Chapter 5

225 33 5
                                    

Jika ada kesempatan, aku atau Boby kadang meminta satu sama lain untuk bertemu lagi. Kebanyakan untuk mabar, atau kadang ngobrol-ngobrol biasa. Dan semenjak saat itu, hubungan kami jadi lebih dekat, dari yang awalnya kenal karena kecelakaan jadi teman mabar.

Ujian kenaikan kelas sudah semakin dekat, tapi aku menyempatkan diri untuk menemui Boby. Hitung-hitung pertemuan terakhir sebelum aku fokus untuk ujian.

Saat aku berjalan sembari terfokus ke HP, tiba-tiba aku tertubruk orang dari arah berlawanan.

"Eh, maaf, dek." Orang yang menabrakku tersenyum sembari menatap wajahku. Aku hanya mengangguk sekilas menandakan aku tak apa-apa.

"Omong-omong lu anak animasi, kan? (Name), ya?" tanya orang itu.

Aku mengangguk. "Kok tahu?"

"Lu adik kelas gue soalnya. Kenalin gue Akbar." Dia dengan santainya merangkulku, membuatku terkejut setengah mati karena belum pernah sedekat ini dengan cowok.

"O-oh ... Gitu kak?" tanyaku bingung sembari berusaha lepas dari rangkulannya pelan-pelan. Orang ini maunya apa sih?! Lagian Akbar ga jawab pertanyaanku sebelumnya.

Dia terkekeh. "Lu imut banget kalau gugup! Btw boleh minta nomor WA?"

"Buat?"

"Buat chatan, lah!" Salah satu tangannya yang mengaggur terangkat ke arah wajahku. Spontan aku menepis tangannya dan sekeras mungkin mendorongnya sehingga aku terlepas dari rangkulannya.

"Maaf, kak! Ga terbiasa dirangkul, hehe," ujarku sesopan mungkin.

Akbar terlihat tak senang. Dia mendekat lagi tapi tanganku langsung digenggam oleh seseorang. Aku hampir saja menepisnya kalau saja tak tahu bahwa Boby yang melakukan itu.

"M-m-maaf ya, (name)-nya ada urusan sama gua!" Dengan begitu, Boby menarikku pergi. Aku menoleh ke arah Akbar untuk memastikan, dan ia memasang tampang tak senang.

"L-lu gapapa?" tanya Boby begitu kita sudah sampai di tempat yang cukup sepi.

Aku mengangguk, berusaha kelihatan tenang. "Gapapa, orangnya freak banget tadi."

Boby menunduk dan melepaskan tanganku. "Lu ga sadar kalau dia itu udah ngincer lu dari beberapa hari lalu?"

Aku tertegun. "Masa?"

"Lu ga pekaan banget dah!" Boby ngelunjak. "Tiap kita ketemu, gua selalu liat dia natap lo dari jauh. Kayaknya dia ini cowo bahaya (name)."

"Bagus, dong!" ujarku, entah harus senang atau bagaimana kalau ada orang yang suka kepadaku. "Tapi kenapa dia suka aku, ya? Padahal wajahku biasa aja."

"Yee lu mah," Boby menatapku sungguh-sungguh. "Kalau suka itu ga cuma lihat fisik. Banyak dari segi lain."

Aku mengangkat alisku. "Kalau aku menarik dari segi apa emang?"

Boby memalingkan wajah. "Pokoknya kamu ada kesempatan buat disukai lah."

Aku bisa melihat perubahan sikap Boby dari biasanya, kayaknya dia iri aku disukai orang sementara dia engga wkwk. Jadi mau aku jahili dikit.

"Terus Kak Akbar harus aku apain, ya? Balik deketin aja gitu?" tanyaku.

Boby tertegun. "Jangan dong bodo! Dia tuh cowo ga baik pokoknya."

"Tapi dia kayaknya keren."

"Jangan ey! Yang ada dia malah nyakitin lu!"

"Tapi kayaknya dia jago berantem."

"Lu—" Boby terdiam, ga bisa ngecounter.

Tawaku pecah. "Kak Boby udah kayak bapakku aja."

Dia mendecih. "Pokoknya jangan sampai deket sama tuh anak, ye."

Cute Senpai! (Boby Troublemaker x reader) 𝙴𝙽𝙳Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang