1.3 Salah Tingkah

115 72 84
                                    


"Bang ... "

"..."

"Bang Bi! Katanya jam segini udah keluar? Kok lama banget?"

"Ergh ... Lu tuh gak bisa sabar apa gimana sih, Dek? Dia bilang jam 16.20 baru keluar. Apa susahnya sih Lu tinggal tunggu?" omel Bright yang sejak tadi bosan menunggu Kairav bersama Sania di salah satu Gazebo di depan kelas yang sedang dihadiri Kairav. Maklum saja, baik Kairav dan Bright memang tidak berada di kelas yang sama.

"Bukan gitu. Takutnya Sania gak bisa ketemu sama Kak Kairav," cicit Sania dengan raut muka sedihnya.

"Idih ... Alay lo! Tau gak?" balas Bright dengan sinis. Dia langsung saja memalingkan mukanya dari Sania yang memiliki raut sedih sementara Bright memutuskan untuk mengecek ponselnya.

Sebuah notifikasi muncul dari layar handphonenya,

Dari : Hanindya

Sontak mata Bright membulat dan reaksi tubuhnya menjadi tidak terkontrol.

"ABBANGGG! KENAPA SIHH LOO DORONG GUEE??!" marah Sania yang terdorong oleh tingkah spontan abangnya. Sania tidak tahu kalau Bright baru saja mendapatkan pesan dari crushnya.

Bright yang tidak ingin dipandang aneh oleh Sania, langsung saja memperbaiki composurenya dan menjelaskan bahwa dia sepertinya lupa akan sesuatu,

"Gara-gara lo! Gue lupa kalo gua ada acara sama temen siang tadi," ucap Bright dengan ekspresi pura-pura kesal. Sania yang melihatnya alih-alih meminta maaf justru hanya mengabaikan Bright.

Di benak gadis itu, Abangnya sudah membalas kekesalannya sampai mendorong Sania hingga terjatuh. Jadi, mereka sudah impas.

"Abang yang ngeiyain, kok. Kamu kan bisa nolak kalau gamau!" omel Sania yang hanya membuat Bright menyipitkan matanya ke arah Sania. Jijik.

"Jelas lu mohon-mohon tadi sama gue ... Sekarang aja, udah lupa ingatan kan lu?!" gumam Bright yang anehnya membuat rona wajah Sania memerah tanpa sebab.

Dia tampaknya malu dengan apa yang baru saja dia katakan.

"Kalian kenapa ada disini?" ucap seseorang yang membuat kedua kakak beradik itu memalingkan wajahnya dan menatap seseorang yang menghampiri mereka.

Rambut coklat, mata coklat, dan kulit kuning langsat cerah. Seseorang itu adalah Kairav, sahabat kakak Sania sejak mereka berusia belasan tahun.

Bright menoleh ke Kairav dan kemudian ke Sania. Dia menghela napas sebentar sebelum menjawab pertanyaan dari Kairav.

"Adek gue mau ngomong sama Lu,"

" ..."

"Ah, canggung bener ... "

" ... "

"Kalian berdua kok pada diem-dieman, sih?"

" ... " (masih tanpa jawaban, hanya Bright yang sedari tadi berbicara. Ekspresi Bright saat ini : -_-)

"Oke, gue kesana dulu. San, nanti lu hubungin gue aja kalo udah kelar urusannya," ucap Bright yang kemudian tanpa perkataan balik dari Sania langsung saja pergi meninggalkan mereka disana.

" ... "

5 menit kemudian~

"Aku ma-mau minta maaf, Kak soal yang kemarin." ucap Sania dengan kepala yang masih menunduk. Tatapannya tidak diarahkan kepada netra Kairav, tetapi kepada sepatunya yang mau tak mau satu-satunya pandangan yang Sania lihat.

Kairav berdiri di hadapan Sania. Adapun Sania? Dia masih dalam posisi duduknya dan dirinya takut untuk mendongak, menatap ke wajah Kairav.

"Ee ... Eh, Ak-aku tahu aku gak tahu diri padahal aku tahu Kak Kairav pacarnya Kak Karina. Aku dengan bodohnya malah nangis dan kecewa, padahal ... itu udah pasti aku dapetin. Maaf, kak. Aku childish banget. Apalagi kak Bright sampe marahan sama Kakak," lanjut Sania dengan volume suara yang rendah.

"Aku juga mau minta maaf sama kamu,"

"Eh?"

"Ya?"

"Engga, kak. Kakak gak salah. Aku tadi kaget ... Kakak gak perlu minta maaf segala,"

"Kalo aku gak salah ... Kenapa kamu takut  buat natap wajah aku?" 

"Err ... Itu aku canggung, Kak," jawab Sania sambil menutup matanya.

"Gitu, ya. Tapi, aku ngerasa aku harus minta maaf sama kamu,"

" ... "

"San, aku ...-"

"Eh, Kak--" Sania tiba-tiba berdiri walaupun matanya belum menatap lawan bicaranya.

"Aku pamit dulu. Maaf banget pokoknya! Aku gakbakal berusaha jadi pelakor lagi.. Bye!" ucap Sania dengan nada yang kencang.

Dia sengaja mengatakannya karena Sania melihat seseorang yang dia kenal mendekat ke arah mereka.

Karina. Husada.

Entah apa yang dia pikirkan ketika melihat Sania dan Kairav, tapi matanya menunjukkan ketidaksukaan.

Sania yang sesama perempuan tentu mengenali penglihatan tersebut sebagai kemarahan akan sesuatu. Dan Sania sadar bahwa dia pastilah objek kemarahan itu.

Maka dari itu, Sania langsung melarikan dirinya.

"Sania!" teriak Kairav saat dia melihat Sania yang berlari cepat meninggalkannya sendiri. 

Kairav tentu saja dilanda kebingungan karena dia sendiri tidak menyadari kehadiran Karina di belakangnya.

***


Kehidupan Kedua KairavTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang