Setelah perkelahian itu. Rani mematikan rekamannya. "Fix, Budi harus ikut turnamen. Oke, sekarang waktunya cabut terus aplod, HEHEHE!"
Aku memandangi Rani heran. "Emangnya gapapa, kak?"
"Gapapalah, udah santai ae. Btw, lu tuh temennya Boby, kan? Ga dipanggil tuh Boby-nya?"
"Jangan!" pintaku setengah berteriak. "Kan nanti kita ketahuan ngeliat mereka diem-diem."
Rani mengangguk menyetujui. "Yaudah kalau gitu, kita cabut duluan aja, yuk."
Kali ini aku yang mengangguk menyetujui. Meski begitu, aku tetap mengkhawatirkan Boby. Aku rasa ada yang ga beres soal kejadian tadi.
Sesampainya di rumah, aku buru-buru menelepon Boby.
"Weh, (name)! Tumben nelpon. Gegara seharian ga ketemu nih ya~?"
Pipiku langsung merona mendengarnya. Astaga jangan salting dulu! Ada hal penting yang harus aku tanya ke dia.
"Iya, itu, sama tadi aku liat Kak Boby dipalak sama Akbar juga temen-temennya. Terus Kak Boby dilindungi sama orang yang aku ga tau namanya. Jelasin!" perintahku.
"Waduh, lu liat kejadian itu?! Astaga...."
"Ceritain semuanya!" tuntutku.
"Iye kalem. Jadi... Yah, Akbar memang udah sering ngepalak gua. Semenjak ... Semenjak dia deketin lu."
Aku tertegun mendengarnya. Itu kan sudah lama sekali?! "Kenapa ga pernah bilang ke aku?"
"Yah soalnya daripada bawa-bawa lu. Ini masalah cowok, (name). Lu tenang aja. Lagian ... Gua punya temen baru yang kayaknya bisa ajarin gua berantem!"
"Temen baru?"
"Yak, yang lu liat pas di tkp. Namanya Budi, murid baru. Terus dia udah jadi sohib gua! Tinggal tunggu beberapa hari lagi, pastinya gua bisa ngeyakinin Budi buat ngajarin gua beladiri. Biar gua akhirnya bisa gelud!"
Aku turut senang mendengar Boby punya temen baru. Tapi disaat bersamaan, ada yang mengganjal di dalam hatiku. "Kak Boby bertekad banget buat bisa berantem, ya?"
"Iyalah? Normal kali bagi cowok."
"Tapi kenapa kak?"
"... Biar bisa ribut, heheheh."
Aku tak bisa membayangkan Boby-ku yang imut memasuki dunia penuh kekerasan. Aaarghh!! Boby gaboleh jadi anak nakal yang suka ribut!!!
Aku mendengus. "Cowok tuh kenapa sih ... Penting banget ya buat bisa berantem? Padahal masih banyak hal lain yang bisa bikin diri dia keliatan keren."
Boby terdiam sejenak. "Yahhh, iya sih. Tapi ini kan SMK Cipta Wiyata. Yang paling kuat yang paling dilirik."
Baru saja aku ingin menyangkal hal itu. Boby mengalihkan pembicaraan. "Btw seharian tadi kenapa gua ga liat lu yak?"
Aku jadi teringat soal kewajiban baruku tahun ini, juga betapa sibuknya aku mengemban tanggung jawab itu. "Aku jadi ketua kelas, kak."
"Widih! Keren! Kayak Rani lu, tapi kayaknya versi lebih baik."
"Makasih," karena hal itu aku jadi teringat Rani yang merekam mereka tadi sore.
"Disuruh ngapain aja memangnya tadi?" tanya Boby lagi.
"Banyak!" jawabku. "Disuruh bikin organigram lah, hias kelas lah. Bahkan aku disuruh cari buku catatan bekas kelas 11 tahun lalu. Pokoknya banyaaak banget."
Dan menit-menit selanjutnya dihabiskan dengan aku sebagai subjeknya. Meski aku senang karena Boby terdengar memperhatikanku, aku baru aja ngeh kalau dia terkesan mengganti topik sewaktu kita bicara di awal-awal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cute Senpai! (Boby Troublemaker x reader) 𝙴𝙽𝙳
FanfictionPertemuan tidak terdugaku bersama seorang kakak kelas bernama Boby siapa sangka menjadi awal mula kehidupan romantisku. Eh tunggu, romantis? Ga mungkin! Ga mungkin aku suka sama orang yang bahkan ga bisa melindungi dirinya sendiri, kan?! T-tapi Bo...