7 - ketika membutuhkan

644 76 48
                                    

JANGAN LUPA VOMENT JUSEYO ❤️🥰✨

DUA pasang kaki berada di hadapan sebuah nisan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




DUA pasang kaki berada di hadapan sebuah nisan. Mereka menundukkan kepala seraya berdoa. Tiada harap selain mendoakan yang telah berpulang agar tenang di alam sana. Setelah selesai, barulah Jaemin dan Mark menengadahkan kepala. Keduanya memandang sebuah foto wanita yang terpajang di nisan.



"Itu uri eomma."


"Cantik."



Jaemin tersenyum. "Tentu."



Mark menoleh, melihat ke arah Jaemin yang berdiri disandingnya. Ia pandang wajah tersebut selama beberapa saat. Di keheningan, Mark menyadari sesuatu kala semakin lama matanya memandangi Jaemin.



Ah, dari sang ibu ternyata datangnya senyum indah milik Jaemin.



Batin Mark semakin terjawab pasti saat Jaemin menoleh. Manik mata mereka bertemu. Seperti biasa, Jaemin tersenyum begitu menghadap Mark. Kedua ujung bibirnya ditarik membentuk seulas lengkung manis.




Hati Mark tertegun. Senyuman Jaemin menyentuh hati. Kehangatan yang merayap, membuat Mark terdiam membeku merasakannya.



"Eomma selalu bilang, datanglah berkunjung ke rumah bersama seorang teman. Eomma sangat ingin bertemu siapapun yang berteman denganku.—"



Pandangan Jaemin beralih kembali ke arah nisan sang ibu. Senyum di wajahnya berubah menjadi ulas pahit. "—tapi nyatanya aku tidak punya teman."




"Aku selalu sendirian di dunia ini. Bahkan saat eomma tiada, aku semakin sendiri. Aku belum bisa mengabulkan permintaan sederhana uri eomma."



"Namun hari ini,—" Jaemin menoleh pada Mark. "— terima kasih sudah mau menemaniku kemari sebagai teman. Eomma akhirnya tahu kalau aku punya teman."



Mark membalas senyum Jaemin tak kalah tulus. Kepalanya mengangguk. "Ajak aku kemari sesering mungkin."




Senyum di wajah Jaemin semakin dalam. Lesung pipinya terlihat jelas. Tanda bahwa seulas senyum itu tulus dan ikhlas. Nyata apa adanya muncul karena Mark. Ia benar-benar bersyukur sekaligus senang dengan kehadiran lelaki tersebut.



"Ah, sayang sekali. Impian eomma untuk bertemu calon menantunya masih belum terkabul."



"Ahjumma, anakmu ini benar-benar genit. Ia terus menggodaku tanpa henti." Ujar Mark pada nisan, seolah ibu dari Jaemin benar-benar berdiri disana.



Jaemin tertawa. "Aigoo... Eomma ! Bagaimana bisa aku berhenti menggoda Mark, dia terlalu tampan dan baik 'kan ?"



Bucin Na ! : MarkminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang