Savara merenungkan diri dengan segala yang Alaina katakan beberapa hari lalu padanya. Tentang Zayn yang sudah dijodohkan dengan perempuan dan hanya tinggal menunggu waktu untuk melangsungkan pernikahan. Namun bukan itu yang menjadi pikiran Savara, melainkan bagaimana Savara bisa bicara empat mata dengan Zayn untuk mendengar sendiri dari mulut Zayn akan kebenaran yang Alaina katakan.
Ya ... jika Zayn tidak bicara sendiri maka Savara juga tidak akan percaya begitu saja.
Ehem ... bukannya kalo suka boleh mengejar asal tidak ada hubungan yang haram? Setidaknya Savara tidak melupakan penjelasan dari Zayn atas pertanyaan yang ia layangkan.
Savara segera beranjak dari duduknya setelah sekian lama berdiam diri dan merenung. Gadis dengan kerudung denim itu berjalan tanpa perduli dengan sekitar dan hanya memiliki satu tujuan.
Savara akan pergi menemui Zayn!
Riris melihat kepergian Savara hanya mengernyitkan kening sebelum akhirnya mengedikkan bahu acuh karena Savara tidak bisa ditebak dengan segala tingkahnya.
Bibir Savara membentuk bulan sabit dengan mata berbinar setelah menemukan sosok yang ia cari. Segala pertanyaan tersimpan rapi dalam ingatannya dengan ia yang kemudian berjalan perlahan menuju arah Zayn yang terlihat baru saja keluar dari aula pesantren.
"Ustadz!"
Suara lantang Savara membuat beberapa orang yang ada di sana menoleh padanya, termasuk Zayn sendiri dengan wajah datar dan seolah mulai terbiasa dengan kebiasaan Savara yang tidak ada takut-takutnya menemui dirinya bahkan memanggil dengan suara lantang. Astaghfirullah gadis itu ...
Savara menghentikan langkah sebelum Zayn berhasil mencegahnya, seolah gadis itu tahu akan batasannya. Zayn menundukkan pandangan dengan Savara yang justru menatap tanpa ragu, mengabaikan beberapa orang yang terlihat penasaran dengan apa yang akan mereka lakukan.
"Alaina bilang sama aku kalo Ustadz mau nikah. Itu bener?"
Zayn bersedak salivanya sendiri, terkejut sekaligus tidak percaya Savara mengatakan hal seperti itu di depan umum.
"Kamu menemui saya hanya untuk menyampaikan pertanyaan tidak masuk akal seperti ini?"
Bukannya menjawab, Savara justru tersenyum lebar dengan Zayn yang seolah tidak menyetujui pertanyaan yang ia layangkan. "Jadi ... bener apa enggak? Aku butuh jawaban pasti karena beberapa hari ini nggak bisa tidur."
"Saya tidak harus menjawab pertanyaan kamu. Maaf, saya harus pergi." Zayn akan pergi saat suara kekehan Savara terdengar.
"Hehehe. Yaudah berati ucapan Alaina nggak bener. Aku bisa tidur nanti malem. Bye, Ustadz!"
Savara pergi begitu saja, mengabaikan Zayn yang kini melihat kepergiannya dengan kernyitan kening yang begitu jelas. Untuk beberapa kali Zayn harus dihadapkan dengan segala sikap Savara. Gadis itu ... kenapa bisa-bisanya melanjutkan pendidikan di sini?
Zayn menghembuskan napas pelan sebelum berbalik pergi.
"Abis dari mana, Sava?"
Savara tidak menjawab dan hanya menampakkan senyuman semakin lebar. Riris, Amel yang melihatnya mengernyitkan kening karena tidak tahu menahu dengan apa yang baru saja Savara alami hingga gadis itu terlihat begitu aneh bagi mereka saat ini.
"Ketemu ustad Zayn," jawab Savara tidak mencoba menyembunyikan sesuatu dari dua temannya.
Amel matanya menbelo dengan Riris yang bengong dengan jawaban Savara.
"Ngapain?"
"Nanya sesuatu aja yang buat aku nggak bisa tidur. Tapi udah gapapa kok sekarang, nanti malem aku bisa tidur nyenyak lagi."

KAMU SEDANG MEMBACA
Ustadz Zayn
Spirituálnífollow sebelum membaca :) Spiritually-Romance DON'T COPY MY STORY!! Bertemu secara tidak sengaja dengan seorang lelaki rupawan yang menyelamatkan dirinya, ternyata hal itu membuat Savara memiliki suatu perasaan. Namun siapa sangka bahwa jika ingin...