01. ASRA

9 3 0
                                    

"Dimana Asra?" Tanya Raemari-sang Ratu pada seorang pelayan.

"Tuan Putri sedang bermain bersama yang Mulia Raja, Ratu." Jawab pelayan itu dengan kepala yang tertunduk dalam.

Raemari melangkah menuju ruangan Raja. Begitu sampai terlihat lah putri kecilnya yang berusia 7 Tahun itu tengah bermain pedang kayu bersama dengan Ayahnya.

"Aku menang!!" Teriak Asra dengan Gelak tawa usai Gara berpura-pura terjatuh saat diserang olehnya.

Gara bangkit dan tertawa, kemudian menggendong putrinya itu, "Putri Kecil ayahnya ternyata sangat hebat," Ucap Gara diiringi tawa ringan.

"Tentu ayah, aku akan jadi pelindung ayah," Ucap gadis kecil itu tersenyum sembari mengeratkan lingkaran tangan nya di leher Gara.

"Oh, kau ingin jadi pelindung ayah? Maka kau harus jadi lebih kuat daripada ayah. Kau harus lebih banyak berlatih menggunakan Tanganmu, alih-alih menggunakan mulutmu ini, Wahai gadis cerewet." Ledek Gara.

"Bukan Begitu, Raemari?" Raemari sontak kaget saat suaminya itu menyebut namanya.

"Seperti biasa, tidak ada yang bisa bersembunyi darimu." Raemari maju melangkah mendekati putri dan suaminya itu.

Ia mengambil alih Asra dari gendongan Gara, "Kau harus berhenti banyak berbicara, Asra. Putri Yunhee mengadu pada ibu bahwa kau terus mengomelinya, lau terus berbicara sampai dia mau pingsan."

"Kak Yunhee bilang begitu? Huh, Setelah ini aku akan mengomelinya lagi." Ujar Asra dengan kesal sembari berkacak pinggang di gendongan sang ibu.

Gara dan Raemari yang melihat itu hanya tertawa melihat tingkah Anak Tunggal mereka itu.

****

Di Aula Istana, para Menteri berkumpul menanti kedatangan Pangeran Saeha yang baru pulang dari misinya.

Saeha melangkah mendekat dan berlutut memberi Hormat pada Gara yang duduk di singgasana, "Yang Mulia,"

"Ah, Saeha. Bagaimana? Apa negosiasinya berhasil?" Tanya Gara

"Ampun yang mulia, mereka bersikeras untuk tidak bergabung dengan kerajaan," Jelas Saeha.

"Yang mulia, sudah kukatakan manusia seperti mereka yang hidup di alam liar itu akan keras kepala, jika dengan lembut mereka tak mau kenapa kita tidak mencoba dengan kekerasan." Kata Toga-Menteri perdagangan.

"Pernahkah kau melihat perang besar sebelumnya? Mereka terlalu kuat untuk kita lawan. Meskipun kita memiliki pedang besi, kita tetaplah bukan lawan yang sebanding bagi Suku Mori." Saeha berbalik dan menjelaskan. Para menteri terlihat berdebat satu sama lain.

"Mungkin terdengar tidak mudah, tapi kita harus mencoba," Suara terdengar dari pintu kanan aula Kerajaan.

Terlihat seorang pangeran berjalan mendekat ke arah singgasana.

"Coba apa? Berperang? Kau gila?!!" Tegas Saeha menatap sengit Pangeran Agaz.

"Akan ada berapa banyak prajurit yang akan mati di medan perang karna ide gilamu itu," Sambungnya.

"Tapi pangeran Saeha, saya rasa saran pangeran Agaz ada benarnya. Kita saat ini membutuhkan pasukan sebanyak mungkin untuk melawan Dinasti Tangka, dan solusinya hanya berada pada suku Mori." Ujar Menteri Afiliasi mendukung saran Agaz

"Ayah percayalah, aku akan berusaha menemukan cara untuk-"

"Tidak Perlu," Gara bangkit dari duduk nya dan menuruni tangga singgasana.

"Mari kita lupakan masalah suku mori, tidak ada perang maupun rencana untuk menaklukkan suku mori untuk sementara waktu," Ia bergerak mendekat kearah sehan dan memegang bahu Putra sulungnya itu.

Chronicles of ThalnianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang