Lanjut...
~happy reading~
"Devan," panggil seseorang kepada Devan yang tengah duduk santai di rooftop sekolah, Devan memang suka sekali duduk menyendiri disana, dirinya ingin memenangkan dirinya sendiri. Semua yang dia lalui tidak ada yang baik jadi menyendiri adalah caranya untuk menenangkan diri sendiri.
"WOY DEVAN," panggil remaja itu lebih keras lagi karena Devan tidak mendengarkan panggilan nya tadi, orang itu terus berjalan mendekat ke arah Devan yang tengah duduk di pojokan sembari bersandar di tembok belakangnya dengan kepala yang mendongak dan mata yang terpejam, terlihat tenang sekali.
"Van, lo kenapa?" tanya remaja itu kepada Devan sembari menepuk pundak Devan. Merasakan ada sentuhan di pundaknya, Devan pun membuka matanya dan melihat ke arah orang itu.
"Kenapa, Lis?" tanya Devan kepada remaja itu dengan menyebut panggilan remaja itu yaitu 'Lis', remaja itu tidak menjawab pertanyaan dari Devan dan lebih memilih untuk duduk di sebelah Devan. Devan memperhatikan remaja itu dengan lekat.
"Ck, dasar Calista, ditanya bukanya jawab malah duduk," ucap Devan kesal kepada remaja yang telah duduk di sebelahnya, ya remaja itu adalah teman sekelas Devan, namanya Calista, Putri Calista Dirgantara, gadis remaja yang sangat dekat dengan Devan. Mereka berteman dari masih kecil karena mereka adalah tetangga dan mereka juga sekolah di satu sekolah yang sama dari SD hingga sekarang mereka duduk di bangku SMA, yaitu di SMA LASKAR PERMATA.
"Yee, terserah gue kali," sahut Calista santai.
"Lo ngapain disini?" tanya Devan kepada Calista, karena tidak ada siswa yang suka pergi ke rooftop sekolah selain Devan. Karena siswa-siswi lain lebih suka diam di kantin atau pun di kelas.
"Nyari lo lah, lo lagi sedih ya?" tanya Calista kepada Devan dan dengan cepat Devan menggelengkan kepalanya seolah berkata tidak. Calista yang melihat jawaban Devan pun memutar bola matanya malas, dirinya sudah mengenal Devan dari lama, jadi Calista sudah cukup baik dalam mengenal sikap dan sifat Devan.
"Bohong lo. Lo kenapa?" tanya Calista lagi.
"Ngga apa," jawab Devan santai.
"Eh, gue sama lo itu kenal bukan baru sehari dua hari, gue sama lo udah kenal dari kecil, jadi gue tau kalo lo lagi bohong," ucap Calista tegas.
"Jadi, jujur sama gue, lo kenapa?" tanya Calista lagi yang meminta agar Devan mau jujur kepadanya.
Devan hanya diam saja mendengar tuturan Calista, dirinya hanya menatap langit cerah dengan awan yang juga terlihat sangat bersinar karena cahaya matahari. Devan tau, jika bersama Calista pasti dirinya tidak akan bisa berbohong, karena Calista memang sudah sangat mengenal dirinya lebih dari yang lain.
Devan melihat Calista sembari tersenyum, senyuman manis yang hanya untuk sekedar menutupi rasa sedihnya dan Calista tau itu, karena dirinya sudah terlalu sering melihat senyuman palsu Devan.
"Gue heran sama lo, lo selalu kelihatan bahagia di luar sana padahal sebenarnya banyak sakit yang sedang lo sembunyiin," ucap Calista sembari memandang wajah rupawan Devan.
"Kok lo bisa gitu sih, Van?" lanjut ucap Calista bertanya. Sungguh dirinya memang heran dengan sikap Devan yang bisa berubah sesuai dengan tempat nya, di depan banyak orang dia selalu bahagia tapi saat sendiri dirinya hanya termenung menahan sakit yang tak pernah ia beritau kepada siapa pun.
"Gue cuma ga mau semua orang liat sakit yang gue rasain, gue ga mau mereka khawatir sama gue dan gu-"
"Tapi lo selalu khawatir dan peduli sama orang lain, apa itu adil, Van?" tanya Calista memotong ucapan Devan dan berhasil membuat Devan diam begitu saja. Devan sedikit berpikir dengan ucapan Calista tadi, ada benarnya jika yang dia lakukan dan alami itu tidak adil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Devano Dan Takdirnya || Revisi S1
أدب المراهقينJudul awal> Devano's Life Tidak selamanya menjadi anak yang terlahir di keluarga kaya itu bahagia, selalu ada kekurangan dan kelebihan dalam kehidupan. Contoh nya ini.... Takdir seorang.. Devano Baskara Putra, remaja lelaki berusia 18 tahun, seorang...