Doni

20.5K 62 2
                                    

"Aku tidak mau mbah!" Lastri menepis tangan Mbah Karyo yang berusaha memegang pundaknya.

Mata Lastri mendelik marah.

"Sejak kenal anak muda itu kamu selalu menolak Mbah, apa dia sudah menyetubuhi kamu?" selidik mbah Karyo.

Lastri memandang mertuanya dengan tatapan kesal.

"Apa urusan mbah sampai ngomong seperti itu?!" Semprot Lastri.

"Urusan mbah karena kamu jadi berubah!" Mbah semakin kesal.

Lastri terdiam. Dia sadar sejak bertemu dengan Dimas, dirinya memang sudah tidak pernah lagi berhubungan sex dengan mertuanya.

"Mumpung di rumah tidak ada orang, ayo kita lakukan!" ajak mbah Karyo tangannya kembali hendak merangkul pundak Lastri.

"Maaf mbah aku tidak mau, aku capek! ," tolak Lastri tetap menghindar.

Mbah Karyo menatap menantunya, nafsu birahi yang sudah naik ke ubun-ubun membuat dirinya mulai hilang kendali.

"Kamu sudah tidak mau merasakan ini lagi?!" mbah Karyo menyingkap kain sarung yang dipakainya.

Kemaluan super besar penuh urat itu muncul bak tiang bendera. Tegak dan kokoh! Ujung kemaluannya tampak mengkilat dan sudah mengeluarkan lendir bening.

Lastri memalingkan muka, dia tak ingin tubuhnya bereaksi karena melihat benda keramat milik mertuanya itu.

"Tutup mbah aku sudah tidak mau melakukannya lagi!" ujar Lastri membuat muka Mbah Karyo memerah.

Lastri berlari ke arah kamar tidurnya, lalu menguncinya dari dalam.

Mbah Karyo bengong, dia mengatupkan bibirnya, nafsu birahi bercampur rasa marah membuat mukanya menjadi merah legam.

Otak lelaki tua itu berputar mencari akal. Senyum licik tiba-tiba muncul dari bibirnya, dengan tergesa-gesa dia ganti baju dan keluar dari rumah.

--tr--

Esok harinya, sekitar jam 9 pagi mbah Karyo terlihat sedang duduk berjemur matahari pagi di teras rumah. Badannya telanjang, mbah Karyo hanya mengenakan kain sarung yang melilit pada pinggangnya.

Di rumah saat itu hanya ada dirinya dan Lastri saja, sedangkan ketiga anak Lastri semuanya sudah berangkat ke sekolah.

Mbah Karyo beberapa kali melirik ke dalam rumah. Dia menunggu Lastri mengantarkan secangkir kopi hitam yang tadi dia minta sebelum berjemur.

Tak lama orang yang ditunggunya datang dengan membawa segelas kopi hitam.

"Minum kopinya mbah!" kata Lastri sambil meletakan gelas di atas meja.

Wajah Lastri cerah sepertinya kejadian kemarin sudah dia lupakan.

"Biasanya kamu juga minum kopi, kenapa tidak buat sekalian ?" tanya mbah Karyo matanya melirik ke arah dada menantunya. Laki-laki tua itu menarik napas panjang, puting susu Lastri membayang dari balik daster karena tidak memakai BH.

"Aku sudah buat mbah, kopiku aku simpan di meja dapur!" jawab Lastri, lalu wanita itu ngeloyor pergi menghampiri penjualan sayuran yang kebetulan lewat di depan rumah.

Melihat Lastri belanja sayuran, mbah Karyo berdiri lalu masuk ke dalam rumah. Laki-laki tua itu masuk ke kamarnya lalu keluar dengan menggenggam satu bungkusan kecil di tangannya.

Tiba di dapur mata mbah Karyo langsung tertuju pada segelas kopi susu kepunyaan Lastri. Terlihat masih penuh belum diminum sedikitpun.

Senyum laki-laki tua itu mengembang. Isi bungkusan kecil itu dia tuangkan ke dalam kopi susu milik Lastri!

Lastri : Gairah AsmaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang