Line Without Hook

23 10 0
                                    

Keduanya terdiam , tenggelam dalam kubangan pemikirannya masing-masing. Disana tidak sepi. Ada suara musik dari stereo yang membawakan lagu milik Ricky Montgomery yang judulnya sama dengan judul bab baru yang Bian garap. Disana juga terdengar sayup tertawaan, pembicaraan bocor dan tanggapan tanggapan beragam milik pengunjung lain. Semuanya terasa benar dan normal jika Bian hanya melihat dari segi visual yang tampak, tapi dari sudut pandang lain mau seramai apapun keadaan yang menjebaknya saat ini semuanya cuma sebuah ejekan yang dilemparkan padanya, seperti meneriakkan bahwa Bian selamanya hanya akan merasakan kesepian meski dia mencoba melebur bersama keramaian yang ada.

Cowok itu memperbaiki duduknya, punggungnya terasa kebas karena terlalu lama duduk di posisi yang salah, sebelah tangannya menggapai gelas kopi yang cairannya sudah tinggal separuh dan suhunya mendingin. Bian lupa ,sudah berapa jam dia duduk disini terjebak bersama Kirana yang juga sama keras kepalanya. Mereka seperti sepasang orang asing yang terpaksa duduk bersama, seolah Bian tidak mengenal Kirana dan begitupun sebaliknya.

Bian baru hendak menegur ketika Kirana mendongak dari kesibukannya menatap ponsel , kemudian tersenyum lembut, senyumnya masih sama masih menarik dan membuat Bian merasa kalau aliran darahnya menumpuk ke pipi menimbulkan sensasi panas disana.

"Lo lagi bikin apa sih sibuk banget kayaknya? Sampe gue dikacangin? kayaknya emang udah ada yang lo prioritaskan selain gue ya?"

Kirana mengatakan itu sambil menatap Bian dengan mata memicing serius sementara yang ditatapnya hanya menarik sebelah sudut bibirnya. Kalimat Kirana terdengar komikal entah dibagian mananya yang jelas itu sebuah kalimat yang lucu.

Padahal Kirana yang beberapa hari ini terlihat menghindari Bian setelah ceritanya tentang laki laki yang dia temui di toko buku, laki laki yang bahkan tak dia ketahui apakah sekarang dia masih bernapas atau tidak. Kirana bertingkah seperti dia yang ditinggalkan oleh Bian, seolah dia yang tertinggal jauh di belakang dan menutup fakta bahwa yang sebaliknya justru terjadi dan membuat Bian terombang-ambing bingung.

"Nggak ada sih, cuman yang emang sibuk ngurusin Libra sama bisnis Papa. Gue nggak pernah berubah,Na." Bian menjeda kalimatnya, dia membalik layar monitor laptopnya hingga kini berhadapan langsung dengan sepasang nayanika Kirana,"If you could wrote stories about your mother, what will be the last sentences?"

Bian membuat gesture mempersilahkan pada Kirana dengan menunjuk kibor nya, tapi Kirana justru membeku dengan tatapan kosong,Bian tahu menanyakan soal ibu ataupun orangtua pada Kirana hanya akan membuat perempuan itu membisu dalam waktu yang lama, tapi setidaknya Bian sedang membantu Kirana untuk kembali mengorek kenangan soal orangtuanya,terlebih ibunya agar figur mereka tidak dilupakan begitu saja.

"Makasih banyak ,Ma. I love you. Meski itu nggak akan pernah cukup buat menebus apa yang udah aku lakuin, tapi aku harap Mama mau ngertiin aku yang banyak mau ini. Maafin Ayah juga yang kadang bikin Mama nangis saat Mama nyoba buat perhatian ke beliau. Maaf kalau kelahiran aku justru membuat Papa hilang dari jangkauan Mama. Maaf kalau dengan adanya aku buat Mama harus ngubur mimpi mimpi yang Mama perjuangkan sejak muda..." Kirana memutar arah laptop Bian lagi , dia lantas menarik napas pendek seraya menunjuk laptop Bian dengan dagu," Kalimat terakhir gue cuma bakalan berputar putar di kata maaf, gue udah banyak bikin Mama sakit dan nangis dan ketika gue nyoba buat jadi anak yang lebih baik Mama justru pergi dan yang bikin gue lebih sakit selain karna Mama belum sempat pamitan juga karena pas di hari beliau nggak ada ternyata malam sebelumnya dia sempat masakin makanan buat gue sementara gue nggak ada niatan balik ke rumah."

Mata Kirana menghangat. Rasanya dia ingin menghajar wajah Bian sekarang, laki-laki itu hanya diam sambil mengetik (entah apa) padahal dia sendiri yang memancing Kirana untuk mengorek kenangan perih itu, sekarang dada Kirana terasa berdenyut dan kepalanya pusing,"Lo diem aja padahal lo yang mancing sekarang gue mau denger jawaban lo dengan pertanyaan yang sama."

SAUDADE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang