5~

764 50 1
                                    

Annyeong~
.
.
.

Happy reading

Mungkin bagi orang lain, bebas dari seseorang yang selalu menempel padamu adalah hal yang melegakan. kau tidak perlu lagi terganggu karenanya, tanpa perlu mendengarkan suara yang selalu berkicau setiap hari dan menggangu mu.

Kau bisa melakukan hal dengan tenang.

Tapi itu tidak terjadi dengannya, semenjak ia patahkan hati pemuda manis itu. ia selalu mendapatkan tatapan dingin. muka datar, dan sikap yang acuh tak acuh dari si manis.

Ia hampir tak mengenali pemuda manis itu, apa itu benar benar pemuda pemilik senyuman manis nan cerah itu?.

Sungguh berbeda.

Ia kadang merasa tidak nyaman dengannya, kadang ia merindukan sikap dulu pemuda itu. ia berpikir lebih baik ia terus ditempeli, daripada harus dihadapkan dengan sisi dingin pemuda itu.

Ia bingung dengan perasaannya, apa yang sebenarnya yang di inginkan dirinya sendiri?.

Dulu ia begitu membenci pemuda itu, tapi mengapa setelah ia tidak diganggu lagi, dia merindukannya?

Apa yang sedang ia pikirkan? apa yang membuatnya terus gelisah dan risih dengan dinginnya pemuda itu?.

Ia ingin bertanya dan mengetahui perasaannya apakah dia masih menyukainya? apakah dia akan kembali jika ia mengatakan ia tidak menyukai wanita itu.

Tapi gengsinya lebih besar.

"Apa kau sudah sehat?"

"Emn, sepetinya" jawabnya

"Ya! xiaozhan! apa kau akan terus bersikap begitu dingin padaku?" ujarnya tak terima.

"Acheng, aku hanya bersikap begitu jika dikampus" desisnya.

"Hah, terserah mu lah" acheng menyilangkan tangannya.

"Ayo, kekantin" ajak zhan masih dengan kedinginannya, "Buat?".

"Apa lagi? ya makan" katanya berjalan lebih dulu.

"Senior zhan!"

Keduanya melihat kearah sumber suara, " Kenapa" tanyanya mendengar namanya dipanggil.

"Tuan mao memanggil mu" kata junior itu setelah didepan zhan dan acheng.

"Kenapa dia dipanggil?" tanya acheng dibalas gelengan dari junior itu.

"Baiklah" katanya, "Tunggu aku dikantin acheng" ucapnya lalu pergi.

"Eh tunggu"

Zhan berbalik, "Apa?"

"Lupakan"

Acheng meninggalkan zhan yang memandangnya heran.

Selama ia jalan, zhan terus berpikir kenapa ia tiba tiba dipanggil? apa ia melanggar aturan? atau dia membuat masalah?.

Pikirannya dilanda penasaran.

Ia berhenti didepan pintu ruang kepala sekolah, menarik nafas dan menenangkan diri.

Love is like playing chaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang