22. Pasar Malam

9 3 0
                                    

★★★

Jika ada yang lebih indah dari hamparan bintang, mungkin itu sipitnya matamu ketika tersenyum.

~She's Perfect~

★★★

Gavin menatap tajam orang-orang yang menghina fisik Dera. "Tutup mulut kalian sekarang, atau saya tutup ladang rezeki kalian!" Tegas Gavin pada dua penjual tadi.

"Saya tidak pernah main-main. Kalau kalian mengusik kehidupan saya, saya akan lebih mengusik kehidupan kalian. Sampai ke keluarga kalian!" Lanjutnya.

Dera menggeleng, bukan seperti itu yang dia inginkan. Dera tidak ingin Gavin membalas kejahatan dengan yang lebih jahat lagi. "Jangan Gav, kasihan."

Dua penjual tadi bergetar ketakutan, sedangkan para pengunjung mulai menghiraukannya karena takut mereka juga akan terkena imbasnya.

Gavin menunduk, menatap wajah Dera. "Lo terlalu baik, Der," lirihnya.

Dua orang tadi maju ke arah Gavin, duduk bersimpuh di depan lelaki itu, meminta maaf dan memohon untuk mencabut kembali ucapannya itu. "Maaf Tuan. Maaf, tolong jangan usik keluarga saya, mereka nggak tau apa-apa."

Gavin memutar matanya jengah, lelaki itu menghela napasnya dan berkata, "Sebagai pedagang, lisan adalah kunci utama untuk menuju kesuksesan. Jaga lisan kalian, maka rezeki kalian akan terjaga."

"Saya maafkan kalian. Tapi tolong, jangan pernah membicarakan fisik orang lain," ucap Gavin dengan penuh wibawa.

Dua orang tadi meminta maaf sekali lagi dan pergi dari hadapan Gavin. Gavin kembali menarik Dera untuk lebih masuk ke dalam pasar malam itu.

Dera tersenyum tipis, dia senang karena Gavin mampu menghadapi masalah dengan bijak namun tak menghilangkan wibawanya.

"Lo mau naik apa?" Tanya Gavin.

Dera nampak berfikir. "Kodimi putar?"

"Yang kuda bertanduk itu? Lah kek bocil anjirr. Nggak ahh, mending mancing ikan aja tuh," ucap Gavin dengan menunjuk sekumpulan anak kecil yang sedang bermain mancing ikan.

"Unicorn! Bukan kuda bertanduk," sahut Dera membenarkan.

"Oh. Gue kira malah keledai tadi," jawab Gavin santai.

Meskipun Gavin enggan menaiki wahana kuda bertanduk itu, ia tetap menuntun Dera ke depan wahana tersebut. "Lo sini dulu, gue mau beli tiket. Inget, jangan kemana-mana. Nanti nyarinya susah! Secara, lo itu kecil, gue ga punya kaca pembesar ataupun mikroskop."

Dera memukul lengan Gavin kesal. "Emangnya aku amuba, sampe di cari pake mikroskop?"

Gavin tertawa kecil, lelaki itu mengacak-acak rambut Dera gemas, kemudian meninggalkan gadis itu sebentar.

Dera tersenyum tipis ketika Gavin sudah menjauh darinya. "Yang di acak-acak rambut, yang berantakan hati," lirihnya.

Tak menunggu waktu lama, Gavin segera mengajak Dera untuk menaiki wahana itu tanpa harus mengantri terlebih dahulu. "Lo punya duit, Lo punya fast track," jawab Gavin ketika Dera bertanya mengapa tidak mengantri terlebih dahulu.

Dera tersenyum lebar ketika wahana itu mulai berputar. Dera merentangkan sebelah tangannya, menikmati angin yang menerpa wajahnya.

Gavin tersenyum tipis ketika melihat Dera yang begitu bahagia. Biarlah dia merasa sedikit malu, karena telah duduk di atas kuda bertanduk berwarna pink itu. Gavin membuka ponselnya dan memotret Dera yang sangat menikmati wahananya.

She's Perfect Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang