Papa?

37 8 5
                                    

Alunan musik yang menggema dikamar kosan Dania tak menghentikan langkah Sifa berjalan maju mundur sambil memegang handphone Androidnya. Setelah selesai kelas hari ini, Sifa memutuskan untuk singgah di kosan Dania terlebih dahulu.

Dania yang terlihat sedang asik karaokean menghentikan aktifitasnya, duduk di kursi meja belajar, memperhatikan Sifa sambil memakan kacang yang selalu Dania stok di meja belajarnya. Dania dengan kejahilan yang tidak di ragukan lagi, melempar kulit kacang, dan tepat mengenai muka Sifa.

"Apaan sih Dan!"

"Lo yang apaan Sif, ngapain coba dari tadi maju mundur, cocok banget lo jadi setrika" Ucap Dania yang masih fokus memisahkan kacang dengan kulitnya.

Terlihat Sifa melangkahkan kakinya ke tempat tidur dengan nuasa biru pastel, duduk bersila menghadap Dania dengan tangan yang masih setia memegang handphone Androidnya.

"Gue takut banget Dan." Ucap Sifa akhirnya.

"Takut kenapa lo? ." Balas Dania yang sudah menghentikan kegiatan memakan kacangnya.

"Beneran gue yang jadi penanggung jawab. Lo mau gak Dan gantiin gue?" Tanya Sifa yang terlihat memohon.

"Big No! Meski gue pencinta Pak Athar, tapi gue ogah kalo di suruh jadi penanggung jawab, repot!" Tolak Dania mentah mentah.

"Kan, lo bisa pdkt lewat e-mail kalo jadi penanggung jawab Dan, lo mau, ya, ya, ya, please." Sifa tak menyerah begitu saja, Sifa menangkupkan kedua tangannya di depan dagunya dengan kedua mata yang memohon.

Dania yang melihat itu mendengus.

"Emang kenapa sih Sif kalo lo jadi penanggung jawab kelas Pak Athar?" Tanya Dania sambil mematikan musik yang sedang mengalunkan lagu Tanpa rasa bersalah milik Fabio Asher yang lagi hits-hitsnya.

"Ya, gue takut aja kena damprat Pak Athar." Ucap Sifa sambil mengubah posisi duduknya menjadi tiduran, terlentang, kemudian mengambil boneka panda untuk menutupi mukanya.

Dania yang akan membuka suara, harus di pending terlebih dahulu ketika Sifa tiba tiba duduk lagi dengan wajah yang terlihat berantakan.

"Kalo nilai gue terancam gimana Dan! Bego banget gue tadi, kenapa sih bisa kelepasan ngomelin orang yang ternyata dosen sendiri." Ucap Sifa frustasi. Sifa tidak bisa membayangkan jika Athar termasuk dosen yang baperan, bisa-bisa apa yang dari tadi Sifa cemaskan bakalan terjadi.

"Gak usah mikir yang aneh-aneh dulu deh Sif. Ya kalo lo dimarah sama Pak Athar tinggal dengerin aja, diterima, kan lo juga ngaku kalo tadi kelewatan." Ucap Dania sambil melanjutkan kegiatan yang sempat ia hentikan, memisahkan kacang dengan kulitnya.

"Kalo soal nilai, gue rasa Pak Athar bukan dosen yang baperan deh, buktinya tadi sewaktu di kelas, Pak Athar gak ada kan nyinggung-nyinggung soal kelakuan lo yang kelewat berani." Lanjut Dania ketika melihat sifa yang akan bersuara.

Sifa diam, mencerna kalimat yang dilontarkan oleh sahabatnya itu.

"Udah lah, gak usah takut lagi. Gih sana kirim e-mail ke Pak Athar, udah jam tiga loh Sif, lo belum ngirim e-mail ke Pak Athar kan?" Tanya Dania, pasalnya tadi Athar meminta siapapun yang akan menjadi penanggung jawab kelasnya harus mengirimkan email kepadanya paling lambat jam empat sore, dan sekarang sudah jam tiga.

"Ini fiks banget, gue yang jadi penanggung jawab kelas Pak Athar? Tanya Sifa, lagi.

" Iya Sipppppaa!" Balas Dania sambil melemparkan kulit kacang kemuka Sifa. Kesabaran Dania sudah benar-benar habis.

"Sadis lo Dan."

"Udah tau kesabaran gue setipis isi dompet, udah deh, cepetan sana kirim e-mail ke Pak Athar."

Surga Itu KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang