Perasaan itu kembali, jantung yang berdetak, pipi yang memanas, pikiranku yang melayang. Aku benar-benar merindukan semua ini.
Tapi disaat bersamaan, perasaan sakit dan terkhianati masih ada. Rasanya berkali-kali lipat karena itu berasal dari orang yang kusukai.
Pikiranku tak bisa fokus selama jam pelajaran, dan untuk mengatasi hal itu aku harus segera menemui Boby.
Dituntun sang waktu, akhirnya bel pulang sekolah berbunyi. Meski tadinya waktu berjalan cepat, kini waktu terasa lama saat aku mulai melangkahkan kaki ke tempat Boby ingin bertemu denganku, balkon lantai 2.
Entah itu hal baik atau buruk, dia memintaku bertemu di tempat yang cukup sepi seperti itu. Pikiranku melayang ke banyak hal dan kemungkinan soal apa yang ingin Boby katakan kepadaku sampai akhirnya aku tiba di lantai dua. Aku menolehkan kepalaku dan mendapati Boby tengah memandangi pemandangan dari lantai dua tak jauh dari tempatku berdiri.
Aku pun berjalan ke arahnya dan mengambil tempat di sebelahnya, memandangi orang-orang yang berseliweran di lantai satu karena aku tak tahu apa yang aku harus lakukan sampai akhirnya aku angkat bicara. "Ada apa, kak?"
Boby sedari tadi pastinya sudah menyadari keberadaanku, tapi ia tak kunjung menolehkan kepalanya ke arahku. Sama sepertiku, sih. Pandangan kami berdua terkunci ke pemandangan di lantai 1. Tapi aku tahu, pikiran kami sama-sama kacau dan ruwet.
"Umm, g-gua bingung gimana mulainya." Boby menggaruk tengkuk. "Intinya... Gua minta maaf atas perlakuan gua selama ini."
Aku berpangku tangan di balkon. "Iya kak, tapi... Aku tetap pengen penjelasan," ujarku tegas. Meski perasaanku campur aduk, sebagian besar senang, karena bertemu Boby, aku juga harus cari tahu soal akar permasalahan kami.
Boby menghembuskan napas. "Lu tahu sendiri, kan. Gua ini sasaran yang empuk buat jadi bahan perundungan. Dan gara-gara kejadian waktu itu... Gua merasa bersalah banget karena gara-gara gua, lu jadi kena imbasnya."
"Imbasnya?" Aku mencoba mengingat-ingat soal lejadian yang dia maksud.
"Pas gua dikeroyok sama anak-anak animasi. Gua liat lu dikasarin sama Alan. Gua tau, ini semua gara-gara gua. Karena lu deket sama gua, gua takut lu dijadiin target bully juga, (name). Ditambah, masalahnya gua ga bisa ngelindungin lu." Boby menunduk, sementara aku tertegun. Jadi karena itu alasannya ... Berminggu-minggu aku sedih dan kebingungan, dan inilah jawabannya. Aku bisa mengerti perasaan Boby, tapi...
"... Dengan cara minta aku ngejauhin kakak?" tanyaku tegas.
"(Name), gua tau gua bodoh banget. Kalau aja gua tau perkataan gu bakal bikin lu kecewa kayak gini, gua mana mau bilang kayak gitu dari awal. Tapi... Disaat bersamaan juga gua tetep mau ngelindungin lu."
Mendengar penjelasannya, tentu aku jadi lebih mengerti perasaannya. Tapi tetap saja, aku tak bisa melupakan perasaan sakit hatiku waktu itu. "Padahal kak Boby bisa kasih tau aku aja."
"Yah... Tadinya gua pikir gua udah mengeluarkan keputusan terbaik. Tapi nyatanya aku salah... Aku salah. Aku terlalu egois, merasa semua ini yang terbaik untuk kita berdua." Ada jeda sebelum ia melanjutkan. "Maaf ya, (name). Meskipun kata maaf ga cukup buat ngembaliin kepercayaan lu ke gua."
Boby menyodorkan minuman favoritku entah dari mana. Aku dengan senang hati menerimanya. Tapi, Boby masih tak mau melihat wajahku.
Aku menghembuskan napas. Kesalahpahaman ini sudah usai. Boby meminta maaf, dan aku rasa aku dapat menerima permintaan maafnya.
"Semua orang pernah melakukan kesalahan, ya kan?" Aku mulai meminum minuman dari Boby. Mood-ku langsung membaik. Tapi rasanya masih ada yang kurang. "Jadii... Kita masih temenan?"
Boby terkekeh malu. "Gua gatau, (name). Lu masih mau nerima gua jadi temen lu?"
"Ya iyalah! Kita udah temenan lama banget, masa jadi musuh cuma gara-gara salah paham gini?" tanyaku.
"Gua gatau gua bisa jadi temen lu lagi kayak dulu, (name)...."
"Kenapa? Masih gara-gara yang tadi? Kan udah aku maafin."
Boby menggumamkan sesuatu yang membuatku mengernyit karena tak mendengarnya dengan jelas. "Apa?"
"Guasukasamalu."
Jantungku berpacu lebih cepat. Gak, gak! Jangan seneng dulu! Aku harus dengar lebih jelas. "Apa, kak?"
"Gua suka sama lu."
Tiba-tiba saja, semuanya seolah terasa tak nyata. Aku memandangi Boby. Satu tangannya berpangku ke balkon sembari menutup sebagian wajahnya. Meskipun begitu, aku bisa melihat telinganya memerah.
Aku memandangi minumanku. Apakah ini nyata? Kalau ini mimpi, ga mungkin minuman yang kuminum bisa seenak biasanya. Tapi ga mungkin juga ini kenyataan kalau BOBY BILANG DIA SUKA AKU!!!!
"Gimana, (name)?" Boby curi pandang ke arahku untuk pertama kalinya. Dan kali ini aku yang langsung memalingkan wajah karena malu.
AHHH!! Aku gak tau harus ngapain!!
Terdengar helaan napas dari Boby. "Gua udah duga, sih. Orang kayak gua mana layak suka sama lo, ya gak? Emang lebih baik kita—"
Aduhh, dia malah salah paham lagi. Aku harus lakukan sesuatu!!
Aku memeluk tubuhnya dari belakang.
Dan setelah sepersekian detik berlalu, aku sadar apa yang telah aku lakukan. Karena itu aku membenamkan wajahku ke punggungnya.
"(N-name)?"
"K-Kak Boby begok!!!" Dan keluarlah ucapan yang sangat ingin kuucapkan padanya. Tentu saja bukan itu. "Aku juga suka Kak Boby!"
"S-serius?"
"Serius, ah!! Masa dari dulu ga nyadar juga!!" Aku memeluknya makin erat.
"A-aw! Pelan-pelan, dong. Lu mau bikin remuk badan gua? Hah?"
Aku melepas pelukannya. Boby berbalik, menoleh ke arahku. Lalu kita berdua tak dapat menyembunyikan kebahagiaan kami lagi. Tawa pun pecah diantara kami berdua.
"Gua ga nyangka banget," ujar Boby setelah tawanya reda.
"Sama," sahutku seraya menyeka air mata. "Kak Boby pulangnya masih lama, 'kan? Aku ... Mau ngomong yang banyak."
"Pasti ... Soal perasaan kita, ya?"
Aku mengangguk.
✧༺♥༻✧
WOOOOWOO Akhirnya senpai kita confess🥳 Maaf banget baru up, padahal niatnya awal Januari udah beres.
Dan maaf banget ini sedikit, sengaja biar cepet & kalau dilanjutin bakal panjang banget hehe
KAMU SEDANG MEMBACA
Cute Senpai! (Boby Troublemaker x reader) 𝙴𝙽𝙳
FanfictionPertemuan tidak terdugaku bersama seorang kakak kelas bernama Boby siapa sangka menjadi awal mula kehidupan romantisku. Eh tunggu, romantis? Ga mungkin! Ga mungkin aku suka sama orang yang bahkan ga bisa melindungi dirinya sendiri, kan?! T-tapi Bo...