Chapter 9

186 32 1
                                    

"Eh? (N-Name)?" Boby kebingungan karena aku yang terisak. Dia pindah ke sebelahku, kelihatan ragu untuk merangkul. Tapi pada akhirnya dia mengusap pelan pundakku. "Lu ... Mau cerita? Kenapa lu takut?"

Perlahan, aku mulai tenang. Sebelum aku angkat suara, aku berpikir sejenak.

Kalau aku kasih tau Kak Boby ... Nanti dia juga bakal ikut sedih, dong? Kalau dia tahu aku bakal pindah, nanti dia juga pasti sama takutnya dengan aku.

Aku... Gabisa kasih tau dia.

"Kucingku meninggal," ujarku berbohong. "Aku... Kesepian."

Boby mengangguk penuh pengertian. "Shh, gapapa, (name). Lu ... Kalau kesepian diam di sini aja lebih lama...."

Aku mengangguk meski hatiku jadi tambah terharu. Kenapa Kak Boby baik banget, sih?!

"Sekarang makanannya habisin, ya. Kan lu udah capek-capek masak lagian."

Kami lanjut makan dalam kecanggungan, Boby sesekali menoleh untuk mengecek keadaanku. Kemudian, dia angkat bicara soal hal-hal lain untuk menghiburku.

Aku tak boleh sedih lebih lama, aku harus membuat kenangan terakhirku bersama Boby... Spesial.

"Kak, biar aku cuci piringnya," ujarku sembari bangkit berdiri, membawa piring kotorku. "Sama maaf ya tadi aku tiba-tiba nangis gajelas."

"Gapapa, kok. Makasih lho udah mau nyuci. Gua bakal nyiapin tempat tidur dulu buat lo."

Aku mengangguk seraya langsung ke tempat cuci piring, bersamaan dengan Boby yang pergi ke kamarnya.

Eh, tunggu... Apa yang dia bilang tadi?

NYIAPIN TEMPAT TIDUR BUAT AKU?

Maksudnya... Kak Boby mau aku nginap di sini....

HAH?!

Aku selesai mencuci piring dan berjalan ke arah kamar Boby dengan jantung berdegup kencang.

...

AKU BAKAL TIDUR DI KAMAR BOBY?!

Tadi aja pas aku duduk di kasurnya, rasanya jantungku sudah bergetar, APALAGI TIDUR DI KAMARNYA.

Cuma berdua... Di rumah crush-ku.

Memangnya boleh, ya?

"(Name), napa lu bengong gitu? Sini." Boby menepuk kasurnya. "Udah gua siapin tempat tidur lu."

"K-kak...." Aku menelan ludah sebelum lanjut bicara. "Maksud kakak... Aku disuruh nginep?"

Boby menatapku heran, padahal seharusnya aku yang menyorotnya dengan ekspresi itu. "Iya, kan lu kesepian katanya tadi... Lagian, udah malem. Bahaya, suka banyak preman."

Aku ingin menyangkal, tapi Boby ada benarnya. Lagipula, kapan lagi aku bisa tidur di kamar Boby?

"O-oke deh," aku mengangguk. "Aku mau cuci muka dulu."

Dengan begitu, aku ngibrit ke wc. Aku mencuci muka dan bercermin.

(Name) tenangkan dirimu. Pokoknya, ini bakal jadi moment terakhir sama Kak Boby... Aku ga boleh mengacaukannya!

Jantungku langsung copot begitu aku mendengar ada suara ketukan dari pintu kamar mandi. "(Name), ini kalo lu mau ganti baju."

Aku membuka sedikit pintu kamar mandi, mendapati Boby menyodorkan sepasang baju. "Makasih."

Buru-buru aku menutup pintu. Setelah aku mendengar langkah Kak Boby pergi, aku mengamati baju yang diberikannya. Lalu... Aku memeluknya.

Bau bajunya ... Mengingatkanku pada Kak Boby!

Cute Senpai! (Boby Troublemaker x reader) 𝙴𝙽𝙳Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang