Part 14

3.3K 438 75
                                    



"Teh ... Teteh ...!"

Mulut Ruth yang hendak menjawab pertanyaan dari si penelepon, urung menjelaskan bahwa dia adalah istri dari Kendra. Mulut itu justru terbuka untuk menyahuti panggilan dari Gia.

"Iya, Gi ... ada apa?" Dia cuma berteriak dari dekat pintu. Tak mungkin Ruth membukanya, yang sama saja membiarkan gadis tomboy itu menyaksikannya dalam kondisi tanpa busana.

"Cepet turun, Teh ... ada ayah sama bundanya Teteh."

"Ayah sama Bunda?" beo Ruth kencang. Ah, dia bahagia sekali orang tuanya datang mengunjungi. "Bilang tunggu sebentar. Teteh mau mandi dulu."

"Oke."

Ruth lekas berlari menuju kamar mandi. Sampai di sana, dia baru sadar kalau panggilan suara di handphone suaminya masih terhubung. Kembali Ruth ke ranjang terus digoyang-goyangkannya lengan Kendra. "Luv ... ini ada telepon," katanya selagi telapak tangannya berpindah mengusap pipi.

Namun tak ada reaksi dari pria yang beberapa saat lalu membawanya terbang ke langit ke tujuh. "Luv ... bangun!" Suaranya makin kencang seiring dengan usapan yang berubah menjadi tepukan. "Ada orang yang telepon kamu."

Kelopak mata Kendra bergerak pelan. "Siapa?" lirihnya yang lantas menyipit.

"Nggak tau." Ruth letakkan bagitu saja ponsel di depan muka sang suami yang masih tengkurap. "Aku mau mandi dulu." Dia lekas berlari tunggang langgang ke kamar mandi.

Menonton bagaimana pantat Ruth berayun-ayun lucu, senyuman Kendra langsung tercetak otomatis. Lalu tanpa firasat apa pun, diraihnya smartphone tanpa mengubah posisi baringnya. "Halo ...." Sama seperti Ruth, dia juga lupa membaca nama kontak si penelepon.

"Liza tunggu penjelasan Aa."

Singkat, padat, dan jelas, kalimat tersebut mengalun pelan sebelum sambungan diputus sepihak. Namun meski hanya beberapa kata, nyatanya mampu memacu jantung Kendra berdetak lebih cepat.

Apa itu tadi?

Untuk memastikan bahwa ini bukan mimpi dan pendengarannya tak salah tangkap, diperiksanya daftar panggilan masuk.

Dan ... nama Liza yang berada di urutan paling atas.

Astaga. Tamatlah riwayatnya.

Kendra acak-acak rambutnya yang memang sudah berantakan. Alasan apa yang akan dia gunakan sebagai tameng kali ini? Sepertinya Liza sempat mendengarkan pembicaraanya dengan Ruth. Apa dia bilang saja kalau itu suara adiknya? Tapi sejak kapan Gia memanggilnya Luv?

Masih pusing merangkai alibi yang sekiranya cocok, Ruth terlihat berjalan ke depan lemari. Perempuan itu dengan santainya meloloskan handuk dari badan kemudian memakai baju di depannya.

Gila.

Bukan Ruth, tapi dialah yang sudah tidak waras. Di saat hubungannya dengan Liza terancam bubar, dia malah bisa-bisanya terangsang.

Nafsunya terhadap Ruth sangat besar. Dari dulu seperti itu. Makanya dia tetap bertahan meski merasa tak pernah mencintai.

"Aku turun dulu. Sana cepetan mandi."

Kendra masih saja terpaku. Sampai-sampai ucapan Ruth ketika melewati pintu tak sanggup menembus otaknya yang mendadak buntu.

Bermenit-menit berpikir tanpa menemukan jalan keluar, Kendra akhirnya bangkit. Dengan lunglai, dia menapaki lantai hingga ke bawah pancuran air di kamar mandi. Dinyalakannya shower. Banyaknya air yang menghujani kepalanya, dia harapkan ada setetes saja yang dapat memberikan sedikit pencerahan.

KELIRU (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang