Ira Lagi

27 4 1
                                    

"Permisi" Saat ini Sifa berada di depan ruangan Athar dengan tangan yang penuh oleh tumpukan tugas minggu lalu. Bermodal salam yang tak kunjung dijawab, Sifa memberanikan diri masuk ke dalam ruangan, terlihat Athar tengah fokus dengan leptop yang menyala terang.

"Pak?" Ucap Sifa.

"Pak, izin mengumpulkan tugas minggu lalu" Lanjut Sifa sebagai kode untuk kedua kalinya. Tapi yang di kode hanya melihat sekilas setelah itu fokus ke leptonya.

"Permisi Pak, ini tugas minggu lalu, mau di taroh dimana ya Pak?" Lagi, Sifa berkata sesopan mungkin sambil menahan rasa jengkelnya.

Tangan Athar menunjuk meja sebelahnya, Sifa yang paham apa maksud Athar langsung berjalan menuju meja yang di tunjuk, meletakkan tugas, kemudian setelah mengucapkan terimakasih Sifa bergegas keluar dari ruang Athar dengan bara api yang sudah berada di atas kepalanya.

Sifa tidak paham, kenapa banyak sekali mahasiswi yang memuja Athar. Tampang? Oke lah Sifa akui. Kepintaran? Ya jelas Athar itu sudah jadi dosen. Kaya? Jangan ditanya lagi, Athar itu sudah kaya sejak ia mengeluarkan suara Oekk Oekk.

Tapi menurut Sifa itu saja tidak cukup, karena Athar itu spesies manusia sok bossy seperti sekarang ini, mana menampilkan muka cuek lebih ke tengil, hihhhh rasa rasanya sifa pengen menghancurkan wajah tampan yang terpasang di muka Athar.

"Siapa suruh kamu keluar?"

"Tugasnya udah saya taruh di meja yang Bapak suruh" Info Sifa yang sudah membalikkan badannya menghadap Athar.

"Kesini dulu" Ucap Athar yang sudah tidak lagi fokus ke leptop.

"Buat apa Pak?"

"Kesini dulu Aisha" Nah kan muncul panggilan yang gak Sifa mau keluar dari mulut Athar.

Sifa kira panggilan itu hanya berlaku kemarin, tapi ternyata tidak. Terserah Athar sajalah, Sifa sudah tidak mau ambil pusing.

Sifa mendekat kearah Athar, tepat di depan meja Athar.

"Mana tangan kamu?"

"Kenapa Pak?" Tanya Sifa dengan muka yang kelewat binggung. Sebenarnya mau dosennya satu ini apa si?

"Gak usah banyak nanya, cepat siniin tangan kamu"

Karena Sifa pengen cepat cepat keluar dari ruangan ber-AC yang seperti tanpa AC, Sifa segera menodongkan tangan kanannya kedepan Athar, persis seorang anak yang meminta uang.

"Bukan tangan kanan, tapi tangan kiri"

"Balik" Lanjut Athar

"Apanya Pak?"

"Tangan kamu"

"Nihhh udah. Kenapa sih Pak?" Tanya Sifa yang sudah menuruti kemauan Athar. Athar melihat sebentar tangan kiri Sifa.

"Sudah, kamu boleh pergi"

"Ha?"

"Pergi Aisha"

Sumpah, demi lumba lumba yang meloncat-loncat kegirangan, bolehkah Sifa menonjok muka Athar?

Tanpa basa basi, bahas sana bahas sini, Sifa langsung keluar dari ruangan Athar dengan muka yang sudah merah padam.

-----

"Kenapa muka lo, asem bener Sif" Tanya Dania ketika Sifa sudah duduk di bangku kantin.

"Sebel banget gue sama Pak Athar!"

"Kenapa?"

"Pokoknya lo jangan ngidolain pak Athar deh Dan!" Ditanya apa, jawabnya apa, dasar Sifa.

"Awas loh Sif, nanti lo jadi suka sama Pak Athar, pesonanya itu loh, ya ampun, gak bisa di raguin"

Surga Itu KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang