_ Ava [8] _

6K 309 1
                                    


Please like. that's my encouragement.
...
.....
........

Perkenalkan singkat itu berkahir dengan si mungil kita menangis, merengek meminta pelukan oleh sang papy. Namun sayang, duda tampan kita tengah tidak ada di tempat. Saat ini si duda terlihat sedang melakukan sesuatu di dapur. Dengan cekatan nampak jelas bahwa dia tengah membuat sesuatu.

Baiklah lupakan dia terlebih dahulu. Mari kita kembali ke posisi di mana si mungil manis kita tengah merengek minta keberadaan sang papy. Namun tak kunjung di beritahu oleh para anggota keluarganya. Kasihan di kacang-in baby manis kita.

"Hiks...hiks~ papy na Ava!?" Lirih Ava dengan nada terisak-isak.

"Papy na Ava mana? Hiks~ hiks~ mau papy!!" Tangis Ava menatap memohon para anggota keluarganya yang malah terkesima dengan ekspresi wajah merengek-rengek nya. Astaga keluarga itu.

"Mengemaskan sekali!!"

"Oh, cobaan apa ini tuhan. Sangat gemoy!!"

"Aduh, jadi pengen buat bayi!!"

"Ugh, aku tidak tahan."

"Astaga, baby Ava imut sekali."

"Kyak~ duh, sepertinya jadikan dia model pakaian anak-anak pasti makin imut. Argh, akan ku buat pakaian itu, lihat saja nanti kyak~"

"Ugh, sepertinya saya diabetes."

"Lucu."

"Ah, haruskah lain kali saya membuat dia menangis?!"

Batin, teriak batin semua anggota keluarga Xlien menatap wajah menangis Ava. Ah, sepertinya mereka benar-benar menikmati wajah menangis yang sialnya sangat imut itu. Oh tuhan, cobaan mu.

"Huhuhu~ hiks... Papy na Ava!! Hiks~ Papy!!" Ava makin menggila, dia berteriak kencang meraung memanggil sang papy. Hingga membuat para anggota keluarganya tersentak dalam lamunan.

Deg!!

Jantung dan pendengaran mereka seketika berdenyut. Astaga suara si mungil benar-benar membuat kita bergejolak hingga spontan mengucapkan astaghfirullah, eh astaga maksudnya. Eh, ah udahlah lupakan(:

Ava menangis makin kencang saja. Duh, air matanya ndk habis dek? Okeh lupakan (: ayok kita lanjutkan.

Ava meraung memanggil sang papy, menangis bombay. Ava tertekan sebab tidak ada satupun anggota keluarganya yang maju untuk menenangkannya, malahan mereka mengambil ponsel masing-masing untuk mengabadikan momen Ava yang tengah menangis. Astaga minta di pukul mereka itu.

"Hueeeee~ hiks... Papy!!" Ava berseru dengan wajah merengut menatap bahagia kearah sang papy yang nampak berlari kecil kearahnya dengan botol dot di tangan kanan nya.

"Astaga, baby!!" Seru panik Arkarna menatap sang anak kemudian mengangkat tubuh mungil itu kedalam gendongan nya seraya menyerahkan dot yang berisi susu ke mulut sang anak.

"Huhuhuhhu~ papy!!" Panggil Ava di sela-sela acara ngedot nya.

"Minum sayang." Kata lembut Arkarna sambil mengelus punggung sang anak sayang.

Avalian Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang