Assalamu'alaikum man temaan, bismillah part 3. Happy reading:)
~~~~
Ayyra masih mengingat kejadian seminggu yang lalu itu dengan baik. Meski rasa sakit dikakinya sudah pulih, tapi rasa malunya masih terpatri dengan baik. Ia rasa, dirinya tak akan mau lagi bertemu atau bahkan sekedar berpapasan dengan Akhtar.Kemarin sepulang dari pondok, ia langsung menangis ketika sampai di rumah. Uma dan abba yang melihat keadaan putrinya pun seketika khawatir. Mereka kira, Ayyra terjatuh dari motor atau mungkin lamaran pekerjaannya ditolak.
Tapi setelah menceritakan peristiwa terpelesetnya dengan segudang rasa malu, abba malah terlihat menahan ngakak. Sementara sang umma memeluk Ayyra dengan kasih sayang.
"Ngelamun terus dari kemarin, kenapa sih?" tanya Aiman lalu ikut duduk di teras bersama Ayyra.
"Mas kalau do'a itu harus yang baik-baik ya?" tanya Ayyra tanpa menjawab pertanyaan Aiman.
"Iya lah."
Ayyra menghembuskan napasnya. Wajahnya yang murung semakin terlihat murung. Aiman yang melihat keadaan adiknya pun ikut prihatin.
"Kamu ndak mau keterima kerja di ponpes? Eman loh, rejeki nggak boleh ditolak."
*Eman: dalam konteks ini bisa diartikan sayang.
Ayyra tersenyum masam mendengar perkataan masnya itu. Jangan tanya bagaimana Aiman tahu apa yang Ayyra pikirkan. Sejak kemarin Ayyra berkeluh kesah pada Aiman terkait kejadian minggu lalu itu. Jadi pasti sebagai mas yang perhatian, Aiman tahu betul perasaan Ayyra.
"Madep sini coba, dengerin mas. Ayyra pasti tahu kalau takdir itu yang nentuin Allah."
Ayyra mengangguk dengan wajah cemberut. Ia setuju seratus persen dengan apa yang Aiman katakan.
"Dan Allah pasti lebih tahu yang terbaik buat Ayyra. Kalau memang Ayyra keterima ngajar di sana, ya sudah. Itu yang terbaik. Semua orang itu pasti pernah malu Ayyra. Kalau konteksnya kamu, ya kan jatuh itu manusiawi. Ada yang namanya gravitasi. Nanti lama kelamaan malunya pasti hilang. Malah kalau kamu terlalu memikirkannya otomatis malunya malah keinget terus dan nggak hilang-hilang," sambung Aiman panjang lebar.
Ayyra hanya diam mendengar nasihat Aiman. Masnya yang biasanya tengil itu entah bagaimana berubah menjadi bijak. Tapi apa yang Aiman katakan itu benar. Ayyra harus mengikis rasa malunya sedikit demi sedikit.
"Ya sudah deh. Ayyra minta do'anya aja ya mas."
"Iya, kami semua pasti selalu mendo'akan Ayyra."
Perlahan kemurungan Ayyra berkurang. Ia langsung tersenyum ketika Aiman mengelus kepalanya.
"Nah gitu senyum jangan sedih-sedih terus. Kalau Ayyra sedih, mas nggak tega ngerjainnya," ucap Aiman sambil mencubit hidung Ayyra.
"Ih mas!!" sungut Ayyra kesal. Sementara Aiman tertawa senang melihat adiknya kesal.
"Aunty, ini ada yang telepon!" teriak salah satu keponakan Ayyra dari dalam rumah.
"Ini pasti dari ponpes. Mas, Ayyra takut," cicit Ayyra.
"Udah angkat sana!" titah Aiman.
Mau tak mau Ayyra menerima panggilan tersebut. Dengan bacaan bismillah sebelum mengangkat panggilan, Ayyra berharap hasilnya sesuai dengan harapan.
"Halo, assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam, dengan mbak Ayyra ya?"
"Iya, saya sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamu'alaikum Calon Makmum (Hiatus)
Fiksi RemajaTak seorang pun menyangka bahwa Aisyah Qotrunnada Nayyara merupakan seorang anak Ustadz. Padahal ketiga kakaknya nampak religius dan sangat alim. Ya meskipun Ayyra tidak buta terhadap akidah dan akhlak. Hingga akhirnya ia dipertemukan dengan Akhtar...