Utopia 9

673 47 11
                                    

-Typo bertebaran, harap dimaklumi 😊

--

Peat mutusin buat ngejar Fort.

Peat membelah jalanan Bangkok di malam hari. Tujuannya jelas, mau ke apartnya Fort. Peat punya hal penting yang mau disampein ke Fort sekarang. Selagi dia nggak berubah pikiran.

Peat gatau ngomongnya gimana. Dia bahkan nggak siapin kata-kata ke Fort, mengingat mereka masih saling jauhan. Peat yang ninggalin Fort, Peat yang bikin semuanya berantakan. Sekarang Peat harus nata hati yang berkeping-keping itu kembali.

Dengan langkah seribu dua lari masuk dalam gedung daj menuju lift. Pencet lantai kamar Fort, Peat kemudian meraup oksigen sebanyak-banyaknya menggantikan napasnya yang tersengal-sengal. Dia memegang kedua lututnya yang gemeteran. Dada Peat berdebar-debar selama nungguin kift nyampe atas.

Pintu lift terbuka. Peat dengan segenap keyakinannya keluar dari lift, kali ini berjalan pelan menuju kamar Fort. Dia buang napas. Sekarang Peat udah berdiri didepan pintu kamar. Dia tau kode keamanan pintu apartnya Fort. Selama ini Peat emang sering nginap atau sekedar main kesini bahkan waktu Fort nggak dirumah. Fort kasih tau sandi pintunya biar Peat mudah masuk.

Peat bisa aja langsung masuk saat ini, tapi dia mikirnya ngga sopan buat nyelonong aja. Kaya dia yang juga nyelonong aja buat minta hati Fort kembali setelah ditolak mentah-mentah. Peat mejamin mata sambil tarik napas. Bel dipencet. Sekali. Dua kali. Nggk ada jawaban. Dengan tangan yang masih tremor, Peat rogoh saku buat ambil hp. Hatinya kebat kebit nungguin telepon diangkat Fort. Terakhir kali mereka telponan berakhir dengan tangisan. Peat pengen menghiraukan suasana canggung yang menyelimuti karena ini pertama kali dia berada disituasi dirinya disambungan telepon lagi dengan Fort.

Telepon diangkat. Diseberang sana Fort nggak pangsung ngomong, dia kasih jeda beberapa detik sebelum bilang halo.

Sementara Peat, begitu denger suara Fort langsung berdiri tegap dan mulai berbicara dengan antusias.

"Halo Fort! Fort kamu dimana?"

Kening Fort berkerut, sejak kapan Peat panggil dia pake aku-kamu. Dan yang bikin Fort bengong,ADA APA GERANGAN KENAPA PEAT SAMPE NELPON DIA??! Fort sampe cek hp nya berkali-kali, kucek-kucek mata buat mastiin itu bener nama Peat yang muncul dilayar hpnya.

"Iya halo, a-aku lagi dijalan pulang. Ada apa phi?" Fort jawab dengan sebisa mungkin.

"Masih lama? Aku pengen ngomong. Udah didepan apart kamu."

Fort diem. Dirinya masih mencerna ucapan Peat. Peat tiba-tiba nelpon dan ngajak bicara?

"Hah? Gimana?"

"Aku udah didepan apartemen. Masih lama nyampenya!" Peat ngulangin pertanyaannya.

Fort masih bingung tapi dia jawab juga, "Aku kena macet, mungkin masih setengah jam lagi,phi. Mau ngomong apa? Bicara disini aja."

Peat menggeleng cepat, "Nggak, aku mau ngomong langsung sama kamu "

Fort menghela napas, dia benar-benar bingung sama tingkah Peat yang berubah drastis. Peat yang akhir-akhir ini ngomong sama dia aja nggak pernah tiba-tiba minta ketemu. Apa ini Peat yang sama dengan Peat yang udah nolak dia waktu itu? Udah dua minggu lebih mereka sama-sama ngehindar tapi tiba-tiba Peat balik ngehubungin dia dan bicara seolah nggak pernah ada kejadian apa-apa. Bikin Fort frustasi. Ini perasaan dia lagi dimainin apa gimana sih.

Akhirnya Fort cuma jawab, " O-oke, tunggu disana phi."

Sambungan telepon terputus.

Peat nasih dengan hati yang kebat kebit berjongkok didepan pintu apartnya Fort. Hp ditangkup ke dada, wajahnya tenggelam diantara lutut. Fort bakal dateng, Peat bakal ketemu Fort. Dia bener-bener udah ga sabar buat bilang kalo sebenernya dia juga sayang sama Fort. Peat pengen cepet-cepet ketemu Fort dan bilang semuanya. Sebelum hatinya ragu dan berubah pikiran lagi.

UTOPIA (FortPeat) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang