Under the Moonlight - Fantasi

45 16 19
                                    

Dalam keremangan cahaya obor yang menempel di dinding batu berlumut dan cahaya bulan yang menyusup dari celah-celah, aku berjalan seorang diri. Kakiku melangkah tanpa alas kaki di atas dinginnya batu. Aku tidak bisa melihat dengan jelas, tetapi tentu saja hal itu tidak menghentikanku. Tanganku kiriku tidak pernah lepas sedikit pun dari dinding yang memang aku gunakan untuk menunjukkan jalan, meskipun rasanya perih karena tersayat batu-batu yang tajam, sedang tangan kananku menenteng sepatu kulit. Begitu pula kaki ini. Entah sudah berapa kali aku menginjak kerikil.

Aku melewati jeruji-jeruji besi yang sebagian besar hancur karena sudah lama diabaikan. Hanya cahaya bulan yang dapat aku andalkan sekarang. Obor-obor sudah tertinggal dua puluh langkah jauhnya di belakang. Untunglah aku sudah hafal jalan di penjara terbengkalai ini. Aku hanya perlu berjalan lurus dan masuk ke dalam penjara yang paling hancur lalu mencari celah kecil di antara dinding sampai terbuka sebuah terowongan yang hanya dapat dilewati oleh satu orang.

Aku dapat mencium udara segar di antara apak dan debu. Aku dapat pula melihat cahaya bulan yang menyorot melalui celah yang makin lama makin besar. Tidak peduli seperih apa pun yang aku rasakan, aku tetap membongkar dinding lapuk itu. Rasanya seperti kembali ke sepuluh tahun lalu, saat aku pertama kali menemukan jalan rahasia ini. Aku merangkak seperti dulu, merasakan dingin dan lembabnya tanah, merasakan perihnya kulit yang tersayat batu, merasakan sempitnya terowongan ini. Begitu aku menyentuh rumput yang basah karena embun dan melihat dengan jelas purnama di langit, aku tertawa.

Aku tidak bersantai lama-lama. Di sana, tidak jauh dari terowongan rahasia, berkelebat cahaya kuning dari obor dan beberapa suara yang memanggil namaku. Dengan cepat aku menutup terowongan rahasia itu menggunakan batu dan ranting dari sekitar. Lalu aku berdiri, dan berlari, amat cepat menuju istal. Aku dapat melihat cahaya redup dari dalam sebuah bangunan kayu dan samar-samar bau kotoran kuda. Pintu kayunya aku buka dan tutup dengan cepat. Aku menutup mata, menarik napas dalam-dalam, dan menyenderkan tubuh di pintu setelahnya. Bau kotoran kuda lebih baik daripada tertangkap oleh pengawal.

“Yang Mulia Putri?”

Mataku dengan cepat terbuka lebar dan aku dapat merasakan jantung yang berdetak dengan kencang hingga rasanya sulit untuk bernapas. Seorang pria tua yang rambutnya mulai memutih dengan pakaian lengan panjang berwarna abu-abu, rompi dari kulit hewan berwarna cokelat, dan celana selutut yang juga berwarna cokelat. Sepatunya terbuat dari ... jerami. Aku merapikan gaun yang warnanya sudah tidak karuan lalu berjalan ke arahnya. Kakiku melangkah menuju kandang dari kuda berwarna hitam yang surainya terkepang dengan indah.

“Oh, Tuan Penjaga,” kataku sembari membuka kandang kuda. “Aku harus pergi.”

Penjaga istal itu jelas terlihat ragu dan takut. Dia berjalan mendekat ke arahku sembari meremas-remas tangannya. Aku berusaha memasang tali kekang pada kuda ini dan memberinya makan sedikit. Setelahnya aku kembali menghadap pada penjaga istal, dia masih berdiri dengan canggung sembari meremas tangannya. Aku tersenyum padanya, memberikan dia penenang meski tahu tidak berhasil. Lagi pula, siapa yang tidak khawatir saat melihat seorang putri datang ke istal dengan pakaian yang kotor dan berantakan di tengah malam?

Aku melepas sepatu kulit yang kukenakan sejak aku keluar dari terowongan rahasia dan memberikannya pada penjaga istal. “Tuan, pakailah sepatu ini. Memang tidak seberapa, tetapi aku harap dapat menjaga kakimu dari kerikil dan ranting.” Penjaga istal menerimanya dengan ragu.

“Tetapi, Yang Mulia ....”

Kembali aku tersenyum padanya sembari menggiring kuda keluar. “Terima saja, kumohon.” Aku membuka pintu dengan perlahan dan mengintip, mencari keberadaan pengawal yang sepertinya tidak ada di dekat istal. Syukurlah. “Sebagai gantinya,” kataku berbalik pada penjaga istal. “Tolong katakan pada pengawal bahwa kau tidak melihatku.”

Storiette Where stories live. Discover now