musim dingin

818 86 17
                                    

Hari ini Jayde pergi bekerja, ia berangkat menggunakan mobil mewahnya dengan supir pribadinya.

Jayde akhirnya yakin untuk bekerja setelah menambah seorang pelayan agar Yola bisa fokus menemani Veitch. Pelayan ini bernama Luna, dia berasal dari desa yang merantau ke kota.

Satu hal yang masih membuat Jayde gelisah adalah, kenyataan bahwa ia akan berhadapan dengan Freya. Tiga hari ini ia berhasil membuat alasan untuk tidak melihat Freya. Namun, sekarang, mau tak mau ia harus bertemu Freya yang notabennya adalah sekertarisnya.

Jika itu Levin Jayde mungkin tidak akan perduli tapi Freya. Cintanya pada Freya benar-benar tulus, Jayde bahkan sudah membuat skenario indah bersama sekretarisnya itu.

Larut dalam pikirannya membuat Jayde tak sadar bahwa kini ia telah sampai di kantornya. Perusahaannya dulu hanyalah usaha kecil yang mati-matian di kelola oleh kakeknya, ada waktu dimana mereka diambang kebangkrutan di saat itulah kakek Veitch mengulurkan tangannya untuk membantu keluarganya.

Jayde menghela nafas panjang sebelum membuka pintu mobilnya dan turun, di depan pintu sudah berdiri seorang wanita cantik dengan Surai bergelombang berwarna coklat tua yang terurai lengkap dengan jepit rambut untuk menjepit sebagian poninya, Wanita Itu adalah Freya, sekretarisnya.

Jayde tertegun sesaat, jantungnya berdegup kencang seperti drum, wajahnya agak tersipu saat melihat Freya.

"Biarkan aku mati"

Tubuh Jayde seketika tersentak, dan wajahnya memucat. Freya dengan panik menggapai tubuh Jayde yang agak limbung.

"Tuan? Ada apa?" Tanya Freya dengan raut wajah khawatir.

Jayde tanpa sadar menggerakkan tangannya untuk menepis tangan Freya. Keduanya tertegun di tempat selama beberapa saat.

"Ah, maaf. Aku akan ke atas duluan," ujar Jayde yang kemudian pergi dengan terburu-buru ke dalam kantornya.

Freya terdiam, ia menundukkan kepalanya dan menatap tangannya yang ditepis oleh Jayde. Freya menggigit bibirnya, Matanya menajam penuh kebencian.

"Ck, sialan"

**********

Veitch tengah duduk di teras bersama teh dan beberapa kue kering di meja yang tidak tersentuh. Di dalam, Yola duduk dengan sabar menunggu tuannya sedari tadi.

Dari teras pemandangan pekarangan mansion akan terlihat. Namun, sekarang sudah musim dingin sehingga banyak tanaman yang layu bahkan mulai tertimbun salju. Yola tak yakin apa yang sebenarnya Veitch lihat dari tadi tapi selama Veitch baik-baik Yola bisa bersabar.

Veitch sendiri duduk di luar Dengan pakaian tebal dan selimut, karena udara yang dingin, Yola khawatir Veitch akan sakit jika terlalu lama di teras. Namun, setiap Yola mengajak Veitch masuk dia akan menjawab.

"Aku baru duduk di sini selama beberapa menit, Yola." 

Angin kembali berhembus, Yola menggigil saat merasakannya, ini sudah sangat dingin, Veitch akan sakit jika lebih lama di luar.

Yola bangkit dari duduknya, dan mendekati Veitch yang masih duduk diam di kursinya. Tangannya menyentuh pundak Veitch, sang empunya menoleh bola mata biru yang tampak kosong itu menatap ke Yola.

Bertemu tatap dengan tuannya yang sedang tidak fokus itu membuat Yola agak merasa tidak nyaman, rasanya seolah seperti berhadapan dengan orang asing

"Tuan, ayo masuk, udara sudah semakin dingin" Yola membujuk dengan suara lembut.

Veitch berkedip beberapa kali kemudian mengangguk. Yola tersenyum lega, ia menyingkirkan selimut dan meletakkannya di meja sebelum menggenggam tangan Veitch yang telah mendingin dan menuntunnya untuk berdiri.

The Ten Failed Lives Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang