Sapaan Savara Untuk Zayn

48 5 0
                                    

Savara tidak berhenti memandang sosok di depan sana yang tengah serius menjelaskan setiap kalimat yang diucapkan. Setiap kata yang terucap, setiap gerakan tubuh dan bahkan mata Savar tidak bisa beralih sedikitpun ke arah lain. Jantungnya kian berdebar sebab ini waktu yang telah ia tunggu-tunggu sejak kedatangannya ke pesantren.

"Semua sudah jelas? Apabila ada yang masih belum mengerti dibeberapa bagian bisa ditanyakan."

Zayn mendudukkan diri, menundukkan pandangan sembari menunggu pertanyaan yang akan dilontarkan muridnya, tetapi sampai beberapa saat ia menunggu tidak ada apapun yang ingin mengutarakan pertanyaan. Zayn lantas menatap papan tulis, dimana ia menulis beberapa di sana sebagai sarana penjelas.

"Tidak ada pertanyaan? Kalau begitu saya lanjutkan."

"Saya, Ustadz."

Semua orang menatap kepada Savara yang mengangkat tangan tinggi-tinggi hingga menjadi pusat perhatian. Bukan karena keinginan bertanyanya, tetapi lebih karena tingkahnya yang membuat semua orang menoleh. Savara melirik semua orang sebelum akhirnya bertanya. "Bagaimana hukum menyukai lawan jenis dan mungkin akan ada ikatan setelah keduanya saling menyukai?"

Semua orang tertawa mendengar pertanyaan Savara yang to the point, kecuali Zayn yang justru menaikkan satu alisnya bingung. Pertanyaan macam apa itu?

"Cukup!" ujar Zayn membuat semua orang yang tertawa berhenti seketika. Ia berdeham. "Saya ingin kalian bertanya tentang pelajaran yang saya ajarkan bukan malah pada hal-hal di luar pelajaran. Saya disiplin dan tidak menyukai hal seperti ini apalagi belum tentu saya tahu bahwa kalian menerima pelajaran yang saya berikan. Jadi, sebisa mungkin dahulukan pertanyaan tentang pelajaran saya sebelum bertanya tentang hal lain."

Bukannya merasa bersalah, Savara justru semakin menyukai cara berinteraksi dirinya dengan Zayn dan bagaimana lelaki itu memberikan penuturan secara halus tetapi tegas.

"Saya akan menjawab untuk menghormati si penanya karena semua orang belum tahu bagaimana harus disiplin dalam pelajaran saya, tetapi setelah ini saya tidak mau menjawab sebelum kalian bertanya tentang pelajaran. Semua paham?" tanya Zayn dengan wajah seriusnya.

"Paham, Ustadz!"

"Baik. Jawabannya adalah boleh jika hanya menyukai dan dalam ikatan halal seperti akan menikah setelahnya, tetapi haram jika ikatannya berupa berpacaran atau melakukan ikatan selain pernikahan."

"Jika hanya teman rasa pacar?"

Zayn menghembuskan napas pelan dan semua orang kembali menatap Savara yang seolah sangat ingin tahu. "Kecuali menikah semua haram," jawab Zayn tegas.

"Kalau taaruf?"

"Bedakan taaruf dan menjalin hubungan seperti pacaran atau justru teman rasa pacar yang kamu maksudkan. Taaruf bertujuan untuk menikah setelahnya seperti yang saya jawab sebelumnya serta sebagai proses seleksi untuk memilah calon pasangan. Berbeda dengan pacaran, hubungan tanpa status, teman rasa pacar atau istilah-istilah lain yang hanya menuruti nafsu semata."

"Bukannya sama tujuannya, Ustadz? Orang mikir dengan pacaran dulu terus menikah adalah sama dengan proses mengenal pasangan. Terus kenapa diharamkan sedangkan taaruf tidak?"

Zayn, lelaki itu kembali menghembuskan napas. "Lebih tepatnya dalam taaruf tidak terjadi ikatan sebelum benar-benar mengenal untuk memilih yang terbaik, sedangkan jika pacaran pasti lebih banyak mendahulukan hubungan terlebih dahulu sebelum akhirnya saling mengenal. Ini beda tipis, jadi kalian harus pandai agar tidak mudah terjerumus dalam sebuah ikatan dengan lelaki tanpa tujuan seperti pacaran yang diharamkan. Saya sebagai lelaki, menjaga diri adalah keharusan dan sama seperti kalian yang juga harus menjaga diri."

Ustadz ZaynTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang