part 3

124 21 1
                                    

Seminggu berlalu. Tibalah hari dimana Hailey harus mejalankan kewajibannya. Ya, kuliah. Beradaptasi dengan orang baru adalah hal yang mudah bagi Hailey melihat sifatnya yang sangat friendly.

Hailey memandangi keadaan sekitar. Disinilah dia. University of Sydney menjadi pilihan Mrs. Irwin untuk Hailey. Kembali memandangi tiap-tiap orang yang lewat. Berharap ada yang berbaik hati mengajaknya berkeliling atau paling tidak menunjukkan dimana kantin. Aneh bukan gadis satu ini? saat yang lain berharap ada yang menunjukkan kelas ia malah memilih kantin. Ya beginilah Hailey.

"Hey, kau yang waktu itu di starbucks kan? Hm.. kalau tidak salah namamu Hailey. Benar?" Ucap gadis blonde sambil menepuk bahu Hailey membuat gadis itu terlonjak kaget. "Hehe maaf mengagetkan mu." Lanjut si blonde.

"Astaga, kau ini haha. Iya aku yang waktu itu kau tabrak. Jadi kau berkuliah disini?" Ujar Hailey friendly.

"Ya. Kau mahasiswi baru ya?" Balas Gwen disambut dengan anggukkan Hailey. "Baiklah. Mari kuajak berkeliling."

Setelah sekitar 15 menit mereka berkeliling Hailey dan Gwen tampak seperti teman lama. Sifat mereka hampir sama hanya saja Gwen lebih feminim dan agak anggun.

"Astaga lihat dia, Hailey lihat dia! hahaha wajahnya seperti kutu menangis." Ujar Gwen masih dengan tawa nya yang semakin keras.

"Gwen! Hahaha kau berlebihan astaga kasian dia. Oh god tidak tidak kau harus lihat dia! Seperti rusa tersedak." Timpal Hailey tak kalah kocak. Ya tuhan dua orang ini memang sangat-sangat klop. Tidak kah kalian mengerti apa yang sedang mereka lakukan? Ya, mereka memperhatikan sekeliling lalu mengejek beberapa orang yang menurut mereka berwajah konyol. Katakanlah mereka jahat tapi sungguh melakukan itu memberikan kesenangan tersendiri bagi mereka.

"Stop astaga aku lapar karna tertawa. Ayo kita ke kanti." Ajak Gwen sembari mengelap air mata di pelupuk matanya akibat tertawa. Batin Hailey bersorak gembira saat Gwen mengatakan kalimat tadi. Food i'm coming, teriaknya dalam hati.

Sesampainya di kantin, Gwen layaknya pemandu tour memberitahu makanan apa saja yang menjadi favorit di kampusnya itu. Mata Hailey berkilau saat melihat makanan favoritnya didepan matanya. Double cheese burger menjadi pilihan Hailey di menu makan nya siang ini.

Makan siang mereka diselingi dengan canda tawa. Tak jarang mereka menjadi sorotan orang-orang karna terlalu keras tertawa. Oh ya, ternyata Gwen satu angkatan dengan Hailey yang artinya mereka seumuran. Bahkan saat melihat jadwal kuliah Hailey, ternyata mereka satu jurusan dan hampir setiap hari satu kelas. Kecuali hari Jumat. Entah ini takdir atau bukan tapi Hailey dan Gwen merasa senang dengan itu.

Sepulang kuliah, Gwen memutuskan untuk pergi kerumah Hailey untuk sekedar memberikan beberapa materi yang diberikan sebelum Hailey masuk kuliah. Namun kau tahu kan bagaimana jika ada teman baik mu kerumah dengan tujuan awal mengerjakan sesuatu yang berbau pelajaran namun berakhir seperti apa? ya itulah yang terjadi pada mereka.

Hailey dan Gwen sedang asik membahas cowok-cowok yang tergolong hot disekolah. Bisa dibilang mereka sedang fangirling. 2 jam berlalu mereka merasa bosan akhirnya memutuskan untuk menuju ke pusat perbelanjaan menggunakan mobil Hailey untuk sekedar berbelanja baju, sepatu, dan lain-lainnya.

"Hey Gwen, apa kau lapar?" Tanya Hailey dengan menenteng 2 kantong baju di tangannya.

"Astaga Hailey! You know me so well. Kau memang soulmate yang dianugerahkan Tuhan untukku. Tentu saja aku lapar." Sahut Gwen dengan antusias. Mereka memang memiliki banyak kesamaan.

Mereka akhirnya memutuskan untuk makan di restoran cepat saji yang berada di mall tersebut. Membahas berbagai macam random things sambil melahap makanan yang teletak di meja.

Beberapa saat kemudian keheningan menyelimuti mereka. Gwen asik memainkan ponselnya namun raut wajahnya terlihat kesal dan sesekali mulutnya mengumpat kata-kata kasar.

"Hei Gwen, kau kenapa?" Tanya Hailey dengan dahi berkerut tampak bingung dengan perubahan mimik wajah teman baru nya yang cepat ini. Tadi ia tampak baik-baik saja dan ceria sekarang wajah Gwen tampak kesal.

"Aku bingung. Kenapa laki-laki selalu susah dihubungi saat aku membutuhkannya sedangkan saat ia membutuhkan ku, aku selalu ada." Ujar Gwen tak berhenti menatap ponselnya sambil sesekali meneguk minumannya.

"Entah. Aku belum pernah menjalin hubungan. Aku tidak tahu masalah yang seperti itu." Jawab Hailey jujur.

Seketika Gwen yang sedang minum pun tersedak karna kata-kata yang terlontar dari mulut teman barunya ini.
"WHAT? KAU SERIUS? KAU NORMAL KAN?"

Hailey yang mendengar kalimat yang barusan keluar dengan keras dari mulit Gwen pun langsung memutar matanya. "Tentu saja aku normal, bodoh. Bahkan hatiku sudah menjadi milik seseorang sejak lama." jawab Hailey.

"Aku tidak mengerti apa maksudmu. Tadi kau bilang kau tidak pernah menjalin hubungan? Lalu kenapa hatimu sudah menjadi milik seseorang?" Gwen tampak berfikir.

Merespon pertanyaan Gwen, Hailey hanya menaikkan bahunya. Ia sedang tidak berniat bercerita tentang masalah itu sekarang pada Gwen. Mungkin ia akan menceritakannya nanti pada saat yang tepat.

Tak lama ponsel Gwen bergetar diatas meja menandakan telfon masuk. Secepat kilat diraihnya ponsel tersebut. Seketika senyum mengembang lebar menghiasi wajahnya.

"Hei, babe. Kau darimana saja huh? Kau membuatku sebal hari ini dan kau harus membayarnya."

"Tidak aku tidak menerima peluk atau cium sebagai permintaan maafmu."

"Tidak aku juga tidak akan menerima coklat sebagai permintaan maafmu."

"Hahaha ya! Es cream. Okay permintaan maaf diterima. Ah ya, bisakah kau menjemputku setengah jam lagi?"

"Baiklah. See you, babe."

Percakapan Gwen di telfon pun selesai. Menyisakan senyum yang mengembang dan wajah bingung teman didepannya. Hailey menaikkan satu alisnya tampak meminta penjelasan mengapa Gwen tersenyum tidak jelas. Akhirnya Gwen pun menceritakan tentang kekasihnya. Ya, yang menelfon adalah kekasihnya. Entah siapa namanya Gwen tidak menyebutkannya. Mungkin ia lupa.

Akhirnya setengah jam berlalu. Hailey mengantar Gwen menuju pintu utama mall karna disitulah kekasihnya akan menjemputnya. Tak lama muncul sebuah mobil rangerover berwarna hitam dengan kaca sedikit bening mengakibatkan orang yang didalam pasti terlihat dari luar.

"Nah itu dia." Ucap Gwen bersemangat menunjuk ke arah mobil. Hailey mengikuti arah telunjuk Gwen. Terlihat seorang laki-laki berambut blonde mengenakan kacamata. Mengingatkan Hailey pada seseorang. Wajahnya terlihat familiar walaupun matanya tertutup kacamata. Astaga, Hailey sudah melihat lelaki itu beberapa kali. Jangan-jangan mereka jodoh. Tidak. Lupakan kalimat tadi. Si Blonde itu sudah memiliki kekasih, dan itu kekasih temannya sendiri. Hailey bodoh.

"Bye, Hailey. See you tomorrow. Love ya" Teriak Gwen sambil berlari ke arah mobil tersebut membuyarkan lamunan Hailey.

Mata Hailey masih mengamati laki-laki tersebut. Lagi-lagi dia. Laki-laki blonde yang sepertinya sering ia temui. Laki-laki yang selalu mengingatkannya pada seseorang dimasa lalunya; Luke Robert Hemmings.

***

Promise » lhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang