8. Rumah Vano

81 10 8
                                    

Lanjut....

~Bersama teman yang mengerti kita lebih menyenangkan, daripada bersama keluarga yang tak menganggap kita ada~

"Adik kecil kita ternyata cengeng juga ya," ucap Devan ketika melihat tingkah Calista yang sangat cengeng dan sedikit terlihat manja.

Devan dan Vano memang menganggap si Calista sebagai adik kecil mereka, karena diantara mereka bertiga, Calista lah yang paling kecil, pertama Vano, kemudian Devan dan baru Calista. Pertemanan mereka yang terbilang sudah lama menjadi alasan mereka sedekat ini seperti saudara, hanya saja beda rahim.

"Iyaa, adik kecil ucul, hadeh," ucap Vano sembari mengelus-elus rambut Calista, Calista yang mendengar ucapan Devan dan Vano pun langsung melepas pelukan nya pada Vano, dirinya yang tadi menangis kini berubah menjadi kesal, apa? Adik kecil? Enak banget sih bilang dik kecil, padahal mereka hanya beda beberapa bulan saja.

"Adik kecil kepala lo, kita itu cuma beda beberapa bulan, gue sama lo cuma beda 10 bulan, dan sama Devan cuma 6 bulan, apaan si adik kecil adik kecil," ucap Calista dengan nada jengkel nya.

"Yee, karena itu, kita udah 18 tahun tapi lo masih 17, jadi jelas lo terbilang kecil lah, adik kecil, wkwkw," ucap Devan dengan kekehan kecil nya.

"Segala bilang cuma lagi. Dasar, 10 bulan tu jauh banget njir, hampir 1 tahun cuma kurang 2 bulan doang," ucap Vano juga sembari mendorong kepala Calista pelan hingga membuat Calista semakin kesal.

"Terserah kalian dah," ucap Calista kesal.

'Eh? Adik kecil? Wahh ada ide nih.' batinnya.

"Eh gue adik kecil lo berdua kan? Oke deh, ga apa, berarti lo kakak-kakak gue ya?" tanya Calista dan Devan pun saling tatap bersamaan dengan Vano, apa lagi nih? Tiba-tiba berubah, tadi aja kesal sekarang malah keliatan seneng.

"Ya iya, nama nya lo adik berarti kita kakak," ucap Vano dan dibalas anggukan oleh Devan. Calista pun tersenyum dibuatnya dan langsung memeluk kedua lelaki dihadapannya ini secara bersamaan.

"Wahh gue punya kakak," ucap nya senang, Devan dan Vano pun membalas pelukan itu, walaupun ada sedikit rasa ragu di benak mereka dengan sikap Calista sekarang, tapi mereka berdua merasa senang karena Calista juga merasa senang.

"Iya-iya, udah yuk kita cus ke rumah Vano" ucap Devan lalu melepaskan pelukannya di Calista bersama Vano.

Semua kembali naik ke motor nya masing-masing, dengan Calista yang tetap bersama dengan Vano, tapi saat Calista sudah duduk di motor Vano, tiba-tiba saja Vano mengatakan sesuatu hal kepada Calista hingga membuat Calista turun dari motornya lalu mendekat ke arah Devan.

"Lo ngapain?" tanya Devan ketika melihat Calista melangkah mendekat ke arah nya dengan wajah kesal.

"Tuh, si Vano tu, gue disuruh bareng lo aja katanya," ucap Calista sembari menggerakkan kepalanya menunjuk ke arah Vano.

"Padahal gue dah duduk di motor nya, malah disuruh turun," ucap nya lagi.

"Ya kan biar Devan ga ngebut-ngebut lagi, kalo lo sama dia, udah pasti dia ga bakalan ngebut," ucap Vano menjelaskan alasannya menyuruh Calista bersama Devan tanpa ditanya.

"Awas lo, Van. Ga asik lo, mana bisa gitu," ucap Devan tidak terima, karena dengan ini jelas sekali jika dirinya tidak bisa ngebut, ah Vano sialan.

Calista dengan tanpa berkata apapun dia langsung naik ke motor Devan dan duduk di jok belakang, dan Devan pun hanya bisa diam, mau ga mau yaa dia harus tetap bersama Calista, walaupun keinginannya untuk ngebut nanti batal karena Calista bersamanya.

Devano Dan Takdirnya || Revisi S1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang