10. Terlalu sakit

172 9 0
                                    

Lanjut..

~Adakah kehidupan yang tidak ada luka? Jika ada biarkan aku disana~

"Ouh, kok bisa sih papanya sekasar itu sama Devan? Gue kasian, njir," ucap Dela setelah mendengar ucapan Calista.

"Mana gue tau, sedari kecil dia begitu. Udah lah, papanya dah gila kali," ucap Vano yang mengatai papa Devan.

Sepulang sekolah, Calista dan Vano berniat untuk pergi ke rumah Devan, namun tidak jadi karena jika mereka kesana. Pasti papa Devan akan marah lagi, tapi bukan ke mereka, melainkan ke Devan, karena Calista dan Vano adalah teman Devan. Jadi pasti dikiranya nanti bahwa Devan yang telah mengundang mereka tanpa ijin papanya.

***

"Asshh, sial, sakit banget njir!" ucap Devan di dalam kamarnya, dirinya sudah makan tadi, untung nya Bu Mirna membawakan makanan ke dalam kamarnya, jika tidak dia pasti sudah kelaparan sekarang.

"Kenapa ya nasib gue gini bener?" gumam Devan pada dirinya sendiri, dirinya meratapi nasibnya yang selalu begini. Selalu dimarah dan dipukul oleh papanya, dirinya ingin seperti remaja lainnya yang mendapat dukungan, kasih sayang dan perhatian dari keluarga nya.

"Apa ada yang nasibnya sama kayak gue?" tanya nya lagi, kadang memang dirinya berpikir, apakah ada yang nasibnya sama seperti dirinya? Atau hanya dia yang seperti ini?

"Gue harap ngga, ini terlalu sakit," ucap nya berharap, dirinya masih saja sempat berharap hal baik untuk orang lain disaat dirinya dalam keadaan seperti ini.

"Apa salah gue lahir ke dunia? Apa gue ga berhak bahagia?" tanya nya tapi sekejap dirinya kembali berkata, "Tapi gue yakin, ada masa dimana gue bahagia, walaupun itu belum tentu terjadi, tapi semoga terjadi."

"kebahagiaan gue udah ada, Calista sama Vano, seharusnya gue bersyukur karena punya mereka yang selalu ada buat gue," lanjutnya lagi mengingat bagaimana Calista dan Vano yang selalu menemani nya, membuatnya tertawa disaat dirinya terpuruk.

Drttt... drttt!!!

Handphone Devan bergetar, dan dia langsung mengambil handphone nya itu, melihat siapa yang menelpon nya saja sudah mampu membuatnya tersenyum.

"Apaan?"

"Gimana keadaan lo?" tanya orang di seberang sana yang tak lain adalah Calista.

"Lo baik kan? Masa iya cuma kesiangan
doang lo kaga sekolah," ucap seseorang lagi dan itu adalah Vano, mereka sedang melakukan panggilan grup untuk mengetahui keadaan Devan.

"Males di hukum anjay, dan keadaan gue, dah mendingan."

"Coba berdiri lo!" Suruh Calista, dirinya ingin benar-benar memastikan bahwa Devan baik-baik saja, bisa saja kan Devan hanya berbohong untuk menutupi sesuatu.

"Males."

"Lo bohong sama kita, ya?" tanya Vano yang mulai curiga dengan Devan dari jawabannya, masa cuma berdiri doang males, cukup 5 detik aja setelah itu duduk lagi kan bisa?

"Serius gue anjay. Gue ga apa, gue cuma males."

"Ya udah lah, bangun bentar doang," ucap Calista dan Vano yang tidak sengaja secara bersamaan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 15 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Devano Dan Takdirnya || Revisi S1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang