"Mbak kita bisa bertemu?" tanya Herman dari dalam telepon.
Sejenak Lastri terdiam bingung.
"Maaf mas tidak bisa...." jawab Lastri kemudian.
"Aku kangen mau bertemu..." kata Herman kembali terdengar.
"Maaf mas tidak bisa, sebaiknya kita tidak usah bertemu kembali..." balas Lastri.
"Kenapa seperti itu mbak? Apa sudah tidak menginginkannya lagi?" Tanya Herman.
"Tidak mas, cukup satu kali saja kita lakukan kesalahan..." jawab Lastri.
Herman sesaat terdiam.
"Jadi kita tidak bisa bertemu kembali ya?" Kata Herman.
"Iya mas..." tegas Lastri.
"Walau hanya sekali saja?"
"Iya tetap tidak bisa mas..."
"Baiklah jika itu sudah jadi keputusan mbak Lastri...." suara Herman terdengar kecewa.
Klik...! Sambungan telepon diputus Herman.
Lastri menarik napas panjang. Dia bukan tidak ingin bertemu kembali dengan Herman, tapi rasa tidak enak terhadap anaknya yang membuat dia mengambil keputusan seperti itu.
Sebagai wanita normal yang masih menginginkan kehangatan dari seorang pria, Lastri sebenarnya memendam perasaan galau. Dia ingin melampiaskan hasrat sexnya yang selalu muncul saat menjelang malam.
Beruntung Lastri mempunyai dildo pemberian Herman yang dapat dipakai memuaskan birahinya, namun tetap saja alat tersebut tidak bisa menghentikan nafsu birahi Lastri yang selalu menggelora setiap saat.
Selain Herman, Dito yang pernah memperkosa Lastri juga sering kali berusaha untuk mengulangi kebejatannya.
Berkali-kali Dito berusaha mendekat saat Lastri mencuci baju atau sedang mandi, namun usaha Dito selalu gagal karena Lastri kini lebih waspada terhadap kehadiran laki-laki itu.
Yang tidak disangka Lastri, dari kabar yang dia dapat saat membeli sayuran di warung tetangga, Dito ternyata mengalami gangguan jiwa dan sudah berulang kali terlihat mengganggu perempuan lain di desanya.
Lastri semakin tidak nyaman berada di dalam rumahnya sendiri.
Namun beruntung bagi Lastri, selang dua hari setelah dia menerima kabar itu, ayah mertuanya datang berkunjung untuk menengok keadaan dia dan anak-anaknya.
"Kenapa mbah tidak kasih kabar mau datang berkunjung?" tanya Lastri begitu ayah mertuanya sudah terlihat santai.
"Sengaja biar tidak merepotkan kamu, mbah ini diminta suamimu untuk sesekali menengok keadaan kamu dan anak-anak!" kata ayah mertua Lastri yang sering dipanggil Mbah Karyo oleh anak dan cucunya.
Mbah Karyo laki-laki berusia hampir 70 tahun, seorang duda, namun memiliki perawakan yang masih kekar. Dari wajahnya yang selalu terlihat segar masih terlihat garis-garis ketanpanan disaat mudanya.
Kehadiran ayah mertuanya membuat Lastri tenang, apalagi ayah mertuanya itu akan cukup lama tinggal di rumah Lastri.
Hal ini ternyata diketahui juga oleh Dito, sejak kedatangan mbah Karyo, dia tidak pernah menampakkan lagi batang hidungnya di depan Lastri.
Sial bagi Herman, lima hari sejak kedatangan ayah mertua Lastri, Herman nekat berkunjung ke rumah Lastri dan kebetulan yang membukakan pintu mbah Karyo sendiri.
"Ada urusan apa?" selidik Mbah Karyo sambil menatap tajam kearah mata Herman.
Herman langsung grogi akut mendapat pertanyaan dan sikap tak bersahabat dari mbah Karyo, setelah sedikit basa-basi dia langsung pamit tanpa bertemu dulu dengan Lastri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lastri : Gairah Asmara
RomanceKisah petualangan Asmara seorang wanita bernama Lastri.....