalau inget, baju gue aja dicuciin umma. Siap nikah dari mananya?"
"Mungkin ada hal lain yang jadi alasan. Lagian lo dijodohin sama siapa sih?" tanya Alma penasaran.
"Sama Akhtar," jawab Ayyra malas.
"Cowok agamis yang seprodi sama gue itu? Yang lulus tiga tahun dan jadi magna cumlaude itu?" tanya Alma memastikan.
Ayyra mengangguk dua kali. Alma mematikan kompor dan membawa sepanci mie di meja makan.
"Ra, saran gue lo terima aja. Jangan ditolak dari pada nyesel," saran Alma.
"Lo kalau sama dia udah pasti enak," sambungnya.
"Enak gimana?" tanya Ayyra sedikit penasaran.
"Nih ya gue kasih paham. Kalau lo nggak bisa masak, dia masakin. Kalau lo nggak bisa bersih-bersih rumah, dia yang bakal bersihin. Sekalipun lo nggak bisa cuci baju, dia yang bakal cuciin."
Ayyra mengangguk yakin, sebenarnya menikah dengan yang paham agama dengan benar tidak pernah salah. Sebab mereka pasti bisa menerima kekurangan kita apa adanya.
"Ya tapi gue nggak mau sama dia. Gue nggak mau karena itu dia."
Alma menelan sesuap mie di dalam mulutnya lalu menjawab pertanyaan Ayyra. "Emang kenapa sih? Jangan bilang lo nunggu Jean syahadat? Gue tampol kalau beneran."
Ayyra bungkam, ia seakan tak mampu menjawab pertanyaan Alma. Seakan ia memang mengharapkan hal tersebut terjadi. Tapi bagaimanapun rasanya mustahil. Ayyra tak mungkin bisa membuat Jean meninggalkan keyakinannya.
"E-enggak, enak aja." Ayyra turut menyuap mie ke dalam mulutnya.
"Tapi emang nggak mungkin ya Al?" tanya Ayyra. Sekarang matanya mulai berkaca-kaca. Ia rindu, ia rindu dengan cowok itu.
"Ra, you're crying. I'm sorry I didn't mean."
"No problem Al." Air matanya masih saja ingin menetes. Tidak biasanya Ayyra ingin menangis jika teringat Jean.
"Kalau aja gue sama Jean nggak beda, mungkin bisa ya Al."
"Namanya juga takdir. Ingat kata abah lo, jangan ambil dia dari kepercayaannya."
Ayyra terdiam, ia jadi ingat tentang pertemuannya dengan Jean beberapa bulan lalu. Pertemuan yang ternyata isinya hanya membincangkan tentang perpisahan.
![](https://img.wattpad.com/cover/294543188-288-k672890.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamu'alaikum Calon Makmum (Hiatus)
Fiksi RemajaTak seorang pun menyangka bahwa Aisyah Qotrunnada Nayyara merupakan seorang anak Ustadz. Padahal ketiga kakaknya nampak religius dan sangat alim. Ya meskipun Ayyra tidak buta terhadap akidah dan akhlak. Hingga akhirnya ia dipertemukan dengan Akhtar...