Selamat Datang

29 9 0
                                    

Kirana menarik napas panjang. Seumur-umur baru kali ini dia mendapati seseorang pingsan langsung di depan matanya. Bukan pingsan sih sebenarnya ,tapi nyaris. Badan dan pandangan laki-laki yang mengenakan jaket leather itu sudah lemah sekali ,dia bisa saja terantuk lantai kalau saja Kirana tidak sigap menahan tubuhnya. Meski mungil bukan berarti Kirana kuat membopong dia lebih lama sendirian,maka perempuan itu meminta bantuan penjaga toko buku yang kebetulan ada disana.

Ya iyalah ada ya kali toko buku nggak ada penjaganya,Na!

Sesuatu yang aneh justru muncul pada benak Kirana. Pasalnya,nona itu seolah pernah bertemu dengan si laki-laki, merasa tidak asing pada tatapan yang memiliki keteduhan setara hujan pada akhir tahun dan bagaimana dia bicara terasa familiar dan benar.

"Mas nya nggak-papa,mungkin karena faktor kecapekan aja. Sudah langsung boleh pulang." sahut dokter muda itu ketika Kirana bertanya bagaimana keadaan orang yang dia temui di toko buku,"Terima kasih,dok."Kirana tersenyum simpul ,lantas menunduk sopan.

Perempuan itu berbalik,hendak menengok orang yang baru saja dia tolong,mungkin lebih jauh Kirana bisa membantu mengantarnya pulang,karena keadaannya masih cukup mengkhawatirkan buat Kirana.Tapi,belum sempat Kirana masuk ke ruang pemeriksaan,laki-laki misterius itu sudah duduk di kursi panjang seraya melamun ,dia bahkan tidak menyadari jika Kirana berdiri tepat di samping kursi panjangnya. Dalam sorotnya,Kirana menangkap ada nyala ketakutan dan penyesalan mendalam yang menguar tajam. Apa karena ini klinik jadi bisa membuat orang merasa sentimentil? Kirana menebak nebak didalam kepalanya.

"Masih pusing ,ya? Mau saya bantu antarkan pulang?"

"Nggak perlu,makasih." jawab laki-laki itu.Cepat.

"Masih bisa bangunkan? Sini saya bantu papah sampe ke depan sekalian saya pesankan taxi online."

Laki-laki itu menghela napas. Tangan Kirana sudah terulur di depannya,menolak lagi hanya akan membuat mereka canggung. Tapi,siapa peduli ,toh mereka tidak seharusnya bertemu. Bukannya mendapat pengalaman baru bertemu orang baru,malah membuka luka dari masa lalu.

Payah.

Maka Naka memilih untuk menerima bantuan kali ini,kendati dia benar-benar tidak memerlukan bantuan siapa-siapa. Setidaknya Naka tahu caranya menghormati kebaikan orang lain.

Perempuan itu memegang kedua pundak Naka, meminta Naka untuk berjalan lebih pelan karena mereka sedang menuruni tangga. Sekali lagi ini sangat payah. Mereka tidak seharusnya bertemu dan berada di jarak sedekat ini, kenapa sih semesta mainnya keroyokan? batin Naka seraya menuruni tangga satu demi satu undakan. Lebih dari itu karena Naka tidak cuma mengeluarkan tenaga untuk berjalan tapi juga mencoba menteralkan debar jantungnya yang bekerja kurang ajar, serta pandangannya yang melihat perempuan itu sebagai sosok Sakha.

Sakha.

Sial ,Naka memanggil Nama itu lagi.

"Kirana." sebut perempuan itu kemudian menipiskan kedua sudut bibirnya.

Yang tanpa dia sadari berhasil membuat pasokan dalam paru-paru Naka hilang seketika bersama dengan tarikan senyum yang perempuan itu ulas pada pigura ayunya.

Naka menatap tangan yang terulur itu dengan pandangan kosong, semuanya terasa benar familiar dan tepat, tapi disaat yang bersamaan Naka juga merasa bahwa seharusnya mereka tidak seharusnya bertemu, entah guratan takdir mana yang dengan sembrono menarik Naka pada peristiwa rumit macam ini.

"Bayanaka." pendeknya tanpa menyambut uluran tangan Kirana dan memalingkan muka.

Sekarang kedua pemeran utama sudah bertemu dalam satu guratan garis takdir , kisah ini dimulai. Tinggal bagaimana keduanya mau menyikapi adanya keberadaan satu sama lain. Tinggal atau pergi adalah keputusan yang akan diambil masing masing tokoh.

SAUDADE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang