Part 3

2.7K 353 26
                                    




Ruth mendengkus kemudian mengubah posisi terlentangnya menjadi miring ke kanan. Dipejamkannya mata, berharap bisa segera menjelajahi alam mimpi. Namun, karena pada dasarnya dia tak mengantuk, jiwanya tetap setia terjaga meski bermenit-menit telah dicoba.

"Akh!" Dia lantas terduduk. Percuma, Ruth yakin dia takkan bisa tidur siang. Daripada membuang waktunya dengan pikiran yang melayang ke mana-mana, dia meraih ponsel terus menekan sebuah kontak.

"Bunda ...," panggilnya manja selepas menunggu sekian detik. Tak membiarkan perempuan yang melahirkannya membalas sapaan, Ruth menyela. "Aku bosen banget ...."

Hidupnya yang dulu tak seperti ini. Dunianya biasanya penuh warna-warni, ramai dengan celotehan tak berfaedah dari sahabat-sahabatnya. Tapi kini Ruth tak dapat menemui mereka. Gadis-gadis centil itu bermukim di Jakarta, sementara dia menetap di kota kembang. Sekedar menghubungi pun tak bisa. Nomor ponsel member gengnya tak ada di ponselnya yang baru. Akun media sosial mereka juga Ruth tak mengingatnya. Pasalnya, akun-akun tersebut dinamai sangat alay, se-alay kepribadian pemiliknya.

"Coba jalan-jalan ke mall, Sayang ...."

Saran dari Tiara cuma Ruth respon dengan mengerucutkan mulutnya. "Jalan-jalan sama siapa?" Dia tak mempunyai satu pun teman di sini. Hanya ada tiga orang yang dikenalnya, yaitu Kendra, Amy, dan Gia.

"Ajak Ken."

"Akh!" Sebelum mengajak, Ruth sudah yakin kalau suaminya pasti menolak. Jangankan ke pusat perbelanjaan, sekedar keliling kompleks saja Kendra menyuruh Ruth pergi sendiri. "Dia mana mau, Bun ...."

Ruth tak pernah menyembunyikan apa pun dari kedua orang tuanya, termasuk segala yang terjadi dalam rumah tangganya. Dia selalu bercerita ... seperti anak pulang sekolah yang memberitahu tentang semua yang dikerjakannya bersama teman. Dia terkadang mengadu ... bak seorang bocah yang baru saja dimarahi oleh guru.

Makanya ... orang tuanya tahu persis seluk-beluk rumah tangganya, khususnya perihal sikap Kendra yang setengah hangat setengah dingin.

"Kalau gitu, coba ajak ibu mertuamu. Katanya pengen ngambil hatinya?"

Hah? Alis Ruth naik sebelah. Apa nanti dia tak malu jika Amy malah memarahi atau bahkan membentaknya di depan umum? "Aku takut, Bun ... dia suka marah-marah."

"Sayang ... kalau kamu nggak suka ngebantah, dia nggak akan marah-marah. Percaya sama bunda, Amy itu sebetulnya orangnya baik."

Seusai menimbang dengan penuh perhitungan, Ruth putuskan menerima saran dari ibunya. Tidak ada salahnya dicoba. Siapa tahu ... barang branded serta treatment di salon kecantikan sanggup meluluhkan kerasnya hati sang ibu mertua.

"Oke, Bun ... bye, I love you ...."

"I love you too, Sayang ...."

Panggilan diputus. Ruth lantas bergegas turun untuk mencari keberadaan Amy. Dari living room, dia melihat mertuanya sedang bergosip dengan tetangga di halaman.

"Ma ...," kata Ruth selagi ikut duduk di tikar yang digelar menutupi sebagian paving block. Selain Amy, tiga ibu-ibu berbadan gendut yang ada di sana, menyambut Ruth dengan senyuman. Agaknya mereka adalah golongan manusia yang ramah, tergambar dari ekspresi wajah.

"Kenapa?" Amy tak seketus biasanya sebab tak mau dianggap sebagai sosok mertua yang jahat di hadapan tetangganya.

Liur Ruth nyaris menetes saat tak sengaja dia melirik ke tengah-tengah di mana terdapat sebuah cobek yang berisi potongan mangga muda, jambu air, serta nanas lengkap dengan sambalnya. "Boleh minta, nggak?" ucapnya sambil menelan ludah, melupakan sementara tujuannya mencari Amy.

KELIRU (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang