Perayaaan Atas Kenangan Yang Tandang

33 9 0
                                    

Naka menatap kalender yang terpajang di ruang tamu itu dengan pandangan nanar. Ditangannya ada cangkir kuno, bermotif loreng putih hijau yang mengepulkan asap putih tebal berbau sedap. Dalam kepalanya yang terasa kopong, Naka mencoba menghitung berapa sisa hari yang mesti dia tempuh untuk mengakhiri tahun ini.

2023 akan segera berakhir, berganti menjadi 2024. Naka tidak menaruh harapan apa apa untuk tahun depan, tidak juga memikirkan resolusi yang bakalan atau ingin dicapai. Baginya hidup biasa-biasa saja seperti sekarang sudah merupakan nikmat besar. Memikirkan dan merencanakan hal bombastis (hal besar) membuat Naka merasa seperti seorang pendosa ulung, selain itu juga mengakibatkan penyempitan pada bagian penyimpanan otaknya.

Gampangnya Naka takut lemot.

Bisa makan tiga kali sehari, dapat gaji umr, dan cicilan lancar pun Naka sudah bersyukur puol-puolan jadi dia tidak berani berekspektasi lebih jauh, takut kalau kenyamanan yang dirasanya sekarang bakalan hilang cuma demi angan yang belum tentu bisa terealisasikan.

Pemuda yang mengenakan kaos kedodoran bergambar partai biru itu menyeruput tehnya dengan gerak pelan, kelingking teracung keluar dari pegangan gelas, bak bangsawan kemudian balik badan menuju ruang Tv dimana ada dua makhluk berisik sedang sibuk dengan dunianya sendiri sendiri.

Arsa dengan gadgetnya dan Ettan yang megap-megap sambil menatap langit langit kostan.

Naka duduk di sofa, meletakkan gelas yang separuh cairannya sudah hilang itu lantas menoel pantat Arsa dengan kuku kakinya.

"Heh! Kalo main hape jangan rebahan. Kasian matanya." Tegur Naka yang spontan membuat Arsa berdecak tak habis pikir, cowok gembul itu menatap Naka dengan pandangan sinis.

"Padahal sendirinya sering rebahan sambil main hape juga nih, dasar nggak sadar diri." Arsa mendumal dalam hati, "Iya, iya kanjeng ndoro." faktanya beda dihati beda dimulut, Arsa mah mana berani ngomong di depan Naka bisa dirujak dia.

"Nggak sampe seminggu lagi udah ganti tahun aja ya? Wah nggak kerasa 2023 itu gue full planga-plongo doang dahal."

Kali ini si bungsu Ettan yang speak up. Ternyata dari tadi dia megap-megap sudah seperti ikan kekurangan air bukan tanpa alasan melainkan mencoba mengingat kembali apa saja yang sudah dia lakukan sepanjang periode 2023 ini? Tak lupa juga cowok Bandung itu bertanya dalam benaknya, soal "Apakah kamu sudah melepaskan?" dan jawabannya masih sama yaitu, "Belum."

Tapi Ettan tidak masalah dengan hal itu. Toh, dia bakalan terbiasa dan membaik seiring berjalannya waktu.

"Udah Desember aja, ya. Gila, tinggal ngitung hari lagi tahun baru. Kadang nggak percaya sama diri sendiri yang udah bertahan sampai sejauh ini. Dulu, bahkan mikir buat survive ketemu pagi lagi rasanya nggak berani. Tapi, ini udah lewat enam tahun dan gue masih hidup. Masih dikasih kesempatan ketemu sama orang orang baik kayak kalian, masih dikasih kesempatan buat makan makanan enak, masih dikasih waktu buat menemukan kebahgiaan lain, meski nggak segede kebahagiaan yang gue genggam dulu. Tahun depan gue bakalan lebih banyak bersyukur."

Tiba-tiba Naka menyahut. Mas nya kost ini sedang masuk mode filsufnya ternyata. Kalau Arsa dan Bima mesti dibuat kobam dulu buat meracau Naka mah tidak perlu repot repot menegak alkhol. Dan kalau Naka sudah masuk ke dalam mode ini adalah dengan mendengarkannya, biasanya selalu ada firman Tuhan nyelip. Lumayan khotbah gratis.

"Mas punya mimpi yang mau diwujudkan nggak buat tahun depan? Atau sesuatu yang pengen diraih tahun ini tapi diundur ke tahun depan?"

Tidak perlu waktu lama, Naka jelas menggeleng. Pilihannya untuk tidak mempersulit hidup sudah bulat. Dia hanya akan mengikuti kemana arus membawanya pergi.

SAUDADE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang