2 - antara Seoul dan Toronto

851 104 26
                                    

JANGAN LUPA VOMENT JUSEYO ❤️

JANGAN LUPA VOMENT JUSEYO ❤️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




"Aahh... aku memang gila ternyata."


KALIMAT tersebut keluar dari bibir tipis merah milik Jaemin. Dirinya tengah berdiri di ambang pintu masuk bandara, menatap banyaknya gedung pencakar langit dan riuhnya kota Toronto yang asing ini. Apabila dipikir kembali, berada disini hanya karena seorang lelaki sungguh tak masuk akal.


"Aku tidak bisa banyak membantu. Sudah aku pesankan hotel yang letaknya tak jauh dari bandara. Nanti, biar ku coba hubungi Mark untuk menemuimu disana."


Jaemin diam sejenak mendengar penjelasan Jisung di telpon. Matanya masih terfokus memandangi suasana kota Toronto yang terbentang di depan. Apakah mungkin Tuhan mempertemukan mereka di kota sebesar ini ?.


"Berikan saja nomornya. Akan aku hubungi Mark sendiri."


"Dia tidak akan menerima panggilanmu. Dia terlalu,—"


"Bisa tidak kamu berhenti membuatku semakin merasa bersalah ?! Hah !?"


Jaemin kesal. Ia langsung memutus sambungan telpon tersebut begitu saja. Mendengar Jisung hanya membuat rasa bersalahnya semakin membuncah. Padahal tanpa perlu diingatkan lagi, Jaemin sudah tahu kalau ia bersalah. Jangan ditambah.


***

Kehilangan memang berat rasanya. Terbukti dari banyaknya Mark menghela nafas setiap mengingat mendiang sang ayah. Pahitnya makin terasa saat ia memasukkan satu persatu barang kesayangan mendiang ayahnya yang ditinggalkan di kamar kecil ini.


Belum genap sehari, Mark sudah sangat merindukan ayahnya.


Dritt.. Dritt.. Dritt..


Matanya melirik ke arah ponsel yang tergeletak di tepi kasur, tak jauh darinya. Ia raih benda tersebut. Sang ibu menelpon.


"Kamu menemukannya ?"


Yang dimaksud sang ibu adalah sebuah surat terbungkus amplop coklat di pangkuannya ini. Mark mengangguk sambil mengulum sedikit senyum.


"Tenang saja, Mom. Aku menemukannya."


Terdengar disana sang ibu menghela nafas lega. "Syukurlah. Aku tidak bisa membayangkan kalau surat itu hilang."


"Haruskah kita melakukan ini ?"


"Hanya ini satu-satunya cara menyelamatkan hotel ayahmu."


Mark menarik nafas panjang. Benar kata ibunya, tak ada cara lain lagi untuk mendapatkan uang dan menyelamatkan hotel sang ayah yang sudah diambang kebangkrutan. Masih ada banyak pegawai yang harus diselamatkan karena mereka memiliki keluarga.


Bucin Na ! : MarkminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang