Chapter 4

13 10 0
                                    

Jangan lupa
Follow author
sebelum dibaca yah
vote+commentnya juga😊
Semoga suka dengan ceritanya
Happy reading

Lelaki kedua, namanya Tio yang merupakan lelaki dari kampung sebelah, memiliki kebun dan sawah berhektar-hektar luasnya, dia datang dengan orang tuanya untuk melamar Kayla yang kala itu baru saja kuliah semester satu.

"Begini pak, bu, kedatangan kami kesini ingin melamar anak bapak dan ibu untuk dinikahkan dengan anak kami Tio. Nanti kalau mereka sudah menikah, kebun serta sawah kami pun nantinya akan menjadi milik mereka berdua. Bagaimana pak, bu?"

"Kami serahkan semuanya ada Kayla, kami tidak punya hak untuk menerima lamaran anak ibu karena nantinya dia yang akan menjalaninya, iya kan pak?" Sahut Sulvi yang berharap Kayla tidak menerima lamaran kali ini karena melihat sikap orang tua Tio yang terkesan sombong.

"Iya bu, itu betul. Kayla yang punya hak untuk semuanya, entah dia mau menerima atau tidak, itu tergantung dari keputusan yang akan dia ambil, Bagaimana Kayla? Apa kamu mau menerima lamaran dari nak Tio atau tidak?." Pungkas Anis.

Kayla yang mendengar lamaran datang lagi, dengan tegas menolak lamaran tersebut lalu melakukan sedikit kehebohan agar mereka menyebarkan gosip dan berharap tidak ada lagi yang datang untuk melamarnya.

"Ibu dan bapak nyuruh aku nggak kuliah hari ini, hanya untuk mendengar jawaban aku dari pertanyaan konyol ini lagi? Hrrrgh maaf yang pak, bu, sya menolak lamaran dari anak anda, jadi saya harap kalian dapat mengerti dan kalian boleh pergi dari sini." Tegas Kayla.

"Kayla! Jaga sikap kamu, kamu nggak boleh ngomong seperti itu." Ujar Sulvi.

Orang tua Tio yang mendengar ucaan Kayla yang terdengar tidak soan pun merasa tersinggung dan merasa tidak dihargai dengan niat baik yang sudah dilontarkan namun mereka berusaha tetap tenang. "Apa kamu yakin mau menolak lamaran dari anak kami? Jika kamu menolak anak kami, nanti kamu bakal menyesal tidak menerima hadiah untuk pernikahan kalian nantinya."
(sombong banget sih bu😄😄)

"Saya tidak akan menyesal sama sekali. Yang ada, saya yang nantinya akan menyesal jika menerima anak dari orang tua yang sombong seperti anda. Oh iya, Anaknya nggak punya mulut ya bu? Harus banget diwakilin sama 'mami papinya' buat lamar anak orang?" Sahut Kayla dengan tingkah menyebalkannya.

"Lancang kamu ya?" Kesal ibu Tio mendengar omongan Kayla yang mengatakan anaknya seperti itu.

Sulvi berusaha menenangkan ibu Tio yang terlihat sudah sangat emosi dengan sikap Kayla. Sulvi memang ingin Kayla menolak lamaran ini tapi bukan berarti harus perang dingin, Sulvi takut jika nantinya ibu Tio menceritakan hal yang bukan-bukan tentang Kayla dan merusak nama baiknya dan keluarganya. Apalagi, Keluarga Tio merupakan keluarga yang cukup berpengaruh dilingkungannya.

"Lebih anda keluar dari rumah ini, anda sudah tahu kan pintu keluarnya dimana? Silahkan anda keluar sekarang, KELUAR!" Sahut Kayla yang membentak dengan kerasnya.
(Double Kill😄 langsung diusir)

"KAYLA! sekarang kamu masuk kekamar." Tegas Anis yang melihat putrinya sudah kelewatan.

"Ibu, bapak, maafkan anak kami ya, diaml kungkin emm... ini, dia... mungkin sedang pusing dengan tugas kampusnya makanya dia bersikap seperti itu, tolong dimaafin ya pak, bu." Bujuk Sulvi.

"Tio, ayo kita pulang. Tolong ajari anak ibu untuk bersikap sopan, menyesal aku datang kesini, ayo Tio! bisa-bisanya kamu suka sama perempuan yang nggak punya sopan santun seperti itu." Tio dan orang tuanya pun lalu bergegas keluar dari rumah Kayla dengan perasaan marah, serasa tidak ercaya dengan apa saja yang baru dilihatnya. Tio yang berusaha tetap tinggal kemudian diseret paksa oleh kedua orang tuanya.

"Bu, pak, kita bis bicara baik-baik." Panggil Sulvi yang masih berusaha membujuk mereka sayangnya, mereka tidak lagi mau mendengar penjelasan apapun dan langsung pergi tanpa menoleh kebelakang lagi.

Kayla merasa puas dengan apa yang telah dia lakukan namun berbeda dengan Anis dan Sulvi yang hanya tercengang dengan sikap ataupun jawab Kayla. Mereka tidak dapat berkata apapun lagi, mereka merasa malu serta khawatir jikalau nanti tidak akan ada lagi yang mau menikahinya karena sikapnya yang seperti itu.

Kayla AdzkiyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang