Kevin menatap rumah dengan pagar hitam di hadapannya sekali lagi. Ada begitu banyak pertanyaan tidak terjawab yang berada dalam pikiran. Rumah itu gelap bahkan lampu terasnya tidak menyala, seolah sudah lama tidak ada yang menghuni. Kevin menggeser gerbang hitam yang mulus tanpa ornamen, hanya ada besi memanjang vertikal yang saling menyilang memberi jeda sedikit untuk menembus pandangan orang ke dalam atau sebaliknya.
Kevin ragu ingin masuk ke rumah atau mengetuk pintu. Karena di ruang tamu tidak ada lampu yang menyala, meski Kevin tau di mana letak kunci cadangan yaitu di bawah pot bunga mawar yang berada di sudut kiri tanaman ketiga. Zanara sendiri dengan inisiatifnya memberi tahu Kevin tentang itu.
"Bang?"
Jantung Kevin lewat satu degupan lalu berbalik. Melihat Genta ada di belakangnya sambil memegang kantong plastik putih dari minimarket depan komplek.
"Ngapain, Bang? Zanara lagi ada di rumah sakit, bukannya udah nengokin?" Genta bertanya dengan penuh kecurigaan.
"Ibu ke mana? Sepi amat rumah." Kevin melongok lagi ke dalam, mengabaikan pertanyaan Genta yang tidak perlu jawaban. Melalui kaca jendela yang gordennya tidak tertutup bahkan bisa melihat akibat cahaya dari jendela yang jatuh ke dalam, tampak beberapa camilan yang berantakan di meja.
Genta mendekat, menarik pergelangan tangan Kevin untuk keluar. Seakan tidak membutuhkan jawaban atas pertanyaan yang terlontar. Begitu mereka sampai di ujung gerbang, langkah Kevin menguat, menahan diri sendiri untuk menerima jawaban. Saat mereka saling menatap, percikan sinar di mata Genta seolah mengatakan, 'aku tahu siapa kau!'
"Masih belum ketemu," bisiknya pelan seolah takut kalau seseorang di dalam rumah akan mendengar. "Hampir seminggu berlalu tanpa ada kabar tentang dia. Bahkan aku menyuruh seseorang pergi ke alamat di mana hpnya terlacak, juga nihil." Genta mengangkat bahu sebagai bukti kekalahan telak.
"Apa kau yakin?" Kevin berucap tanpa memikirkan lebih dulu. Membuat kening Genta mengerut, bahkan dia tidak ingat lagi dengan wajah adiknya yang sudah samar menghilang dari ingatan. Melihatnya sekarang seperti membuka kenangan lama yang menyenangkan dari album foto usang.
"Apa aku terlihat seperti orang yang sedang melucu?"
Kevin mengibaskan tangan seperti menghalau lalat. Dia menepuk bahu Genta pelan dan menyingkir ke luar gerbang. "Aku baru ingat ada sebuah janji temu." Begitu Genta tidak menjawab, Kevin menunjuk arah rumah mereka dengan dagu. "Kau pulanglah duluan."
Kevin menunggangi motor honda lamanya dan melaju ke suatu tempat di mana kebenaran akan menemukan jawaban. Setidaknya begitu yang ada dalam pikiran Kevin, karena tidak tahu harus bertanya kepada siapa lagi. Hingga Kevin memarkirkan motor di sebuah trotoar yang disulap menjadi parkiran. Dia melangkah terburu-buru menuju lobby utama, lalu berhenti begitu menyadari seorang lelaki dalam bayangan hitam bertengger di atas rooftop seperti dejavu. Dia merasakan gelenyar dingin pada tengkuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terikat Takdir (Kala Cinta Bertahan dalam Kenangan)
FantasyApa yang akan terjadi pada dirimu jika melalui hidup tanpa ibu lagi? Berantakan, boros, makan tidak teratur, tak ada lagi tempat berkeluh-kesah, karena seperti itu juga yang dirasakan oleh Zanara Audi-si anak semata wayang manja yang bahkan tidak bi...